Optik Geometri,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Apabila seseorang melihat sesuatu atau benda, maka
mata harus menangkap beberapa dari sinar cahaya yang menyebar dari benda
tersebut dan kemudian diarahkan kembali ke dalam retina di bagian belakang
mata. Sistem penglihatan manusia, dimulai dengan retina dan berakhir dengan
korteks penglihatan di bagian belakang otak, secara otomatis dan secara bawah
sadar memproses informasi yang diberikan oleh cahaya. Sistem ini
mengidentifikasikan sisi, arah, tekstur, bentuk, dan warna, kemudian secara
cepat membawa ke alam sadar seseorang ke
sebuah bayangan (reproduksi yang diturunkan dari cahaya) dari benda. Sehingga,
seseorang dapat mengenali benda berada dalam arah di mana sinar cahaya datang
dan pada jarak yang tepat.
Sistem penglihatan manusia berjalan melalui proses
dan pengenalan ini meskipun sinar cahaya tidak datang secara tidak langsung
dari benda, tetapi sebagai gantinya memantul menuju ke mata dari cermin atau
membias dari lensa di dalam sepasang teropong. Tetapi, benda yang dilihat
seseorang dalam arah di mana sinar cahaya datang setelah dipantulkan atau
dibiaskan, dan jarak yang dirasakan akan sedikit berbeda dari jarak benda yang
sebenarnya.
Apabila sinar cahaya dipantulkan kepada seseorang
dari cermin datar standar, benda tampak berada di belakang cermin karena
sinar-sinar yang seseorang tangkap berasal dari arah itu. Tetapi tentu benda
tidak berada di belakang. Jenis bayangan ini, yang disebut bayangan maya, yang
sebenarnya hanya ada di dalam pikiran, meskipun begitu dikatakan ada di lokasi
yang dirasakan.
Berbeda dengan bayangan maya, bayangan nyata berbeda
dalam hal bahwa bayangan itu dapat dibentuk pada suatu permukaan, seperti
sebuah kartu atau layar film. Keberadaan dari bayangan tidak bergantung pada
bagaimana seseorang melihatnya dan dibayangan itu ada meskipun tidak
dilihatnya.
Dalam makalah ini, dibahas beberapa cara pembentukan
bayangan melalui pemantulan dan pembiasan pada cermin datar, cermin cekung dan
cermin cembung.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan optik
geometri?
2. Jelaskan bagaimana pembentukan
bayangan oleh cermin datar?
3. Bagaiman terjadinya pembentukan bayangan
pada cermin cekung?
4. Bagaiman cara pembiasan cahaya?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untk mengetahui apa yang dimaksud
dengan optik geometri?
2. Dapat mengetahui pembentukan
bayangan oleh cermin datar?
3. Untuk mengetahui terjadinya pembentukan
bayangan pada cermin cekung?
4. Untuk mengetahui cara pembiasan
cahaya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
optik geometri
optik geometri adalah study tentang
fenomena – fenomena dimana pendekatan sinar adalah sah.
Optika geometri juga sering disebut
sebagai ilmu cahaya yang mempelajari sifat – sifat cahaya, misalnya pemantulan,
pembiasan serta prinsip jalannya sinar – sinar pada alat – alat optika.
Kita dapat melihat benda dengan
salah satu dari dua cara yaitu benda tersebut mungkin merupakan sumber cahaya
seperti bola lampu, berkas api, atau bintang, dimana kita melihat cahaya yang
langsung dipancarkan dari sumbernya atau lebih umum kita melihat benda dari
cahaya yang dipantulkannya.
Dalam setiap kasus, benda yang
sedang dipandang terlihat berada dalam sebuah tempat yang berbeda dengan posisi
yang sesungguhnya, refleksi berada pada sisi lain cari cermin itu, bulan
terlihat jauh lebih dekat melalui teleskop, dan benda – benda yang dilihat
dalam sebuah kaleidoskop terlihat berada dalam banyak tempat pada waktu yang
sama. Dalam setiap kasus, sinar cahaya yang datang dari sebuah titik dari
sebuah benda dibelokkan oleh refleksi atau refraksi (atau gabungan dari
keduanya), sehingga sinar – sinar cahay mengumpul menuju sebuah titik atau
berpencar dari sebuah titik yang dinamakan titik bayangan. Untuk memahami
bayangan dan pembentukan bayangan yang kita perlukan hanyalah model sinar dari
cahaya, hukum refleksi dan hukum refraksi, dan ilmu geometri dan trigonometri
sederhana.
