Makalah B.I. tentang paragraf
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
kesulitan
pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat
dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat.
Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam
kalimat lain yang membentuk paragraph, paragraf merupaka sanian kecil sebuah
karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis
dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu
bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal). Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf.
Sebagai seorang mahasiswa pada
jurusan pendidikan dan juga sebagai seorang calon guru, hendaknya kita harus
lebih memahami apa itu paragraf dan segala lingkup kaitannya sehingga kita bisa
menularkan ilmu tersebut kegenerasi kita selanjutnya. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan
tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab
formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah
karangan.
Oleh karena itu dibawah ini akan
dibahas secara spesifik mengenai pengertian paragraf, syarat-syarat
paragraf, jenis-jenis paragraf,
unsur-unsur paragraf, dan fungsi paragraf.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba menguraikan masalah pokok yang berkaitan dengan materi dalam
makalah ini yaitu:
1.
Apa yang
dimaksud dengan paragraf ?
2.
Bagaimana
syarat-syarat paragraf ?
3.
Apakah
fungsi dari paragraf ?
4.
Apa saja
unsur-unsur dari paragraf ?
5.
Apa saja
jenis-jenis paragraf ?
6.
Apa saja
pengembangan paragraf ?
C. Tujuan
Dari paparan latar belakang diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian paragraf
2.
Untuk mengetahui syarat-syarat paragraf
3.
Untuk mengetahui fungsi dari pargraf
4.
Untuk mmegetahui unsur-unsur dari paragraf
5.
Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf
6.
Untuk mengetahui bagaimana pengembangan
paragraf
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Paragraf
Paragraf
atau alinea didefinisikan secara bermacam-macam, mulai dari yang sederhana
hingga yang cukup rumit dan terperinci. Pertama, perlu disebutkan bahwa
paragraf sesungguhnya merupakan karangan mini. Dikatakan karangan mini karena
sesungguhnya segala sesuatu yang lazim terdapat didalam karangan atau tulisan,
sesuai dengan prinsip dan tata kerja karang-mengarang dan tulis-menulis, terdapa pula dalam sebuah
paragraf. Maka dapat dimengerti kalau didunia perguruan tinggi, misalnya saja
tugas untuk mengarang atau menulis ilimiah itu sering hanya dibatasi dalam satu
paragraf.
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragrafos yang artinya “menulis
disamping”. Paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
Atau ada juga yang mengartikan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat didalam paragraf harus
disusun secara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara
kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam paragraf itu. Satu hal lagi
yang perlu dicatat didalam sebuah paragraf, yakni bahwa paragraf itu harus
merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh.
Pengertian diatas menyiratkan bahwa
sebuah paragraf itu harus mengandung pertalian yang logis antar kalimatnya.
Tidak ada satupun kalimat didalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi
tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf
sesungguhnya merupakan sebuah keharusan . Sama persis dengan sebuah kalimat
yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga
mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok. Tanpa ide pokok demikian
itu, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf. Dalam
sebuah paragraf tidak mungkin terdapat lebih dari satu ide pokok atau ide
utama. Dan juga, Paragraf yang tidak memliki ide pokok sesungguhnya tidak dapat
dianggap sebagai paragraf. Tanpa ide pokok atau ide utama , sebuah
paragraf pasti tidak akan memiliki
kendali. Ide utama paragraf harus ditempatkan pada posisi yang jelas, sehingga
pengembangan terhadap ide utama akan mudah dilakukan. Penempatan ide utama yang
jelas tersebut sekaligus juga akan menentukan jenis tulisan atau karangan yang
akan diemban oleh paragraf itu. Maksudnya, apakah tulisan itu sebuah deskripsi,
sebuah argumentasi, sebuah narasi, sebuah eksposisi, sesungguhnya dapat dilihat
dari keberadaan dan penempatan ide pokok paragraf tersebut.
Contoh
paragraf :
“Sampah selamanya selalu memusingkan.
Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya
dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang
pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus
terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak
sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama
pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum
dapat dikelola dengan baik, selamaitu pula sampah menjadi masalah.”
Contoh paragraf diatas terdiri atas enam
kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal sampah. Oleh sebab itu, paragraf itu mempunyai topik “masalah
sampah” karena pokok permasalahan dalam paragraf itu adalah masalah sampah. Topik paragraf adalah pikiran utama didalam sebuah paragraf
. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran
utama itulah yang menjadi pokok persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab
itu, ia kadang-kadang disebut juga gagasan pokok didalam sebuah paragraf.
Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf,
itulah topik paragraf.
B.
