contoh laporan, praktikum hasil kali kelarutan,
“HASIL KALI
KELARUTAN”
Oleh:
Nama : JUMRAN
NIM :
20600113036
Golongan : D
Kelompok : D2
Asisten : Andi Nurul
Fatma
LABORATORIUM
KIMIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan
Praktikum Kimia Dasar dengan judul ‘Hasil Kali Kelarutan’ disusun oleh:
Nama : JUMRAN
NIM : 20600113036
Golongan : D
Kelompok : D2
Jurusan : Pendidikan Fisika
Telah diperiksa oleh asisten dan dinyatakan ACC dengan nilai :
Samata 13 Januari 2014
Asisten Praktikan
Andi Nurul Fatma JUMRAN
NIM : 20500112004 NIM :
20600113036
Mengetahui,
Koordinator
Asisten
Sugianto_____
NIM : 20402110095
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
umumnya larutan mempunyai beberapa sifat. Diantaranya sifat larutan non
elektrolit dan larutan elektrolit. Sifat larutan tersebut mempunyai hubungan
erat dengan konsentrsi dari tiap komponennya. Sifat-sifat larutan seprti rasa,
ph, warna, dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut.
Larutan dapat dibuat dari dua macam zat, yaitu zat padat dan zat cair. Larutan
dibuat untuk mendapatkan campuran larutan dari dua atau lebih zat. Larutan
memiliki dua sifat, yaitu larutan eksoterm dan larutan larutan endoterm. Berbagai
jenis garam dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun sekilas
tampilan fisiknya hampir serupa. Namun hal tersebut tidak menjamin kemiripan
sifatnya. Tiap-tiap garam memiliki karakter khas, diantaranya dalam hal
kelarutan dalam air. Ada garam yang mudah larut, sedikit larut, hingga tidak
dapat larut sama sekali.
Kelarutan
adalah banyaknya zat maksimum yang dapat larut dalam 1 liter air pada suhu 25oC
sedangkan hasil kali kelarutan adalah kali kelarutan konsentrasi ion-ion zat
yang sukar larut dalam air dipangkatkan koefisiennya masing-masing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan adalah jenis pelarut, temperature/suhu,
dan pengadukan. Sebenarnya tanpa kita sadari begitu banyak konsep kimia yang
sering kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari meskipun hanya mencampurkan
dua larutan sederhana akan tetapi telah ada bentuk reaksi didalamnya.
Dari
percobaan ini kita akan mengetahui apa itu kelarutan dan cara menentukan hasil
kelarutan dari garam karbonat, didasari dari betapa pentingnya mengetahui
sistem kesetimbangan maka dilakukan praktikum ini, dasar yang berisi materi
hasil kali kelarutan yang dapat membantu dalam hal ini, dan untuk melengkapi
praktikum ini maka disusunlah laporan yang berisi hasil praktikum dan beberapa
literatur yang menunjang.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara membuat larutan jenuh suatu
garam karbonat ?
2.
Bagaimana cara menentukan kelarutan garam
karbonat ?
3.
Bagaimana cara menetukan hasil kali kelarutan garam karbonat ?
C.
Tujuan
Tujuan
diadakan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk membuat
larutan jenuh suatu garam karbonat.
2.
Untuk
menentukan kelarutan garam karbonat.
3.
Untuk
menentukan hasil kali kelarutan garam karbonat.
D.
Waktu dan
Tempat
Hari
/ Tanggal : Sabtu, 11 Januari 2013
Pukul : 11.20 – 13.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Larutan
Dalam kimia larutan adalah campuran homogeny yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas
juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbondioksida dan oksigen
dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas
larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran
logam) dan mineral tertentu.[1]
B.
Titrasi
untuk menentukan konsentrasi zat terlarut
dalam larutan misalnya HCL kita nyatakan larutan yang tidak diketahui tersebut
dengan konsentrasi dan volume yang diketahui misalnya NaOH sampai rasio mol
tepat seperti yang dipersyaratkan oleh persamaan kimia yang seimbang.kemudian
dari volume yang diketahui kedua larutan, konsentrasi zat terlarut yang tidak
diketahui dapat dihitung. Dengan cara ini, kita dapat menentukan konsentrasi
larutan tanpa menimbang zat terlarut yang sering menyulitkan bahkan mustahil.