B. Pembentukan
bayangan oleh cermin datar
Pada cermin datar selalu membentuk
bayangan yang letaknya simetris terhadap kedudukan bendanya dari cermin. Dalam
hal ini dikenal dengan benda positif dan negative, serta bayangan positif dan
negative. Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian cahaya akan
dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda (dan diubah menjadi energy panas) atau
jika benda tersebut transparan seperti kaca atau air.
Bila kita membentangkan kedua berkas
sinar yang direfleksikan itu kearah belakang, maka kedua berkas sinar itu akan
berpotongan. Untuk permukaan yang rata, ternyata berkas sinar datang dan pantul
berada pada bidang yang sama dengan garis normal permukaan dan sudut datang
sama dengan sudut pantul.
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada ceermin datar
1. Bayangan sama besar dengan
benda
2. Bayangan tegak,
artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda,
3. Jarak bayangan ke cermin sama
jauhnya dengan jarak benda ke cermin,
4. Bayangan tertukar sisinya, bagian
kanan benda menjadi bagian kiri bayangan,
5. Bayangan merupakan bayangan
semu (maya), artinya tidak dapat ditangkap dengan layar.
Gambar diatas adalah hukum
pemantulan. Hal ini telah diketahui oleh orang yunani kuno dan kita dapat
meyakinkannya dengan menyinari sebuah cermin dengan berkas sinar lampu senter
yang sempit didalam kamar yang gelap. Ketika cahaya menimpa permukaan yang
kasar, bahkan yang kasar secara mikroskopis pantulannya akan memiliki banyak
arah, hal ini disebut pantulan tersebar. Bagaimana pun, hukum pantulan tetap
berlaku pada setiap bagian terkecil permukaan. Karena pantulan tersebar terjadi
kesemua arah, benda biasa dapat dilihat dari berbagai sudut. Ketika kita
menggerakan kepala kesamping, berkas pantulan yang berbeda mencapai mata dari
setiap titik pada benda. Mari kita bandingkan pantulan tersebar dengan pantulan
dari cermin, yang disebut sebagai pantulan spekular. Ketika cermin disinari
berkas sempit cahaya, cahaya tersebut tidak akan mencapai mata kita kecuali
jika ditempatkan pada posisi yang benar dimana hukum pantulan terpenuhi.
Hal inilah
yang menghasilkan sifat – sifat cermin yang tidak biasa. Ketika kita melihat
langsung pada cermin, kita melihat apa yang tampaknya merupakan diri kita
sendiri selain berbagai benda disekitar dan dibelakang kita. Wajah kita dan
benda – benda linnya tampak seakan – akan berada didepan kita. Disisi lain
cermin ; tetapi tentu saja tidak demikian halnya apa yang kita lihat dicermin
adalah bayanga dari benda – benda.
Terdapat
empat sifat bayangan pada cermin datar :
1. Maya
2. Sama besar dengan bendanya
3. Sama tegak dan menghadap berlawana
arah terhadap bendanya
4. Jarak benda terhadap cermin sama
dengan jarak bayangan terhadap cermin.
Keterangan :
A = Benda
nyata (+)
A1
= Bayangan maya (-)
S = Jarak
benda terhadap cermin (+)
S1
= Jarak bayangan terhadap cermin (-)
Jadi dalam
cermin datar, jika bendanya (+), maka bayangannya (-) dan sebaliknya jika benda
(-) bayangannya akan (+). Jika dua cermin datra saling dipasang berhadapan
sehingga saling membentuk sudut, jumlah bayangan benda yang diletakkan diantara
kedua cermin
C. Pembentukan
pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang
permukaannya melengkung. Jika yang bersifat memantulkan adalah permukaan yang
melengkung kedalam, cermin itu disebut dengan cermin cekung. Jika yang bersifat
memantulkan adalah permukaan yang melengkung keluar, cermin itu disebut cermin
cembung. Permukaan – permukaan yang memantulkan tidak harus datar. Cermin
lengkung yang umum berbentuk sferis, yang berarti cermin tersebut akan
membentuk sebagian dari bola. Cermin sferis disebut cembung jika pantulan
terjadi pada permukaan luar bentuk sferis sehingga pusat permukaan cermin
menggembung keluar. Cermin dikatakan cekung jika permukaan pemantulnya ada pada
permukaan dalam bola sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang yang
melihat. Cermin cekung digunakan untuk bercukur atau cermin rias, dan cermin
cembung kadang – kadang digunakan pada mobil dan truk (kaca spion) dan ditoko –
toko (untuk mengawasi pencuri ), karena cermin ini memperlihatkan medan pandang
yang luas.