Syarat-Syarat
Paragraf
Paragraf
yang baik harus memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah syarat kepaduan
bentuk dan syarat kepaduan makna. Paragraf yang baik adalah paragraf yang semua
unsur kebahasaannya menjamin kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraf itu.
Kalimat-kalimat dan unsur-unsur kebahasaan lainnya menjamin keberadaaan
paragraf itu.
Adapun kepaduan makna didalam sebuah
paragraf ditunjukkan dengan kehadiran ide atau pikiran yang satu dengan yang
lain tidak terpecah-pecah didalam paragraf itu. Kalau didalam kepaduan bentuk
paragraf dipersyaratkan tidak adanya kalimat dan unsur kebahasaan lain yang
sumbang, yang tidak mendukung keberadaan paragraf itu, sebaliknya didalam
kepaduan makna paragraf dipersyaratkan tidak boleh adanya ide atau pikiran yang
terpecah atau terbelah.
Syarat-
syarat sebuah paragraf yakni sebagi berikut :
1. Kesatuan
Kesatuan
paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama
menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu. Tiap
alenia/paragraf
hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia/paragraf adalah mengembangkan gagasan pokok
atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada
unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan
tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia
itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
Contoh : “ Jateng sukses.
Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng, selesai pertandingan
final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olah Raga Jateng,
Semarang. Kota Semarang terdapat di Pantai Utara Pulau Jawa, ibu kota provinsi
Jateng. Pernyataan ini dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini
dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali
perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh
ketangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling puncak yang
pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.”
Dalam paragraf ini kalimat
ketiga tidak menunjukkan kepaduan yang utuh terhadap paragraf. Oleh sebab itu,
kalimat itu harus dikeluarkan dari paragraf.
2.
Koherensi/Kepaduan Paragraf
Syarat
kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea ialah koherensi atau kepaduan,
yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan
antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia
yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur
pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan
menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan.
Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya,
dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain,
sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan
seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alinea, ada
bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok
kata) dalam bermacam-macam hubungan.
Pertautan yang terjadi antara
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya itu mengandaikan terjadinya kepaduan
dan kesatuan unsur-unsur yang membangun paragraf itu. Itulah mengapa
dipersyaratkan bahwa paragraf itu harus merupakan untaian kalimat-kalimat yang
sistematis susunannya, utuh dan padu pertautan makna dan bentuknya. Pemahaman
yang berbeda ihwal paragraf menegaskan bahwa untaian kalimat-kalimat yang membentuk
paragraf itu harus dapat digunakan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran atau
ide-ide yang jelas. Pikiran atau ide yang diungkapkan tersebut terdiri pikiran
utama sebagai pengendalinya dan pikiran-pikiran penjelas sebagai penopangnya.
C. Fungsi Paragraf
Sesuatu yang bersifat abstrak lebih sukar dipahami daripada sesuatu yang lebih
kecil dan konkret . Pemahamn pada dasarnya ialah memahami bagian-bagian kecil
serta hubungan antar bagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan. Karangan pun
dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang abstrak. Maka untuk memahaminya,
karangan itu perlu dipecah-pecah jadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan
istilah paragraf . Memahami isi paragraf jauh lebih mudah daripada memahami isi
buku sekaligus.
Penulisan
paragraf yang terencana baik selalu bersifat logis sistematis. Paragraaf yang
tersusun baik merupakan alat bantu baik bagi pengarang maupun bagi pembaca.
Seperangkat kalimat itu akan memungkinkan pengarang mengembangkan jalan
pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca, kalimat-kalimat yang tersusun
secara sistematis itu sangat memudahkan untuk menelusuri serta memahami jalan
pikiran pengarang.
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan
karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan,
sebagai berikut:
1. Penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok
keseluruhan paragraf
2. Alat untuk
memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3. Penanda
bahwa pikiran baru dimulai
4. Alat bagi
pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5. Dalam rangka
keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar , transisi, dan penutup.
D. Unsur-Unsur Paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun
paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Topik
merupakan hal terpenting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar
kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga
bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah
ditentukan sebelumnya.
a. Kalimat
Utama
Unsur pertama dari sebuah
paragraf adalah kalimat utama yang merupakan kalimat yang mengandung ide pokok
atau ide utama atau pikiran utama paragraf yang merupakan pengendali dari bangunan
paragraf itu. Bahkan jika ide pokok itu terimplikasi atau tersirat didalam
sebuah paragraf, ide pokok yang tersirat itupun mampu menjadi peranti kendali
bagi sebuah paragraf. Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari
pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang
mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf,
diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf. Berdasarkan penempatan
inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
-
Deduktif : kalimat
utama diletakan di awal alinea
-
Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anilea
-
Variatif
: kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
-
Deskriptif/naratif
: kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
b.