Misalnya, beberapa reaktan menyerap air dari udara begitu kuat sehingga anda
tidak mengetahui berapa reaktan dan berapa air yang ana timbang).
Prosedur yang digunakan disebut titrasi. Dalam percobaan titrasi yang khas 25,00 mL 0,7500 M dipipet
kedalam labu Elemeyer. Pipet adalah alat
kaca yang dikalibrasi untuk mengeluarkan volume cairan secara cermat.
Larutan NaOH dengan konsentrasi yang tidak diketahui di masukkan ke dalam
buret, dan sedikit demi sedikit dialirkan dari dasarnya untuk menjamin bahwa
bagian bawah cerat tetap penuh. Volume buret dibaca sebelum NaOH dikucurkan.
Volume NaOH yang dikucurkan adalah dengan menghitung selisih dalam pembacaan
(46,92 mL – 5,27 mL = 41,65 mL). konsentrasi NaOH sekarang dapat dihitung sebab
jumlah mol NaOH yang tepat ditambahkan sudah bereaksi seluruhnya dengan HCl.
C.
Kestimbangan
Larutan.
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana tidak ada perubahan
yang teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu reaksi kimia telah
mencapai keadaaan setimbangnya maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi
konstan, sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam system. Meskipun
demikian aktivitas molekul tetpa berjalan, molekul-molekul reaktan berubah
menjadi produk terus menerus sambil molekul-molekul produk berubah menjadi
reaktan kembali dengan kecepatan yang sama.
Manfaat kosntanta kesetimbangan yaitu umumnya kesetimbangan dapat
membantu kita dalam memprakirakan kearah mana campuran reaksi dapat berjalan
untuk mencapai kestimbangan dan untuk menghitung konsentrasi reaktan-reaktan
dan produk-produk saat keadaan kesetimbangan telah tercapai.[2]
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kesetimbangan homogenya dan heterogen. Kesetimbangan homogenya merupakan
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai fase yang sama, sehingga sistem
yang terbentuk hanya satu fase saja. Kesetimbangan heterogen merupakan
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga
system yang terbentuk pun mempunyai dari satu fase. Jika sejumlah zat terlarut
dibiarkan berhubungan dengan sejumlah terbatas pelarut, pelarutan terjadi
secara terus menerus. Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu
kembalinya spesies (atom, ion dan molekul) kedalam keadaan tak larut. Pada
waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan sama,
kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap
waktu. Proses ini adalah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya dinamakan
larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai kelarutan zat terlarut
dalam pelarut tertentu .
Sifat kesetimbangan diantara padatan ion yang sedikit larut dan ion-ionnya
dalam larutan berair, dikenal dengan kesetimbangan kelarutan. Kelarutan zat
terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan
dalam banyaknya mol zat terlarut per liter larutan jenuh. Seperti halnya
kesetimbangan asam-basa, akan diketahui bahwa kesetimbangan kelarutan sangat
dipengaruhi oleh kehadiran ion senama. Kesetimbangan kelarutan dari zat-zat
terlarut tertentu juga dipengaruhi secara serentak oleh reaksi asam-basa.
Inilah sebabnya, mengapa beberapa zat terlarut yang tidak larut dalam air mudah
larut dalam larutan asam. Masih ada pula faktor lain yang dapat meningkatkan
kelarutan zat terlarut, ialah pembentukan ion kompleks.
Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena
dalam sistem terjadi perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi, dan
sebaliknya. Sebagai contoh :
Dalam
kesetimbangan ini, terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD, dan pada saat
yang sama, AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya
keempat zat dalam sistem itu jumlahnya mendekati konstan .[3]
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
sistem kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen, Yaitu :
1.
Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan
yang anggota sistemnya mempunyai kesamaan fase, sehingga sistem yang terbentuk
itu hanya memiliki satu fase.
2.
Kesetimbangan heterogen merupakan suatu
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga
sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase.
Dalam kimia terdapat hubungan antara konstanta
kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut Hukum Kesetimbangan.
Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian antara zat hasil
reaksi dibagi dengan perkalian konsentrasi zat pereaksi, dan masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
Rumus tetapan kesetimbangan yang
menggambarkan kesetimbangan antara senyawa ion yang sedikit larut dengan
ion-ionnya dalam larutan berair dinamakan tetapan hasil kali kelarutan,
disingkat Ksp. Ksp yaitu hasil kali
konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing. [4]
Senyawa
|
Ksp
|
MgCO3
|
3,5 x 10-8
|
PbCl2
|
1,6 x 10-5
|
PbI2
|
7,1 x 10-9
|
CaF2
|
2,7 x 10-11
|
Ba (OH)2
|
5 x 10-3
|
BaCO3
|
5,1 x 10-9
|
CaSO4
|
9,1 x 10-6
|
SrSO4
|
3,2 x 10-7
|
ZnS
|
1,0 x 10-21
|
MnS
|
2,5 x 10-13
|
Tabel 1. Tetapan Hasil
Kali Kelarutan pada Suhu 25oC
Nilai Ksp
berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh,
tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan
hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Apabila hasil kali ion-ion yang
dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang dari nilai Ksp maka
larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
2. Apabila hasil kali ion-ion yang
dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya
tepat jenuhnamun tidak terjadi endapan.
3. Apabila hasil kali ion-ion yang
dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat
jenuh dan terbentuk endapan.
Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan
laboratorium dengan mengukur kelarutan sampai keadaan tepat jenuh. Dalam
keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan
zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan.
Larutan tepat jenuh dapat dibuat memasukkan zat kedalam pelarut sehingga lewat
jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut.[5]
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan
antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut. Pembentukan larutan
jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang
berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan
zat terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per
100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan
(Brady, 1999).
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari
pada larutan jenuh. Dan suatu larutan lewat jenuh lebih pekat
dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh biasanya
dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi.
Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam dalam pelarut panas dari pada
dalam pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa
itu disingkirkan. Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati
untuk menghindari pengkristalan
Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan
setimbang menanggapi peningkatan salah satu preaksinya dengan cara menggeser
kesetimbangan dimana arah pereaksi tersebut dikonsumsi. Kelarutan senyawa ion
yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain
yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama yang ditambahkan dalam larutan
jenuh adalah menurunkan kelarutan, sedangkan pengaruh ion tak senama yang lebih
dikenal dengan istilah pengaruh garam, cenderung meningkatkan kelarutan. [6]
Hubungan
hasil kali kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk maksud analisis
kuantitatif, hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit dapat larut dan
dengan sedikit penambahan garam lain. Dengan hadirnya garam dalam
konsentrasi yang sedang, konsentrasi ion dan kuat larutan akan bertambah.
Pada umumnya ini akan mengecilkan koefisien aktifitas kedua ion akibatnya
konsentrasi ion dan kelarutan harus bertambah agar hasil kali kelarutan
konstan. Efek ini, yang paling kentara bila elektrolit tambahan itu tidak
bersekutu ion dengan garam yang sedikit dapat larut, dapat disebut efek garam
Untuk
garam yang sedikit larut (kelarutannya kurang dari 0,01 mol/dm3),
adalah suatu fakta eksperimen bahwa perkalian konsentrasi-konsentrasi molekuler
total ion-ion adalah konstan pada temperatur konstan. Hasil kali ini disebut
hasil kali kelarutan
Untuk garam yang sangat larut (misalnya CaCl),
konsentrasi ion dalam larutan air yang jenuh sangat tinggi sehingga larutan
menjadi sangat tidak ideal. Ada banyak pengabungan ion – ion dalam larutan yang
menghasilkan pasangan sementara ion dengan muatan yang berlawanan dan juga
dalam kelompok yang lebih besar. Oleh karena itulah kita membatasi perhatian
kita pada pasangan garam larut dan tidak larut.[7]
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam
larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan
membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah
sebagai berikut :
1. Apabila hasil kali ion-ion yang
dipangkatkan dengan koefisiennya masing- masing kurang dari nilai Ksp maka
larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
2. Apabila hasil kalli ion – ion yang
dipangkatkan koefisiennya masing – masing sama dengan nilai Ksp maka
kelarutannya tapat jenuh, namun tidak terjadi endapan.
3. Apabila hasil kali ion – ion yang
dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat
jenuh dan terbentuk endapan.
Hubungan
antara kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan dan kelarutan
dapat pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini larutan
jenuh yang mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan murni.
Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan
kehadiran yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam kesetimbangan
kelarutan adalah misalnya larutan yang jernih dengan penambahan sedikit larutan
yang mengandung ion senama akan menurunkan kelarutan zat, dan kelebihan terlarut
mengendap. Pengaruh ion senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam.
Kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan.
Faktor yang lebih nyata dari pasangan ion adalah jika ion yang berperan serta
dalam kesetimbangan kelarutan secara bersamaan terlibat dalam kesetimbangan
asam basa atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung pada suhu.
Kesetimbangan heterogen yang terdiri atas padatan dan cairan,
misalnya padatan NB dan pelarutnya H2O, maka dalam larutan yang
terbentuk terdapat system kesetimbangan sebagai berikut :
NB (pdt) + 2nH2O ↔ N+ (nH2O) + B-
(nH2O) … (1)
Tetapan
keseimbangan system diatas adalah :
k =
…
(2)
Pada system kesimbangan yang terbentuk H2O
merupakan pelarut, sehingga jumlah besar sekali dibandingkan dengan H2O
yang mengelilingi ion-ion yang ada, dengan demikian (H2O) tersebut
dapat dikatakan tetap sehingga persamaan (2) dapat diubah kembali menjadi
kepekatan (NB) padat dalam fase itu boleh dikatakan tetap, karena (NB) dapat
berubah menjadi N (nH2O) dan B (nH2O) kecil sekali, dengan demikian
K = N+ (nH2O)
+ B- (nH2O) …
(3)
Untuk membedakan arti tetapan
keseimbangan dengan tetap keseimbangan yang lain, maka tetapan keseimbangan
persamaan (3) disebut tetapan hasil kelarutan (Ksp), besaran Ksp menunjukkan
adanya keseimbangan antara larutan jenuh dengan padatan pada suhu tertentu
dengan harganya tertentu untuk setiap jenis senyawa. [8]
Jika hasil proses kesetimbangan
heterogen ini ditelusuri dari awal, maka akan tampak proses berikut :
NB (pdt) + 2nH2O → N+ (nH2O)
+ B- (nH2O) ….
(4) [9]
Dengan demikiannpada awalnya padatan
ionic tersebut akan hilang identitasnya yang pecah menjadi N+ (nH2O)
dan B- (nH2O). interaksi antaraion-ion tersebut kecil
sekali sehingga sesungguhnya senyawa ionic NB padat sudah tidak ada dalam
system dan memebentuk system homogeny. Jika NB padat sudah terus menerus
dimasukkan dalam larutan, pada suatu saat interaksi antara ion menjadi besar
dan kembali membentuk padatan sebagai berikut :
N+ (nH2O) + B-
(nH2O) → NB (pdt) + 2nH2O
… (5)
Keadaan ion-ion yang teratur kembali
membentuk padatan tersebut keadaan jenuh dan larutan yang terbentuk disebut
larutan jenuh, dengan demikian jika peristiwa (4) dan (5) digabungkan akan
tampak seperti kesetimbangan (1).
Dari gambaran diatas dapat
disimpulkan, bahwa untuk sembarang senyawa ionic, hasil kali kelarutan pada
suhu tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ionnya dalam larutan dimana
pada suhu tersebut terjadi kesetimbangan antara ion-ion tersebut dengan
padatannya. Larutan yang demikian larutan jenuh, dengan demikian jika tetapan
hasil kali kelarutan belum dilampaui, padatan masih larut. Jika yang dilakukan
banyaknya ion-ion tersebut, perkaliannya sama persis dengan Ksp akan membentuk
larutan jenuh dan jika dilampaui, tetapi belum membentuk endapan kembali
keadaan seperti ini disebut larutan jenuh.
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor yaitu:
a. Keadaan
pereaksi dan luas pereaksi
Jika
dibandingkan dengan pita magnesium serbuk mahnesium lebih cepat bereaksi dengan
asam sulfat enceran, pada umumnya makin kecil partikel pereaksi maka semakin
besar permukaan pereaksi yang bersentuhan dalam reaksi sehingga reaksinya
cepat. Dalam sistem heterogen yaitu dengan pereaksi sangat menentukan laju
reaksi
b. Konsentrasi
Semakin
besar konsentrasi makin cepat laju reaksi meskipun tidak selalu demikian.
