Makalah, Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Di dalam proses kehidupan manusia pasti terjadi
beberapa fenomena alam yang terjadi . manusia akan dihadapkan dengan beberapa
masalah hidup yang kian terus menerus menghadangnya.
Seperti diketahui semesta alam yang begitu luas dan mungkin tak terbatas
tidaklah mudah untuk dipahami, belum lagi manusia akan dihadapkan oleh beberapa
masalah hidup dalam mempertahankan hidupnya di dunia sebagai makhluq hidup yang
mempunyai berbagai kepentingan dan mempunyai berbagai kebutuhan yang kompleks.
Manusia pada dasarnya dilahirkan ke dunia sebagai bayi yang tidak dapat berbuat
apa-apa tanpa pertolongan orang lain.mereka memerlukan bantuan orang lain untuk
dapat memepertahankan hidupnya. Dalam hidupnya manusia akan dihadapkankepada
beberapa kemungkinan. Apa yan dibawanya sejak lahir merupakan potensi dasar
yang masih harus dikembangkan dalam lingkungan melalui bantuan pihak lain,
berupa pendidikan. Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara-cara hidup yang
baik dalam berbagai masalah kehidupan, manusia
harus mendapatkan pendidikan.
Proses kehidupan manusia juga tidak bisa lepas dari
pemikiran-pemikiran manusia akan suatu hal atau fenomena yang terjadi. Di dalam
diri manusia terdapat akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir,
karena akal pikiran tersebut dan dikarenakan oleh situasi dan kondisi alam
dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa
penting bahkan terjadi dengan dahsyat, yang kadang-kadang tidak kuasa untuk
menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung,
memikirkan segala hal yang terjadi disekitar dirinya. Dan disini pemikiran
secara filsafati akan membawa manusia itu menuju
kesuatu keputusan yang bijaksana.
Karena filsafat melatih kita untuk menjadi manusia
yang bijaksana, arif dan percaya diri, dalam
kompleksnya kehidupan manusia, manusia dituntut untuk menjadi manusia yang
bijaksana dan bertanggungjawab. Oleh karena itu tidak kita pungkiri tentang adanya
hubungan yang erat antara manusia, filsafat dan pendidikan dalam kehidupan
manusia untuk tetap dapat mempertahankan hidupnya di dunia.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba menguraikan masalah pokok yang berkaitan dengan materi dalam
makalah ini yaitu:
1. Bagaimana kaitan antara Manusia dan Filsafat ?
2. Bagaimana kaitan antara Filsafat dan Pendidikan ?
3. Bagaimana hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan ?
4. Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan ?
5. Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia ?
C. Tujuan
1. Untuk
menjelaskan bagaimana kaitan antara manusia dan filsafat
2. Untuk
menjelaskan bagaimana kaitan antara filsafat dan pendidikan
3. Untuk
menjelaskan bagaimana hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan
4. Untuk menjelaskan kedudukan
filsafat dalam ilmu pengetahuan
5. Untuk menjelaskan kedudukan
filsafat dalam kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia dan Filsafat
Manusia adalah makhluk yang unik.
Berkat daya psikis cipta, rasa dan karsanya, manusia bisa tahu bahwa ia
mengetahui dan juga ia tahu bahwa ia dalam keadaan tidak mengetahui. Manusia
mengenal dunia sekelilingnya dan lebih daripada itu, mengenal dirinya sendiri.
Tetapi, manusia selain bisa jujur juga bisa berbohong atau berpura-pura. Daripada makhluk yang lain, dengan daya-daya
psikisnya, manusia memiliki kelebihan, yaitu mampu menghadapi setiap persoalan
kehidupannya. Apakah persoalan yang bersangkutan dengan diri sendiri, orang
lain secara individual dan sosial, dengan alamnya, ataukah dengan Sang Penciptanya.
Dengan potensi akal pikirannya,
manusia mengatasi persoalan kehidupannya secara sistematis menurut asas-asas
penalaran (logic) deduktif dan
induktif. Dengan potensi rasa manusia
mengatasi persoalan kehidupannya dengan
pendekatan estetik, menurut asas perimbangan. Dengan potensi karsa, manusia mengatasi persoalan
kehidupannya melalui pendekatan perilaku menurut asas-asas etika. Melalui tiga
cara inilah manusia menemukan nila-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan.
Ketiganya dipedomani untuk dapat berkehidupan secara saleh dan bijaksana.