Gambar diatas menunjukkan sebuah
kumpulan sinar dari sebuah sumber titik pada sumbu sebuah cermin cekung yang
memantul dari cermin tersebut dan mengumpul pada suatu titik. Sinar – sinar
dari cermin tersebut kemudian menyebar dari titik seolah – olah ada objek dari
titik tersebut. Bayangan ini disebut bayangan nyata karena cahaya memang betul
– betul memancar dari titik bayangan tersebut. Bayanga tersebtu dapat dilihat
oleh mata disebelah kiri bayangan yang menghadap ke cermin tersebut. Bayangan
tersebut juga dapat diamati pada sebuah layar kaca atau film foto grafis yang
diletakkan pada titik bayangan. Sebuah bayangan maya, seperti yang dibentuk
oleh sebuah cermin datar seperti dibahas pada bagian sebelumnya, tidak dapat
diamati pada sebuah layar pada titik bayangan karena tidak ada cahaya disana.
Meskipun ada beda antara bayangan nyata dan bayangan maya, sinar cahaya yang
menyebar dari bayangan nyata dan sinar – sinar yang kelihatan menyebar dari
bayangan maya adalah identik, jadi tak ada perubahan perbedaan yang terlihat
oleh mata antara melihat bayangan nyata atau bayangan maya.
1. Sinar – sinar istimewa pada cermin
cekung
Dikatakan
sinar istimewa karena sinar – sinar ini memiliki sifat pemantulan yang mudah
dilukis. Adapun 3 sinar istimewa pada cermin cekung yaitu :
a. Sinar datang sejajar sumbu utama
cermin, akaan dipantulkan melalui titik focus F.
b. Sinar datang melalui titik focus F,
akan dipantulakan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang melalui titik pusat
kelengkungan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.
2. Sinar – sinar istimewa pada lensa cembung
Cermin
cembung memiliki 3 sinar istimewa yaitu sebagai berikut :
a. Sinar yang datang sejajar dengan
sumbu utama cermin dipantulkan seolah – olah berasal dari titik focus ( F ).
b. Sinar yang datang menuju titik focus
( F ) dipantulkan sejajar sumbu utama
c. Sinar yang menuju titik pusat
kelengkungan cermin dipantulkan seolah – olah berasa dari titik pusat
kelengkungan tersebut.
Untuk melihat bagaimana cermin
sferis membentuk bayangan, pertama kita pertimbangkan sebuah benda yang sangat
jauh dari cermin cekung. Untuk benda – benda yang jauh, sebagaimana yang telah
ditunjukkan, berkas cahaya dari setiap titik pada benda yang mencapai cermin
akan nyaris paralel. Untuk sebuah benda yang berjarak tak hingga ( matahari dan
bintang mendekati inti ), berkas – berkas cahaya akan tepat parallel. Hukum
pntulan berlaku untuk setiap berkas pada titik jatuhnya cermin. Berkas – berkas
tersebut tidak seluruhnya membentuk suatu titik. Untuk membentuk bayangan yang
tajam, berkas – berkas itu harus datang kesuatu titik. Dengan demikian cermin
sferis tidak akan membentuk bayangan setajam cermin datar. Bagaimana pun, jika
cermin tersebut kecil dibandingkan dengan radius kelengkungannya, sehingga
berkas yang terpantul hanya membentuk sudut kecil pada saat terpantul, maka
berkas – berkas tersebut akan saling menyilang pada titik yang hampir sama,
atau focus. Cara lain untuk mendefinisikan titik focus adalah dengan mengatakan
bahwa titik ini merupakan titik bayangan dari suatu benda yang jauh tak hingga
sepanjang sumbu utama.