Reaksi yang berbeda konsentrasinya dapat mempengaruhi laju reaksi tertentu
dengan cara yang berbeda.
c. Suhu
Pada
umumnya, jika suhu dinaikkan maka laju reaksi dari larutan tersebut akan
bertambah
d. Katalis
Zat
yang mempercepat reaksi, tetapi zat itu tidak mengalami perubahan yang reaktif
(tidak dihabiskan)
e. Cahaya
Fotosintetis
dan fotografi sangat berkaitan dengan reaksi yang peka terhadap cahayanya, jika
reaksi ini tidak melibatkan cahaya maka reaksi fotosintetis yang diinginkan
tidak akan pernah terjadi.
f. Orde
reaksi
Orde
reaksi adalah bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan pertambahannya laju
reaksi akibatnya naiknya konsentrasi. Jika konsentrasi suatu zat dinaikkan
lagi, ternyata laju reaksi bertambah, maka reaksi terhadap zat itu adalah : ax
= b dengan x adalah orde reaksi.
D.
Hubungan
antara kelarutan dengan Ksp
Ksp
dapat menentukan kelarutan, kelarutan dapat pula dihitung tetapi tersirat satu
anggapan dalam perhitungan ini yaitu bahwa zat terlarut terurai menjadi kation
dan anion bebas, dan ion-ion tersebut berasosiasi menjadi spesies yang lebih
kompleks. [10]
E.
Tetapan
hasil kali kelarutan
Bila
suatu larutan asamm klorida ditambahkan suatu larutan perak nitrat,
pertama-tama partikel putih halus perak klorida yang tak larut membentuk suatu
endapan atau suspensi mirip sus. Setelah didiamkan lama, endapan padat turun
kedasar labu persamaan berikut dapat ditulis keseimmbangan antara fase padat
dari garam yang tak larut dan ion-ionnya dalam suatu larutan jenuh
perak klorida, pengaruh zat padat yang
tak larut AgCl(s) berapa saja adalah konstan tak bergantung pada
banyaknya zat yang tak terlarut.[11]
F.
Memprediksi
Reaksi Pengendapan
Dengan
mengetahui aturan kelarutan dan hasil kali kelarutan, kita dapat memprediksi
apakah endapan akan terbentuk bila kita mencampur dua larutan atau menambahkan
senyawa dapat larut kedalam larutan. Kemampuan ini sering kali mempunyai nilai
praktis. Dalam proses diinsustri dan di laboratorium, kita dapat menyesuaikan
konsentrasi ion sampai hasil kali ion melampaui Ksp untuk mendapatkan senyawa
tertentu (dalam bentuk endapan). Kemampuan memprediksi reaksi pengendapan juga
berguna dalam kodekteran. Contohnya batu ginjal, yang dapat sangat menyakitkan
terutama terdiri atas kalsium oksalat, CaC2O4 (Ksp = 2,3
x 10-9). Konsentrasi fisiologis normal ion kalsium dalam plasma
darah ialah sekitar mM (1 mM = 1 x 10-3 M) ion
oksalat (C2O4-2) diperoleh dari asam oksalat
yang ada didalam banyak sayuran seperti bayam dan rhubrah, bereaksi dengan ion
kalsium membentuk kalsium oksalat yang tak larut, yang lama kelamaan dapat
menumpuk dalam ginjal. Penyesuaian pasien dapat membantu mengurangi pembentukan
endapan. [12]
BAB
III
METODOLOGI
A. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Buret
50 ml + statif + klem 1
set
2. Corong
1
buah
3. Erlemeyer
50 ml 5
buah
4. Gelas
kimia 500 ml 2
buah
5. Gelas
Kimia 250 ml 3
buah
6. Pipet
gondok volume 25 ml 1
buah
7. Pipet
gondok volume 10 ml 1 buah
8. Pipet
volume 10 ml 1
buah
9. Pipet
volume 5 ml 1buah
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Aquades
secukupnya
2. HCl
0.001 M 10
ml
3. Indikator
penolpthalein secukupnya
4. Larutan
jenuh CaCO3 50
ml
5. Larutan
jenuh MgCO3 50
ml
6. NaOH
0.001 M 20
ml
7. Tissue
secukupnya
C. Cara Kerja
Cara kerja pada
percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Larutan
MgCO3
a. Mengambil
larutan MgCO3 jenuh sebanyak
25 ml dengan pipet gondok, kemudian memasukkan kedalam erlemeyer 100 ml, dan
menambahkan 5 ml HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok.
b. Menambahkan
larutan NaOH 0,001 M sebanyak 10 ml, kemudian meneteskan indicator
penolphtalein (PP).
c. Menitrasi
larutan dengan larutan baku HCl 0,001 M hingga terjadi perubahan warna
indicator.
d. Mencatat
volume penitar yang dibutuhkan.
e. Mengulangi
cara kerja a sampai d sebanyak 2 kali, sehingga diperoleh tiga data (triplo).
f. Mengitung
volume venitar rata-rata ( untuk dimasukkan dalam hitungan).