Kalimat Penjelas
Unsur
penting kedua dalam sebuah paragraf adalah kalimat penjelas. Dapat dikatakan
sebagai kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan
menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam
paragraf tersebut. Jadi, kalimat penjelas yang baik dan benar sesungguhnya akan
menjadi penentu pokok dari benar-benar baik dan tuntasnya paragraf tersebut.
Panjang atau jumlah kalimat penjelas dalam sebuah paragraf tidak ada ukuran
pasti
Tuntas dan tidak tuntasnya
penjabaran kalimat utama kedalam kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf
sama sekali tidak dapat ditentukan dan diukur dari panjang pendeknya paragraf,
tetapi lebih dari semua itu, yakni terletak pada bagaimana ide pokok dan
kalimat utama paragraf itu dijabarkan secara sungguh-sungguh jelas dan
terperinci. Jadi, jangan terkecoh dengan kuantitas atau jumlah kalimat dalam
sebuah paragraf. Tidak tentu yang panjang itu pasti beres dan tuntas. Judul
(kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.
Provokatif (menarik)
2.
Berbentuk frase
3.
Relevan (sesuai dengan isi)
4.
Logis
5.
Spesifik
c. Kalimat
Penegas
Kehadiran kalimat penegas dalam sebuah paragraf bersifat tentatif, bersifat
mana suka. Bilaman memang dirasa perlu dihadirkan,
maka silahkan saja dihadirkan didalam paragraf. Orang tertentu sangat tidak
suka dan selalu berusaha untuk menghindari pengulangan kalimat, pun jka kalimat
tersebut digunakan untuk menegaskan.
Maka, dalam konteks pemakaian
paragraf yang demikian ini, kehadiran sebuah kalimat penegas didalam paragraf,
menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis. Satu hal yang juga harus
dicatat oleh penyusun paragraf, dan para penulis pada umumnya, juga para dosen dan mahasiswa
bahwa kalimat penegas demikian itu bukanlah ide pokok dan kalimat pokok baru.
E. Jenis-Jenis
Paragraf
a. Pembagian Paragraf Menurut Teknik
Pemaparannya
Paragraf menurut teknik
pemaparannya dapat dibagi menjadi:
1. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan
tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/
fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskripsi
Berisi gambaran
mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa
atau mendengar hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4. Persuasi
Karangan ini bertujuan
mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
6.
Narasi
Karangan ini
berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
b. Pembagian Paragraf Berdasarkan Tujuannya
Paragraf
dalam sebuah karangan biasanya terbagi dalam tiga jenis, yakni paragraf
pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. Karangan atau tulisan
minimal dalam bidang apapun, hampir selalu memiliki konstruksi tiga paragraf
demikian ini. Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga
paragraf demikian ini juga berlaku. Sebuah surat dikatakan baik bila memiliki
kualifikasi yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang telah disebutkan.
a. Paragraf
Pembuka
Dapat dikatakan sebagai paragraf pembuka
karena tugas pokoknya memang adalah untuk dan mengantarkan pembaca agar dapat
memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan dihadirkan kemudian. Paragraf
pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Sebagai
pembuka atau pengantar, paragraf pembuka harus dibuat menarik atau memikat
pembaca agar mereka mau meneruskan mau meneruskan masuk ke dalam paragraf-paragraf
selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ialah dengan mengutip
pernyataan yang memberikan rangsangan dari para terkemuka atau orang yang
terkenal. Untuk karangan ilmiah yang bersifat akademik-formal, bisa pula
dicantumkan latar belakang masalah dan permasalahan yang hendak diangkat
didalam tulisan itu.
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang
terletak antara paragraf pembuka dan
paragraf penutup. Paragraf pengembang atau paragraf isi sesungguhnya berisi
inti atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dari sebuah karya tulis itu
sendiri. Dengan paragraf pengantar, para pembaca budiman sesungguhnya dibawa
dan diarahkan untuk dapat masuk kedalam paragraf-paragraf pengembang ini.
Ukuran dari paragraf pengembang tidak pernah ditentukan dalam sebuah karya
ilmiah. Banyak sedikitnya paragraf sesungguhnya tidak dapat digunakan sebagai
parameter baik atau tidaknya paragraf pengembang dari sebuah karya ilmiah.
Paragraf pengembang mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata
lain, paragraf pengembang megemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan.
Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan
yang serasi dan logis.
c. Paragraf
Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang
terdapat pada akhir karangan. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua
pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Paragraf
penutup bertugas mengakhiri sebuah tulisan atau karangan . Semua karangan pasti
diakhiri dengan paragraf penutup untuk menjami bahwa permasalahan yang
dipampangkan pada awal paragraf karangan itu terjawab secara jelas tegas dan
tuntas di dalam paragraf-paragraf pengembang, dan disimpulkan atau ditegaskan
kembali didalam paragraf penutup.
Jadi, isi paragraf penutup itu dapat berupa
simpulan atau penegasan kembali
pemaparan yang telah disajikan sebelumnya. Atau, adakalanya pula sebuah
paragraf penutup berisi rangkuman dari perincian-perincian jabaran yang telah
dilakukan sebelumnya didalam bagian isi
karangan atau tulisan.
c. Pembagian Paragraf Berdasarkan letak
Kalimat Utama
Pembagian paragraf berdasarkan letak
kalimat utama yaitu :
1.
Paragraf deduktif
Paragraf
deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai
dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh
paragraf deduktif :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam
rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para
peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya untuk membuka usaha baru.
2. Paragraf
induktif
Paragraf
induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan
diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan
pernyataan umum.
Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa
merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan
lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang
bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.
3. Paragraf
campuran
Paragraf campuran ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang
terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh
paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang
dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi
yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia
tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
F. Pengembangan Paragraf
Paragraf
harus diuraikan dan dikembangan oleh para
penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil
salah satu model pengembangan atau bisa pula menkombinasikan beberapa modl sekaligus.
1. Pengembangan
Ilmiah
Pengembangan
paragraf yang berciri ilmisah didasarkan pada fakta spesial dan kronologi.
Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan tempat, yakni dari titik tertentu menuju titik yang
tertentu pula dalam sebuah dimensi deskripsi.
2.
Pengembangan Deduksi-Induksi
Pengembangan
paragraf dengan model deduksi dimulai dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum
dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci.
Pengembangan paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang
sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
3. Pengembanga
Analogi
Pengembangan paragraf secara analogis
lazimnya dimulai dari sesuatu
yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang
banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu
yang belum banyak dipahami publik.
4. Pengembangan
Klasifikasi
Paragraf
yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip klasifikasi juga akan dapat
memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, maka
tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan.
5. Pengembangan
Komparatif dan Konstrastif
Model pengembangan komparatif yaitu pembandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi kesamaannnya. Sedangkan
perbandingan konstratif yaitu perbandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi perbedaannya.
6. Pengembangan
Sebab Akibat
Sebuah paragraf dapat dikembangkann
dengan model sebab-akibat atau sebaliknya akibat-sebab. Pengembangan paragraf
dengan cara demikian ini juga lazim
disebut sebgai pengembangan yang sifatnya rasional.
7. Pengembangan
Klimaks-Antiklimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula
dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju
kedalam puncak peristiwa yang paling besar atau paling optimal, kemudian
berhenti di puncak yang paling optimal tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
-
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragrafos yang artinya “menulis disamping”.
Paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Atau ada
juga yang mengartikan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik.
-
Syarat- syarat sebuah paragraf yakni
kesatuan dan kepaduan paragraf
-
Fungsi paragraf yaitu :
1. Penampung fragmen ide pokok atau
gagasan pokok keseluruhan paragraf
2. Alat untuk
memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3. Penanda
bahwa pikiran baru dimulai
4. Alat bagi
pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5. Dalam rangka
keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar , transisi, dan
penutup.
-
Unsur-unsur
paragraf terdiri atas kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas
-
Jenis-jenis
paragraf dibagi berdasarkan teknik pemaparannya, tujuan, dan letak kalimat
utamanya.
-
Paragraf
harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif.
B.
SARAN
Semoga karya tulis ini dapat membantu dalam menulis
paragraf yang baik dan bisa menjadi acuan bagi para penulis untuk membuat karya tulis yang
lebih baik dan semoga
karya tulis ini menjadi suatu motivasi bagi pembaca agar meningkatkan minat belajarnya
untuk mempelajari paragraf mengingat materi paragraf adalah salah satu materi
yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi Kunjana, 2009. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi.
Jakarta : Erlangga
Arifin Zaenal, S. Amran Tasai, 1991. Cermat Berbahasa Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
kesulitan
pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat
dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat.
Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam
kalimat lain yang membentuk paragraph, paragraf merupaka sanian kecil sebuah
karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis
dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu
bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal). Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf.