Selanjutnya, ia mencoba untuk
mengarahkan daya cipta, rasa, dan karsanya itu untuk memahami eksistensinya: darimana sesungguhnya
segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri berasal
mula dan dimana berada serta
kemana tujuan kehidupan ini. Meskipun
manusia “mengerti” asal mula, keberadaan dan tujuan kehidupan, tetapi ternyata
pengertian ini belum terbukti kebenarannya dalam perilaku kehidupan
sehari-hari. Manusia tetap saja dalam keberadaannya yang diliputi sepenuhnya
dengan tanda tanya (ketidaktahuan). Manusia didalam eksistensi kehidupannya,
bagaikan memahami sebuah buku yang langsung mengenai isinya, tanpa bagian
pendahuluan dan kesimpulan yang jelas. Jadi, tugas manusia adalah menyusun
sistematika isi bab pendahuluan itu dan memberikan kesimpulan sepasti mungkin
berdasarkan faktta-fakta yang tergelar dalam isi buku itu. Keadaan seperti itu,
bagaikan ‘menangkap seekor kucing hitam didalam kamar yang gelap gulita’.
Manusia hanya bisa meraba-raba dan menduga-duga saja.
Pernyataan itu bisa dijelaskan
dengan menunjuk fakta bahwa manusia tidak pernah tahu secara’gamblang’ tentang dari mana ia berasal dan mau kemana ia pergi. Ia hanya sedikit
tahu tentang keberadaanya disini dan sekarang ini. Manusia paham betul atas fakta hidup, tetapi sering begitu bodoh
terhadap kehidupannya. Ia mengerti makanan, minuman, pakaian dan sebagainya,
tetapi sering itu semua justru menghancurkan kesehatan lahir dan batinnya
sendiri. Selanjutnya, manusia semakin tidak mengerti tentang hubungan antara
kesehatan dengan asal mula dan tujuan hidupnya.
Berdasarkan kenyataan yang ada
pada dirinya, yaitu ada pengetahuan yang pasti mengenai ketidaktahuannya, maka
manusia terus menerus mencari keterangan atas ketidaktahuannya itu. Dari
keterangan-keterangan yang diperoleh, manusia mencoba menyusun suatu
sistematika integral dan konsisten sehingga bisa dijadikan suatu pandangan yang
sedapat mungkin bisa memperjelas dasar dan tujuan keberadaannya sebagai
manusia.
Seperti yang kita
ketahui, dalam diri manusia terdapat akal pikiran yang
senantiasa bergolak dan berpikir, karena akal pikiran tersebut dan dikarenakan
oleh situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh
dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan terjadi dengan dahsyat, yang
kadang-kadang tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya, menyebabkan manusia
itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi disekitar dirinya.
Hal-hal yang menakjubkan yang terjadi di dalam alam semesta inilah yang membuat
manusia termenung, berfikir dan berfikir. Bahkan manusia pun memikirkan alam
gaib, alam di balik dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan manusia pun
telah membangun pemikiran filsafat.
Demikianlah,
sesungguhnya manusia, siapa saja, eksis dalam suasana yang diliputi dengan
pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berarti bahwa manusia harus eksis di dalam dan pada dunia filsafat. Sedangkan filsafat
itu mempunyai kondisi yang berbeda-beda dan hidup subur didalam aktualisasi
keadaan manusia yang beraneka ragam. Jadi, dapatlah disimpulkan bhwa karena filsafat, maka suatu makhluk bisa
menjadi manusia; dan karena manusia,
maka pastilah berfilsafat. Filsafat menjadi ciri khas manusia.
Kaitan antara filsafat dan manusia memang
benar-benar erat,dimana manusia itu sendirilah yang akan melahirkan sebuah
filsafat. Memang pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bis
melakukan apa-apa tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasnya digambarkan bahwa
manusia yang baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari
coret-coretan. Dan dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan
terdapat goresan-goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi hereditas yang dibawa manusia itu sendiri
dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi dengan manusia yang
lainnya.
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa yunani
Philosophi. Yang berarti cinta akan kebijaksanaan.jadi dengan filsafat kita akan
terdorong menjadi orang yang bijaksana.Secara harfiah atau konseptual filsafat
dapat juga diartikan sebagai segala aktifitas manusia untuk merenungkan tentang
segala ssuatu yang ada, sehingga mempunyai makna yang mendalam. Dan biasanya
filsafat juga merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia, karena
filsafat seseorang ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi
setiap manusia cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup.
Dilihat dari definisi diatas telah terlihat dengan jelas kaitan antara filsafat
dan manusia.
Filsafat adalah hasil pemikiran
dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya. Sesuatu
disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila
berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti
tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang
sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah
filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.
Filsafat membahas sesuatu dari
segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat dinikmati hanya sebagian
kecil saja. Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas
permukaan di laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar
gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada dipikiran dan renungan yang kritis.
Filsafat bukan semata-mata permainan alam pikiran
yang hanya untuk memenuhi hasrat keingintahuan manusia, tetapi filsafat
mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia. Ada beberapa alasan mengapa kita
memerlukan filsafat, yaitu bahwa :
1.