2. Larutan
CaCO3
a. Mengambil
larutan CaCO3 jenuh sebanyak
25 ml dengan pipet gondok, kemudian memasukkan kedalam erlemeyer 100 ml, dan
menambahkan 5 ml HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok.
b. Menambahkan
larutan NaOH 0,001 M sebanyak 10 ml, kemudian meneteskan indicator
penolphtalein (PP).
c. Menitrasi
larutan dengan larutan baku HCl 0,001 M hingga terjadi perubahan warna
indicator.
d. Mencatat
volume penitar yang dibutuhkan.
e. Mengulangi
cara kerja a sampai d sebanyak 2 kali, sehingga diperoleh tiga data (triplo).
f. Mengitung
volume venitar rata-rata ( untuk dimasukkan dalam hitungan)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Hasil
pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Tabel
Pengamatan.
Larutan
jenuh
|
V1
(ml)
|
V2
(ml)
|
Vrata-rata
(ml)
|
MgCO3
|
4
|
4,1
|
4,05
|
CaCO3
|
Tidak
berubah
|
Tidak
berubah
|
Tidak
berubah
|
2.
Analisis Data
Analisis data pada
percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Larutan
jenuh MgCO3
Volume
rata-rata penitar pada analisis MgCO3 adalah 4,05 ml maka:
Mol
NaOH sisa =
4,05 x 0,001 M
=
4,05 x 10-3 mmol
=
4,05 x 10-6 mol . . .
(A)
Volume
NaOH yang ditambahkan = 10 ml
Mol
NaOH yang ditambahkan =
10 ml x 0,001 M
=
10 x 10-3 mmol
=
10 x 10-6 mol . . .
(B)
Mol
NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa= (B) – (A)
=
(10-4,05) x 10-6
=
5,95 x 10-6 .
. . (C)
Mol
HCl
mol NaOH
= 5,95
x 10-6
Volume
HCl yang ditambahkan = 5 ml
Mol
HCl yang ditambahkan =
5 ml x 0,001 M
=
5 x 10-3 mmol
=
5 x 10-6 mol .
. . (D)
Mol
HCl yang bereaksi dengan MgCO3 =
(D) – (C)
=
(5-5,95) x 10-6
=
-0,95x 10-6 mol . . .
(E)
Mol
MgCO3 = ½ x (E)
=
½ x (-0,95) x 10-6 mol
=
-0,475x 10-6 mol
Jadi,
mol MgCO3 yang bereaksi adalah -0,475 x 10-6 mol, jumlah
25 ml MgCO3 sehingga kelarutannya adalah :
Kelarutan
(s) =
-0,475 x 10-6 mol/25 ml
= -0,475 x 10-6/25 x 10-3
L
= -19 x 10-3 mol/L
Hasil
kali kelarutan (Ksp) MgCO3 adalah:
MgCO3
=
Mg2+ + CO32-
Ksp =
[Mg2+] [CO32-]
=( -19 x 10-3) x (-19 x
10-3) M
= 361 x 10-6 M2
b.
Larutan jenuh CaCO3
Volume rata-rata
penitar pada analisis CaCO3 adalah tidak ada perubahan,
3. Pembahasan
Pembahasan
yang kami peroleh pada hasil pengamatan adalah sebagai berikut :
1.