Sebagai seorang mahasiswa pada
jurusan pendidikan dan juga sebagai seorang calon guru, hendaknya kita harus
lebih memahami apa itu paragraf dan segala lingkup kaitannya sehingga kita bisa
menularkan ilmu tersebut kegenerasi kita selanjutnya. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan
tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab
formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah
karangan.
Oleh karena itu dibawah ini akan
dibahas secara spesifik mengenai pengertian paragraf, syarat-syarat
paragraf, jenis-jenis paragraf,
unsur-unsur paragraf, dan fungsi paragraf.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba menguraikan masalah pokok yang berkaitan dengan materi dalam
makalah ini yaitu:
1.
Apa yang
dimaksud dengan paragraf ?
2.
Bagaimana
syarat-syarat paragraf ?
3.
Apakah
fungsi dari paragraf ?
4.
Apa saja
unsur-unsur dari paragraf ?
5.
Apa saja
jenis-jenis paragraf ?
6.
Apa saja
pengembangan paragraf ?
C. Tujuan
Dari paparan latar belakang diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian paragraf
2.
Untuk mengetahui syarat-syarat paragraf
3.
Untuk mengetahui fungsi dari pargraf
4.
Untuk mmegetahui unsur-unsur dari paragraf
5.
Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf
6.
Untuk mengetahui bagaimana pengembangan
paragraf
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Paragraf
Paragraf
atau alinea didefinisikan secara bermacam-macam, mulai dari yang sederhana
hingga yang cukup rumit dan terperinci. Pertama, perlu disebutkan bahwa
paragraf sesungguhnya merupakan karangan mini. Dikatakan karangan mini karena
sesungguhnya segala sesuatu yang lazim terdapat didalam karangan atau tulisan,
sesuai dengan prinsip dan tata kerja karang-mengarang dan tulis-menulis, terdapa pula dalam sebuah
paragraf. Maka dapat dimengerti kalau didunia perguruan tinggi, misalnya saja
tugas untuk mengarang atau menulis ilimiah itu sering hanya dibatasi dalam satu
paragraf.
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragrafos yang artinya “menulis
disamping”. Paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
Atau ada juga yang mengartikan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat didalam paragraf harus
disusun secara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara
kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam paragraf itu. Satu hal lagi
yang perlu dicatat didalam sebuah paragraf, yakni bahwa paragraf itu harus
merupakan satu kesatuan yang padu dan utuh.
Pengertian diatas menyiratkan bahwa
sebuah paragraf itu harus mengandung pertalian yang logis antar kalimatnya.
Tidak ada satupun kalimat didalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi
tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf
sesungguhnya merupakan sebuah keharusan . Sama persis dengan sebuah kalimat
yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga
mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok. Tanpa ide pokok demikian
itu, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf. Dalam
sebuah paragraf tidak mungkin terdapat lebih dari satu ide pokok atau ide
utama. Dan juga, Paragraf yang tidak memliki ide pokok sesungguhnya tidak dapat
dianggap sebagai paragraf. Tanpa ide pokok atau ide utama , sebuah
paragraf pasti tidak akan memiliki
kendali. Ide utama paragraf harus ditempatkan pada posisi yang jelas, sehingga
pengembangan terhadap ide utama akan mudah dilakukan. Penempatan ide utama yang
jelas tersebut sekaligus juga akan menentukan jenis tulisan atau karangan yang
akan diemban oleh paragraf itu. Maksudnya, apakah tulisan itu sebuah deskripsi,
sebuah argumentasi, sebuah narasi, sebuah eksposisi, sesungguhnya dapat dilihat
dari keberadaan dan penempatan ide pokok paragraf tersebut.
Contoh
paragraf :
“Sampah selamanya selalu memusingkan.
Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya
dirancang. Namun, keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang
pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan sampah terus
terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita karena masalah sampah banyak
sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan banjir. Selama
pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum
dapat dikelola dengan baik, selamaitu pula sampah menjadi masalah.”
Contoh paragraf diatas terdiri atas enam
kalimat. Semua kalimat itu membicarakan soal sampah. Oleh sebab itu, paragraf itu mempunyai topik “masalah
sampah” karena pokok permasalahan dalam paragraf itu adalah masalah sampah. Topik paragraf adalah pikiran utama didalam sebuah paragraf
. Semua pembicaraan dalam paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran
utama itulah yang menjadi pokok persoalan atau pokok pembicaraan. Oleh sebab
itu, ia kadang-kadang disebut juga gagasan pokok didalam sebuah paragraf.
Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah paragraf,
itulah topik paragraf.
B.
Syarat-Syarat
Paragraf
Paragraf
yang baik harus memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah syarat kepaduan
bentuk dan syarat kepaduan makna. Paragraf yang baik adalah paragraf yang semua
unsur kebahasaannya menjamin kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraf itu.
Kalimat-kalimat dan unsur-unsur kebahasaan lainnya menjamin keberadaaan
paragraf itu.
Adapun kepaduan makna didalam sebuah
paragraf ditunjukkan dengan kehadiran ide atau pikiran yang satu dengan yang
lain tidak terpecah-pecah didalam paragraf itu. Kalau didalam kepaduan bentuk
paragraf dipersyaratkan tidak adanya kalimat dan unsur kebahasaan lain yang
sumbang, yang tidak mendukung keberadaan paragraf itu, sebaliknya didalam
kepaduan makna paragraf dipersyaratkan tidak boleh adanya ide atau pikiran yang
terpecah atau terbelah.
Syarat-
syarat sebuah paragraf yakni sebagi berikut :
1. Kesatuan
Kesatuan
paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama
menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu. Tiap
alenia/paragraf
hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia/paragraf adalah mengembangkan gagasan pokok
atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada
unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan
tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia
itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
Contoh : “ Jateng sukses.
Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng, selesai pertandingan
final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olah Raga Jateng,
Semarang. Kota Semarang terdapat di Pantai Utara Pulau Jawa, ibu kota provinsi
Jateng. Pernyataan ini dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini
dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali
perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh
ketangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling puncak yang
pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.”
Dalam paragraf ini kalimat
ketiga tidak menunjukkan kepaduan yang utuh terhadap paragraf. Oleh sebab itu,
kalimat itu harus dikeluarkan dari paragraf.
2.
Koherensi/Kepaduan Paragraf
Syarat
kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea ialah koherensi atau kepaduan,
yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan
antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia
yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur
pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan
menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan.
Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya,
dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain,
sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan
seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alinea, ada
bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok
kata) dalam bermacam-macam hubungan.
Pertautan yang terjadi antara
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya itu mengandaikan terjadinya kepaduan
dan kesatuan unsur-unsur yang membangun paragraf itu. Itulah mengapa
dipersyaratkan bahwa paragraf itu harus merupakan untaian kalimat-kalimat yang
sistematis susunannya, utuh dan padu pertautan makna dan bentuknya. Pemahaman
yang berbeda ihwal paragraf menegaskan bahwa untaian kalimat-kalimat yang membentuk
paragraf itu harus dapat digunakan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran atau
ide-ide yang jelas. Pikiran atau ide yang diungkapkan tersebut terdiri pikiran
utama sebagai pengendalinya dan pikiran-pikiran penjelas sebagai penopangnya.
C. Fungsi Paragraf
Sesuatu yang bersifat abstrak lebih sukar dipahami daripada sesuatu yang lebih
kecil dan konkret . Pemahamn pada dasarnya ialah memahami bagian-bagian kecil
serta hubungan antar bagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan. Karangan pun
dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang abstrak. Maka untuk memahaminya,
karangan itu perlu dipecah-pecah jadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan
istilah paragraf . Memahami isi paragraf jauh lebih mudah daripada memahami isi
buku sekaligus.
Penulisan
paragraf yang terencana baik selalu bersifat logis sistematis. Paragraaf yang
tersusun baik merupakan alat bantu baik bagi pengarang maupun bagi pembaca.
Seperangkat kalimat itu akan memungkinkan pengarang mengembangkan jalan
pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca, kalimat-kalimat yang tersusun
secara sistematis itu sangat memudahkan untuk menelusuri serta memahami jalan
pikiran pengarang.
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan
karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan,
sebagai berikut:
1. Penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok
keseluruhan paragraf
2. Alat untuk
memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3. Penanda
bahwa pikiran baru dimulai
4. Alat bagi
pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5. Dalam rangka
keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar , transisi, dan penutup.
D. Unsur-Unsur Paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun
paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Topik
merupakan hal terpenting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar
kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga
bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah
ditentukan sebelumnya.
a. Kalimat
Utama
Unsur pertama dari sebuah
paragraf adalah kalimat utama yang merupakan kalimat yang mengandung ide pokok
atau ide utama atau pikiran utama paragraf yang merupakan pengendali dari bangunan
paragraf itu. Bahkan jika ide pokok itu terimplikasi atau tersirat didalam
sebuah paragraf, ide pokok yang tersirat itupun mampu menjadi peranti kendali
bagi sebuah paragraf. Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari
pengembangan suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang
mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf,
diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf. Berdasarkan penempatan
inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
-
Deduktif : kalimat
utama diletakan di awal alinea
-
Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anilea
-
Variatif
: kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
-
Deskriptif/naratif
: kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
b.