3. Menentukan letak bayangan dengan
cara melukis pada ceriman cekung
Letak bayangan dapat ditentukan dengan cara melukis jalannya
sinar – sinar istimewa yang berasal dari satu titik pada benda. Letak dan sifat
bayangan pada cermin lengkung dapat pula ditentukan dengan metode penomoran
ruang.
a. Ruang I adalah ruang antara pusat
optik dan titik focus
b. Ruang II adalah ruang antara titik
focus dan pusat kelengkungan
c. Ruang III adalah ruang antara pusat
kelengkungan sampai kurang lebih
d. Ruang IV adalah ruang antara pusat
optik sampai kurang lebih
.
Adapun metode penomoran ruang adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah nomor ruang benda dan ruang
bayangan selalu sama dengan 5
b. Benda yang terletak diruang 2 atau ruang 3 selalu menghasilkan bayangan
nyata dan terbalik terhadap bendanya.
c. Benda yang terletak diruang 1 atau
ruang 4 selalu menghasilkan bayangan maya dan tegak terhadap bendanya.
d. Jika nomor ruang bayangan lebih
besar dari pada nomor ruang benda maka bayangan diperbesar
e. Jika nomor ruang bayangan diperkecil
daripada nomor ruang benda maka bayangan diperkecil.
D. Pembiasan cahaya
Hukum pembiasan disebut juga hukum
snellius. Ada dua hukum utama pembiasan, yaitu hukum I pembiasan dan hukum II
pembiasan. Pembiasan adalah jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut
terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada
waktu memasuki medium yang baru. Pembiasan bertanggung jawab untuk sejumlah
ilusi optik yang umum. Sebagai contoh organ yang berdiri diair yang dalamnya
sepinggang tampak memiliki kaki yang lebih pendek. Berkas yang meninggalkan
telapak kaki orang tersebut dibelokkan kepermukaan. Mata (dan otak) pengamat
menganggap berkas cahaya menempuh lintasan yang lurus, dan dengan demikian
telapaka kaki tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya. Dengan cara yang sama,
ketika kita meletakkan sebuah pensil didalam air, tampak pensil tersebut patah.
Berkas – berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga
termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum snell merupakan dasar
hukum pembiasan.
Hukum I pembiasan menyatakan :
“sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.”
Sudut yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal disebut sudut datang. Sudut yang dibentuk oleh sinar
bias dengan garis normal disebut sudut bias. Adapun perbandingan sinus sudut
datang dan sinus sudut bias menghasilkan nilai yang konstan, yaitu :
Sin
i/sin r = c
|
Hukum II pembiasan menyatakan :
“jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat
maka akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, jika sinar datang dari
medium yang lebih rapat menuju ke medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis
normal.”
1. Indeks bias
Indeks bias adalah perbandingan antara cepat rambat cahaya
dalam medium yang satu dengan medium yang lain.
a. Indeks bias mutlak
Indeks
bias mutlak suatu medium adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam ruang
hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya didalam medium tersebut (V) . secara
matematis ditulis :
n
= c/v
|
keterangan :
n = indeks bias mutlak medium
c = kecepatan cahaya = 3 x 108 m s-1
v = cepat rambat cahaya disuatu
medium m s-1
Cepat rambat cahaya diudara (v)
seringkali dianggap sama dengan cepat rambat cahaya diruang hampa, sehingga
indeks bias udara sama dengan 1. Jika cahaya bergerak dari vakum atau udara
menuju kemedium tertentu maka nilai konstanta pada persamaan diatas merupakan
indeks bias mutlak medium tersebut, sehingga :
n = sin i/sin r
|
Medium yang memiliki indeks bias
lebih besar adalah medium yang lebih kuat dalam membelokkan cahaya. Indeks bias
mutlak beberapa medium adalah sebagai berikut :
·
Medium
vakum (hampa) indeks biasnya 1,0000.
·
Medium
udara (1 atm 20o c) indeks biasnya 1,0003.
·
Medium
air indeks biasnya 1,33
·
Medium
etil alcohol indeks biasnya 1,36.
·
Medium
leburan kuarsa, indeks biasnya 1,46.
·
Medium
gelas, kaca kerona, indeks biasnya 1,52.
·
Medium
garam dapur indeks biasnya 1,53.
·
Medium
karbon bisulfida indeks biasnya 1,63.
·
Medium
intan, indeks biasnya 2,42.
b. Indeks bias relative
Indeks bias relative medium merupakan
perbandingan dari indeks bias medium tersebut terhadap medium lainnya.