Larutan MgCO3
Larutan
MgCO3 jenuh sebanyak 25 ml ditambahkan 5 ml HCl 0,001M kemudian
ditambahkan larutan NaOH 0,001 M sebanyak 10 ml dan ditetesi dengan indicator
penolphtalein sehingga larutan dititrasi dengan HCl 0,001 M agar terjadi
perubahan warna indicator kemudian mencatat volume dan mengulangi cara kerja
tersebut sebanyak dua kali hingga diperoleh dua data. Dari dua data yang
diperoleh dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah data hingga didapatkan
volume rata-rata sebesar 4,05 ml. kemudian dari
volume rata-rata tersebut kita mendapatkan nilai mol MgCO3 yaitu 4,05
x
10-6 mol. Dengan hasil kelarutan sebesar -19 x 10-3 mol/L
dan hasil kali kelarutannya sebesar 361 x 10-6 M2. Nilai
Ksp yang diperoleh ternyata tidak sesuai dengan Ksp teoritis yaitu 3,5 x 10-5
M2. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
saat titrasi, seperti pengukuran volume bahan, suhu ruangan yang tidak dalam
keadaan standar (25oC), dan juga kebersihan dari alat yang digunakan
sehinggat data yang diperoleh tidak akurat.
2.
Larutan jenuh CaCO3
Larutan
CaCO3 sebanyak 25 ml ditambahkan 5 ml HCl 0,001 M dan ditambahkan
larutan NaOH 0,001 M sebanyak 10 ml kemudian ditetesi indicator penolphtalein
kemudian larutan dititrasi akan tetapi tidak terjadi perubahan warna, hal ini
diakibatkan karena zat CaCO3 yang kurang baik sehingga menghasuilkan
hasil yang kurang baik pula.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Cara
membuat larutan jenuh garam karbonat yaitu dengan proses titrasi larutan.
Titrasi adalah menentukan konsentrasi zat terlarut dalam larutan misalnya HCL kita
nyatakan larutan yang tidak diketahui tersebut.
2. Cara
menentukan garam karbonat yaitu dengan cara menambahkan garam yang mengandung
ion senama. Pengaruh ion senama dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan
kesadahan air.
3. Hasil
kali kelarutan adalah suatu hasil kali konsentrasi semua ion dalam larutan
jenuh pada suhu tertentu dan masing-masing ion diberi pangkat dengan koefisien
masing-masing. Ksp pada teori dan praktikum yang dilakukan ternyata semuanya
menunjukkan angka yang berbeda yaitu untuk Ksp praktikum MgCO3 30,10
x 10-6 M2 dan teori sebesar 3,5 x 10-5 M2
sama halnya pada CaCO3 yang juga menunjukkan angka yang berbeda
untuk Ksp. Sehingga percobaan ini dapat dikatakan gagal.
B. Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Dalam
praktikum hendaknya setiap praktikan berhati-hati dalam menggunakan alat.
2. Sebaiknya
asisten dapat bekerja sama dengan
praktikan agar hasil percobaan dapat memuaskan.
3. Sebaiknya
pihak laboratorium agar dapat menyiapkan bahan-bahan yang layak pakai agar
praktikum dapat menghasilkan data-data yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Keenan Dkk.. 2007. Kimia untuk
Universitas. Erlangga: Bandung.
Petrucci, Ralph H.. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Qaddafi Muhammad. 2013. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar. UIN Press: Makassar.
Tim Dosen Kimia UNHAS, 2012 , Kimia
Dasar, Bagian Kimia Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum : Makassar
http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan,
pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 21.46
http://silversstory.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-kesetimbangan-hasil.html 7:19 PM jum’at, 17 januari 2014
[2]
Tim Dosen Kimia UNHAS, Kimia Dasar, Bagian Kimia Unit Pelaksana Teknis
Mata Kuliah Umum, Makassar, 2012.
[3]
http://silversstory.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-kesetimbangan-hasil.html
[4]
http://silversstory.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-kesetimbangan-hasil.html
[5]
http://silversstory.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-kesetimbangan-hasil.html 7:19 PM jum’at, 17 januari 2014
[6]
http://silversstory.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-kesetimbangan-hasil.html 7:19 PM jum’at, 17 januari 2014
[7]
http://silversstory.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-kesetimbangan-hasil.html 7:19 PM jum’at, 17 januari 2014
[8]
Qaddafi, Muhammad, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Laboratorium Kimia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Makassar, 2013, hlm 26
[9]
Qaddafi, Muhammad, Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Laboratorium Kimia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Makassar, 2013, hlm 25
[10]
Ralph H Petrucci, Kimia Dasar,
Erlangga, Jakarta, 1987, hlm. 332
[11]
Keenan Dkk., Kimia untuk Universitas, Erlangga, Bandung, 2007,
hlm. 2-3
[12]
Chang, Raymond, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta, 2004, hlm. 148-149
Comments
Post a Comment