Kalimat Penjelas
Unsur
penting kedua dalam sebuah paragraf adalah kalimat penjelas. Dapat dikatakan
sebagai kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan
menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam
paragraf tersebut. Jadi, kalimat penjelas yang baik dan benar sesungguhnya akan
menjadi penentu pokok dari benar-benar baik dan tuntasnya paragraf tersebut.
Panjang atau jumlah kalimat penjelas dalam sebuah paragraf tidak ada ukuran
pasti
Tuntas dan tidak tuntasnya
penjabaran kalimat utama kedalam kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf
sama sekali tidak dapat ditentukan dan diukur dari panjang pendeknya paragraf,
tetapi lebih dari semua itu, yakni terletak pada bagaimana ide pokok dan
kalimat utama paragraf itu dijabarkan secara sungguh-sungguh jelas dan
terperinci. Jadi, jangan terkecoh dengan kuantitas atau jumlah kalimat dalam
sebuah paragraf. Tidak tentu yang panjang itu pasti beres dan tuntas. Judul
(kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.
Provokatif (menarik)
2.
Berbentuk frase
3.
Relevan (sesuai dengan isi)
4.
Logis
5.
Spesifik
c. Kalimat
Penegas
Kehadiran kalimat penegas dalam sebuah paragraf bersifat tentatif, bersifat
mana suka. Bilaman memang dirasa perlu dihadirkan,
maka silahkan saja dihadirkan didalam paragraf. Orang tertentu sangat tidak
suka dan selalu berusaha untuk menghindari pengulangan kalimat, pun jka kalimat
tersebut digunakan untuk menegaskan.
Maka, dalam konteks pemakaian
paragraf yang demikian ini, kehadiran sebuah kalimat penegas didalam paragraf,
menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis. Satu hal yang juga harus
dicatat oleh penyusun paragraf, dan para penulis pada umumnya, juga para dosen dan mahasiswa
bahwa kalimat penegas demikian itu bukanlah ide pokok dan kalimat pokok baru.
E. Jenis-Jenis
Paragraf
a. Pembagian Paragraf Menurut Teknik
Pemaparannya
Paragraf menurut teknik
pemaparannya dapat dibagi menjadi:
1. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan
tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/
fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskripsi
Berisi gambaran
mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa
atau mendengar hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4. Persuasi
Karangan ini bertujuan
mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
6.
Narasi
Karangan ini
berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
b. Pembagian Paragraf Berdasarkan Tujuannya
Paragraf
dalam sebuah karangan biasanya terbagi dalam tiga jenis, yakni paragraf
pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. Karangan atau tulisan
minimal dalam bidang apapun, hampir selalu memiliki konstruksi tiga paragraf
demikian ini. Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga
paragraf demikian ini juga berlaku. Sebuah surat dikatakan baik bila memiliki
kualifikasi yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang telah disebutkan.
a. Paragraf
Pembuka
Dapat dikatakan sebagai paragraf pembuka
karena tugas pokoknya memang adalah untuk dan mengantarkan pembaca agar dapat
memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan dihadirkan kemudian. Paragraf
pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Sebagai
pembuka atau pengantar, paragraf pembuka harus dibuat menarik atau memikat
pembaca agar mereka mau meneruskan mau meneruskan masuk ke dalam paragraf-paragraf
selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ialah dengan mengutip
pernyataan yang memberikan rangsangan dari para terkemuka atau orang yang
terkenal. Untuk karangan ilmiah yang bersifat akademik-formal, bisa pula
dicantumkan latar belakang masalah dan permasalahan yang hendak diangkat
didalam tulisan itu.
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang
terletak antara paragraf pembuka dan
paragraf penutup. Paragraf pengembang atau paragraf isi sesungguhnya berisi
inti atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dari sebuah karya tulis itu
sendiri. Dengan paragraf pengantar, para pembaca budiman sesungguhnya dibawa
dan diarahkan untuk dapat masuk kedalam paragraf-paragraf pengembang ini.
Ukuran dari paragraf pengembang tidak pernah ditentukan dalam sebuah karya
ilmiah. Banyak sedikitnya paragraf sesungguhnya tidak dapat digunakan sebagai
parameter baik atau tidaknya paragraf pengembang dari sebuah karya ilmiah.