Filsafat membantu manusia dalam mengambil
keputusan dan tindakan dalam kehidupannya.
2.
Filsafat sedikit banyaknya dapat
mengurangi kesalahpahaman dan konflik dalam hidup.
3.Untuk dasar menghadapi banyak
kesimpangsiuran banyak hal dalam dunia yang selalu berubah.
B. Filsafat dan Pendidikan
Apakah pendidikan
itu? Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap tugas hidupnya sendiri
tidak dengan bantuan orang lain. Dengan kata lain tujuan pendidikan yang utama
adalah menjadi manusia
yang cerdas, bermartabat, dan memiliki kesadaran etis ketika berada dalam proses pendidikan.
Sebagai makhluk individual, manusia perlu menemukan eksistensi jatidirinya.
Eksistensi manusia akan memperluas dirinya, belajar untuk dirinya sendiri dan
belajar memahami tentang “dunia” di luar dirinya. Meminjam perkataan Heidegger,
manusia selalu berada pada in der Welt
sein, Ia berada dalam dunianta (dunia pendidikan, dunia kerja dan
sebagainya) untuk belajar dan
mengembangkan serta memiliki tujuan hidup yang penuh makna.
Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan
adalah dua hal yang tidak terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta
tujuannya. Hal ini sangat terpahami karena pendidikan pada hakikatnya merupakan
hasil spekulasi filsafat, terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan
ketidakmampuan manusia di dalam menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu
mendamba makna-kesamaan di dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di dalam proses pendidikan pasti
akan melahirkan masalah-masalah kependidikan. Semua masalah pasti dapat dicari
jalan keluarnya. Tetapi tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan
dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata. Karena banyak di antara
masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan filosofis, yang
memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat
terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara
pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai
masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara
sistematis teori-teori pendidikan.
Dilihat dari deskripsi di atas
sudah dapat dilihat salah satu kaitan antara filsafat dan pendidikan. Dengan
uraian diatas juga akan menghasilkan dan akan memperkaya tori-teori pendidikan
dalam dunia pendidikan. Dengan demikian terdapat hubungan fungsional antara
filsafat dan teori pendidikan.
Filsafat dalam arti analisa
filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para
pakar pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya selain menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu
dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek, misalnya
filsafat idealisme,realisme,materialisme dan sebagainya, akan mewarnai pula
pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori pendidikan yang dikembangkannya.
Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak
tertentu terhadap tori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran
filsafat tersebut.
Filsafat juga berfungsi
mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Merupakan
kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya
sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dan sendirinya
akan menyangkut kebutuhan kebutuhan hidupnya.
Filsafat sebagai suatu lapangan
studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya untuk
merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat
hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segisegi pendidikan serta isi moral
pendidikannya. Filsafat juga merumuskan sistem atau teori pendidikan (science
of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinen pendidikan
atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran termasuk
pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan
negara.
Tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat berbuat
apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa
pendidikan, filsafat tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah,
seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat
pendidikan. Malalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan
pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistimologi, dan
aksiologi.
Pengertian filosof
pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus
diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
bagi setiap manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus
mempelajari filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat
itu, akan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna
pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
filsafat lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan,
dan filsafat lainnya.
Dalam pengertian-pengertian
tersebut, filsafat tidak lain bertujuan memvbawa manusia mengalami hidup yang
dimilikinya dengan pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta penghayatan yang
baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang
dimilikinya dengan benar tanpa adanya.
Pendidikan
merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan
lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu,
ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya,
pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias
mebebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia
untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan
peningkatan hidup manusia.
C.
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA,
DAN PENDIDIKAN
a.
Kedudukan
Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah induk dari ilmu
pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak ilmu pengetahuan
yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti didalamnya.
Dalam hal metode dan obyek studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahuan,
ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan
selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari fakta-fakta yang dapat
diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang
nampak.
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat
mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena filsafat lah yang
mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuan. Memang lambat laun beberapa ilmu-ilmu
pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan tetapi tidaklah berarti
ilmu pitu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat. Filsafat akan
memberikan alternative mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan manusia.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat,
antara lain :
1. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem
2. Filsafat juga memberikan
dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar yang umum
itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3. Di samping itu filsafat juga
memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu
pengetahuan.
4. Dasar yang diberikan oleh
filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Tidak
mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan
meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.
5. Filsafat juga memberikan
metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
b. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia
Untuk memberikan gambaran
bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu
diungkapkan kembali pengertian filsafat. Filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai kebijaksanaan
dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang yang
bijaksana. Dalam arti lain, filsafat didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang
radikal dalam arti mulai dari akarnya masalah samapai mencapai kebenaran
melalui tahapan pemikiran.