E. Alat-Alat
Optik
1. Mata dan Kaca Mata
Mata adalah organ penglihatan yang
mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya
mengetahui apakah lingkungan sekitarnya
adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunaakan untuk
memberikan pngertian visual.
2. Mikroskop
Mikroskop adalah alat untuk
mengamati benda-benda renik / sangat kecil misalkan bakteri. Mikroskop
menggunakan dua lensa positif yaitu lensa objektif (ob) dan lensa okuler (ok).
Lensa ob terletak di depan benda dan lensa ok terletak di dekat mata. Besarnya
focus ob lebih kecil dari focus ok. Bayangan yang dibentuk mikroskop bersifat
diperbesar,maya,dan terbalik.
3. Teropong
Teropong digunakan untuk melihat
benda-benda yang jauh seperti gunung,bintang, dan lain-lain agar tampak lebih
dekat dan jelas. teropong dikelompokkan menjadi: teropong bias(lensa) dan
teropong pantul (cermin).
a. Teropong bias, meliputi teropong
bintang,bumi,prisma dan teropong dan panggung .
1).
Teropong bintang, menggunakan 2 lensa positif dimana fob lebih besar dari fok
,diemukan oleh Galileo-Galilei. Bayangan yang dihasilkan bersifat diperbesar,maya
dan terbalik. Biasanya pengamatan dilakukan dengan mata tak berakomodasi,
sehingga bayangan dari lensa ob jatuh difokus lensa ok yang berimpit dengan
focus lensa ob. Panjang teropong (d) = fob+fok.
2).
Teropong Bumi , sering disebut teropong medan atau teropong yojana, menggunakan
3 lensa positif yaitu lensa obyektif (ob),lensa okuler (ok), dan lensa pembalik
(p). focus ob lebih besar dari focus ok. Bayangan yang dibentuk bersifat :
diperbesar,maya dan tegak. Jika pengamatan tak berakomodasi , benda terletak
jauh tak terhingga(Sob =
).
b. Teropong Pantul (teropong pantul astronomi) , terdiri dari
sebuah cermin cekung yang besar , sebuah cermin datar kecil, dan sebuah lensa
cembung sebagai okuler. Teropong astronomi terbesar adalah teropong pantul,
diantaranya adalah Mount Palomar yang berdiameter 5 m berada di AS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. optik geometri adalah study tentang
fenomena – fenomena dimana pendekatan sinar adalah sah.
2.
cermin
datar selalu membentuk bayangan yang letaknya simetris terhadap kedudukan
bendanya dari cermin. Dalam hal ini dikenal dengan benda positif dan negative,
serta bayangan positif dan negative. Ketika cahaya menimpa permukaan benda,
sebagian cahaya akan dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda (dan diubah
menjadi energy panas) atau jika benda tersebut transparan seperti kaca atau
air.
3.
Cermin
cekung adalah cermin yang permukaannya melengkung. Jika yang bersifat
memantulkan adalah permukaan yang melengkung kedalam, cermin itu disebut dengan
cermin cekung. Jika yang bersifat memantulkan adalah permukaan yang melengkung
keluar, cermin itu disebut cermin cembung.
4.
Hukum
pembiasan disebut juga hukum snellius. Ada dua hukum utama pembiasan, yaitu
hukum I pembiasan dan hukum II pembiasan. Pembiasan adalah jika seberkas cahaya
datang dan membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas
tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru.
B.
Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini,
kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji
lebih dalam tentang bagaimana pengertian optik geometris, pembentukan bayangan
dan pembiasan bayangan.
DAFTAR PUSTAKA
Barsasella, Diana. 2010. Fisika untuk Mahasiswa
Kesehatan. Jakarta: Transinfo Media.
Beuchc Frederick J, dan Eugene Heeht. 2006. Fisika
Universitas Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 2003. FisikaTeknik. Jakarta: Bina
adiaksara.
Gianncoli Douglas C. 2001. Fisika Edisi kelima jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Sears dan Zemansky. 2001. FISIKA UNIVERSITAS Edisi
ke sepuluh jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sitorus, Marham. 2009. Pectroscopi. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Tipler, A. Paul, 1996. Fisika untuk Sains dan
Tehnik. Jakarta : Erlangga
Comments
Post a Comment