Paragraf pengembang mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata
lain, paragraf pengembang megemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan.
Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan
yang serasi dan logis.
c. Paragraf
Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang
terdapat pada akhir karangan. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua
pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Paragraf
penutup bertugas mengakhiri sebuah tulisan atau karangan . Semua karangan pasti
diakhiri dengan paragraf penutup untuk menjami bahwa permasalahan yang
dipampangkan pada awal paragraf karangan itu terjawab secara jelas tegas dan
tuntas di dalam paragraf-paragraf pengembang, dan disimpulkan atau ditegaskan
kembali didalam paragraf penutup.
Jadi, isi paragraf penutup itu dapat berupa
simpulan atau penegasan kembali
pemaparan yang telah disajikan sebelumnya. Atau, adakalanya pula sebuah
paragraf penutup berisi rangkuman dari perincian-perincian jabaran yang telah
dilakukan sebelumnya didalam bagian isi
karangan atau tulisan.
c. Pembagian Paragraf Berdasarkan letak
Kalimat Utama
Pembagian paragraf berdasarkan letak
kalimat utama yaitu :
1.
Paragraf deduktif
Paragraf
deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai
dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh
paragraf deduktif :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam
rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para
peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya untuk membuka usaha baru.
2. Paragraf
induktif
Paragraf
induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan
diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan
pernyataan umum.
Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa
merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan
lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang
bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.
3. Paragraf
campuran
Paragraf campuran ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang
terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh
paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang
dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi
yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia
tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
F. Pengembangan Paragraf
Paragraf
harus diuraikan dan dikembangan oleh para
penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil
salah satu model pengembangan atau bisa pula menkombinasikan beberapa modl sekaligus.
1. Pengembangan
Ilmiah
Pengembangan
paragraf yang berciri ilmisah didasarkan pada fakta spesial dan kronologi.
Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan tempat, yakni dari titik tertentu menuju titik yang
tertentu pula dalam sebuah dimensi deskripsi.
2.
Pengembangan Deduksi-Induksi
Pengembangan
paragraf dengan model deduksi dimulai dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum
dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci.
Pengembangan paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang
sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
3. Pengembanga
Analogi
Pengembangan paragraf secara analogis
lazimnya dimulai dari sesuatu
yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang
banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu
yang belum banyak dipahami publik.
4. Pengembangan
Klasifikasi
Paragraf
yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip klasifikasi juga akan dapat
memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, maka
tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan.
5. Pengembangan
Komparatif dan Konstrastif
Model pengembangan komparatif yaitu pembandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi kesamaannnya. Sedangkan
perbandingan konstratif yaitu perbandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi perbedaannya.
6. Pengembangan
Sebab Akibat
Sebuah paragraf dapat dikembangkann
dengan model sebab-akibat atau sebaliknya akibat-sebab. Pengembangan paragraf
dengan cara demikian ini juga lazim
disebut sebgai pengembangan yang sifatnya rasional.
7. Pengembangan
Klimaks-Antiklimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula
dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju
kedalam puncak peristiwa yang paling besar atau paling optimal, kemudian
berhenti di puncak yang paling optimal tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
-
Paragraf berasal dari bahasa Yunani paragrafos yang artinya “menulis disamping”.
Paragraf adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Atau ada
juga yang mengartikan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik.
-
Syarat- syarat sebuah paragraf yakni
kesatuan dan kepaduan paragraf
-
Fungsi paragraf yaitu :
1. Penampung fragmen ide pokok atau
gagasan pokok keseluruhan paragraf
2. Alat untuk
memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
3. Penanda
bahwa pikiran baru dimulai
4. Alat bagi
pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
5. Dalam rangka
keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar , transisi, dan
penutup.
-
Unsur-unsur
paragraf terdiri atas kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas
-
Jenis-jenis
paragraf dibagi berdasarkan teknik pemaparannya, tujuan, dan letak kalimat
utamanya.
-
Paragraf
harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif.
B.
SARAN
Semoga karya tulis ini dapat membantu dalam menulis
paragraf yang baik dan bisa menjadi acuan bagi para penulis untuk membuat karya tulis yang
lebih baik dan semoga
karya tulis ini menjadi suatu motivasi bagi pembaca agar meningkatkan minat belajarnya
untuk mempelajari paragraf mengingat materi paragraf adalah salah satu materi
yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi Kunjana, 2009. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi.
Jakarta : Erlangga
Arifin Zaenal, S. Amran Tasai, 1991. Cermat Berbahasa Indonesia.
Comments
Post a Comment