Oleh karena itu seorang
yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab
dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri. Kedudukan
filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada
manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan, maka filsafat memberikan pedoman hidup
kepada manusia, pedoman itu mengenai sesuatu yang berada disekitar manusia
sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga
mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia seperti akal, rasa dan kehendak.
Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh
pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang
kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Antara ketiga komponen,
yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia
diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Hal
ini biasanya digambarkan bahwa manusia yang baru lahir seperti sebuah kertas
putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan dalam masa tertentu kertas itu
sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-goresan. Dalam hal ini yaitu
menggambarkan akan fungsi herditas yang dibawa manusia itu sendiri dan
lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi dengan manusia yang lainnya.
Dalam proses kehidupan,
manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah. Untuk dapat memilih dan
melaksanakan cara hidup yang baik. Dan hal itu harus melalui pendidikan. Jadi
bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan (Animal educandum). Karena
potensi dasar yang dibawa sejak lahir, masih harus dikembangkan lagi dalam
lingkungannya melalui pendidikan.(Animal educable). Kedewasaan merupakan
tujuan perkembangan manusia dan kata kunci dalam pendidikan. Karena pendidikan
juga bisa disebut sebagai suatu upaya mendewasakan anak manusia, yaitu
membimbing anak agar menjadi manusia yang bertanggung jawab(menunjukkan adanya
kesadaran normatif pada diri manusia) Peran filsafat dalam kehidupan manusia
disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam
menjalani suatu kehidupan. Sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi.
Filsafat akan mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana
dalam hidup. Terkadang dengan berfikir filsafat, sseorang akan mempunyai suatu
filsafat hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik. Oleh karena itu
erat sekali hubungan antara keberadaan manusia, filsafat dan pendidikan dalam
proses kehidupan manusia di dunia ini.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
-
Manusia dan
Filsafat
Manusia
dan Filsafat mempunyai kaitan yang cukup erat dalam suatu
kehidupan. Manusia memiliki akal
pikiran dan berbagai kebutuhan untuk suatu hal yang diinginkan yang akan
melahirkan suati pemikiran filsafati. Filsafat bukan semata-mata permainan alam
pikiran yang hanya untuk memenuhi hasrat keingintahuan manusia, tetapi filsafat
mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia.
-
Filsafat dan pendidikan
Tidak semua masalah kependidikan
dapat dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah. Karena banyak di antara
masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan filosofis, yang
memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya. Analisa filsafat
terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, akan dapat menghasilkan
pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut,
dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Disinilah bisa kita lihat salah satu keterkaitan antara keduanya.
- Hubungan antara Manusia,Filsafat, dan Pendidikan
Filsafat
adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang melahirkan banyak
ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti
didalamnya. Filsafat memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
pengetahuan, Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus
yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka
filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk Antara
ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat
hubungannya. Dengan pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan
bertanggung jawab Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai
pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan.
B. SARAN
Di dalam kehidupan nyata manusia
di hadapkan oleh berbagai macam fenomena. Manusia dituntut untuk menjadi
manusia yang peka terhadap perkembangan zaman. Oleh sebab itu manusia
diharuskan untuk menjadi manusia yang mempunyai daya fikir yang cerdas dalam
menyikapi suatu masalah yang ada. tapi hal itu kurang lengkap tanpa adanya
suatu kebijakanaan dan tanggung jawab di dalamnya. Beberapa rumusan tujuan umum
bagi ilmuwan muda ketika mempelajari filsafat yaitu untuk lebih memanusiakan
diri, mendidik dan membangun diri, untuk membangun kebiasaan bersikap objektif
, untuk menghilangkan egoisme (kepicikan) dan membuat kita memiliki pandangan
yang luas dan bijak dalam menyikapi berbagai masalah hidup dan kehidupan.
Selain itu filsafat juga menjadikan kita menjadi diri sendiri , memiliki cara
berpikir yang disempurnakan dan memiliki sikap kritis terhadap berbagai hal.
Sebagai seorang ilmuwan muda yang sedang membangun jati diri mahasiswa perlu
menempa diri dengan filsafat agar menjadi ilmuwan yang baik di kemudian hari.
Dengan mempelajari hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan. Kita akan
lebih memahami manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya.kita akan lebih
paham tentang hal-hal positif yang akan kita peroleh melalui filsafat dan
pendidikan. Kita akan menjadi manusia yang berwawasan luas, cerdas, percaya
diri, lebih-lebih kita akan menjadi lebih dewasa, bijaksana dan bertanggung
jawab dalam menjalani kehidupan bersama masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Suhartono
Suparlan, 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA
Mudyahardjo Redja, 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Comments
Post a Comment