Makalah Aqidah Akhlak, Iman Kepada Hari akhir,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Iman kepada hari akhir rmerupakan sesuatu yang
wajib kita imani sebagai umat muslim,
walaupun kita tidak mengetahui kapan akan datangnya hari akhir tetapi di
al-Qur’an sudah dituliskan di
wajibkan untuk semua kaum muslimin untuk mengimaninya,
mengimani hari akhir adalah salah satu cara agar kita
biasa selalu meningkatkan keimanan kita kepada Allah
SWT, karena dari kita sudah banyak yang
terlena dengan kehidupan duniawi, yang
hanya mengedepankan kehidupan duniawi dan membelakangkan dunia akhirat.
Beriman kepada
hari akhir merupakan ciri mukmin dan muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Baqarah: 4)
Kehidupan
seluruh manusia di jagat raya ini kelak akan berakhir. Semua alam raya,
bintang-bintang di langit akan meredup, deburan ombak berhenti, gunung-gunung
hancur, dan alam luluh lantak. Pada saat itulah, manusia akan dibangkitkan dan
harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis
mencoba menguraikan beberapa masalah
pokok yang berkaitan dengan matei dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari Hari Akhir ?
2. Bagaimana proses terjadinya Hari Akhir ?
3. Iman kepada Hari Akhir ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN HARI
AKHIR
Yang
dimaksud dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan dunia
yang fana ini berakhir termasuk proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari
itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya
seluruh kehiduan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur
(Ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar (Hasyr),
perhitungan seluruh amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal
baik dan amal buruk (Wazn), samapai kepada pembalasan dengan surge atau
neraka (Jaza’).
Akan tetapi pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan
tentang alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat
kecil (Al-Qiyamah As-Sughra), dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal
dunia telah memasuki bagian dari proses
transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Alam transisi
tersebut dinamai dengan alam Barzakh.
Disamping istilah Hari Akhir (Al-Yaum Al-Akhir), Al-Qur’an juga
menggunakan istilah atau nama-nama lain, yang masing-masing nama menunjukkan
peristiwa, keadaan atau suasana yang akan dialami oleh umat manusia dalam
proses menuju kehidupan yang abadi tersebut. Nama-nama itu adalah :
1.
Yaumul Qiyamah
(Hari Kiamat) (Az-Zumar 39:60)
2.
Yaumul Ba’ats
(Hari Kebangkitan) (Ar-Rum 30:56)
3.
Yaumul Hisab
(Hari Perhitungan) (Al-Mukmin 40:27)
4.
Yaumul Din (
Hari Pembalasan) (Al-Fatihah 1:3)
5.
Yaumul Fath
(Hari Kemenangan) (As-Sajadah 32:29)
6.
Yaumul Talaq
(Hari Pertemuan ) (Al-Mukmin 40 : 15-16)
7.
Yaumul Jam’I (Hari
Berhimpun) (At-Taghabun 64 : 9)
8.
Yaumul Taghabun
(Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan) (At-Taghabun 64 : 9)
9.
Yaumul Khulud
(Hari Kekekalan) (Qaf 50 : 34)
10.
Yaumul Khuruj
(Hari Keluar) (Qaf : 50 : 42)
11.
Yaumul Hasrah
(Hari Penyesalan) (Maryam 19 :39)
12.
Yaumul Tanad
(Hari Panggil-Memanggil) (Al-Mukmin 40 : 32)
13.
Yaumul Fashl
(Hari Keputusan) (An-Naba’ 78 : 17)
14.
As-Sa’ah
(Waktu) (Al-Qamar 54 :1)
15.
Al-Akhirah
(Akhirat) (Al-A’la 87 : 16-17)
16.
Al-Azifah
(Peristiwa Dekat) (An-Najm 53 : 57)
17.
At-Thammah
(Mala Petaka Besar) (An-Nazi’at 79 : 34)
18.
As-Shakhah
(Tiupan Sangkakala Yang Kedua)
19.
Al-Ghasyiyah
(Kejadian Yang Menyelubungi)
20.
Al-Waqi’ah
(Peristiwa Dahsyat)
21.
Dan lain-lain.
Sedangkan
istilah Al-Yaum Al-Akhir terdapat antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat 177 :
لَيْسَ الْبِرَّ
أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ
الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ
الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Artinya
: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman keada Allah,
hari Akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi…” (Al-Baqarah 2:177)
B.
PROSES DAN
PERISTIWA HARI AKHIR
Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah
kronologis peristiwa yang akan dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti,
mulai dari Kiamat sampai Pembalasan dengan surge atau neraka. Tapi, seperti
yang sudah dijelaskan pada pasal sebelumnya pembahasan akan kita mulai dari
alam kubur, yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.
1.
Alam Kubur
Yang dimaksud dengan alam kubur bukanlah semata kuburan, tetapi
alam yang dimasuki oleh setiap orang yang meninggal dunia, apakah dia
dikuburkan atau tidak dikuburkan. Misalnya jasad Fir’aun(Rames II), meskipun
sampai sekarang masih utuh sebagai mummi dan disimpan di Museum Tahrir
Kairo Mesir, namun tetap tidak bias terbebas dari alam kubur. Begitu juga
jasad-jasad lain, baik yang utuh maupun yang hancur bagai tepung tetap memasuki
alam kubur.
Alam kubur dikenal juga dengan sebutan
Alam Barzakh, Barzakh artinya yang membatasi antara dua hal. Dalam hal ini Alam Barzakh adalah alam pembatas antara alam dunia
dan alam akhirat.
Setelah seseorang memasuki alam kubur,
dia akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhan, Agama dan
Nabi-Nya. Orang yang beriman akan menjawab : Tuhanku Allah, Agamaku Islam dan
Nabiku Muhammad SAW. Sedangkan orang yang tidak beriman atau ornag yang ragu
akan mengatakana tidak tahu, lalu dia akan disiksa. Yang menentukan bias atau
tidaknya seseorang menjawab pertanyaan Malaikat adalah iman dan amal shalehnya selama
hidup di dunia,. Oleh sebab itu tidak ada persiapan untuk menjawab pertnyaan
itu, kecuali meningkatkan kualitas iman dan memperbanyak amal shaleh untuk
mencari keridhaan Allah SWT semata.
Setiap orang yang lulus dalam “ujian”
alam kubur akan merasakan kenikmatan, sebaliknya yang tidak lulus akan
merasakan kenikmatan, sebaliknya yang
tidak lulus akan merasakan azb dan penderitaan. Bagaimana bentuk dan
teknis kenikmatan dan siksaan itu tidaklah perlu kita selidiki dan kita
banding-bandingkan dengan apa yang didapat di dunia sekarang ini, karena tentu
saja alam kubur yang ghaib, berbeda dengan alam dunia yang nyata ini. Tapi yang
jelas, kenikmatan dan siksaan itu dirasakan oleh roh dan badan sekaligus, bukan
hanya roh semata. Sayid Sabiq mengutip pendapat Ibnul Qayyim sebagai berikut :
“Umat salaf
(dahulu) serta para imam-imamnya
berpendapat bahwa jikalau seseorang manusia meninggal dunia, maka ia akan
mendapat kenikmatan ataupun siksaan. Kedua macam keadaan yakni kenikmatan atau
siksaan ini akan dirasakan oleh roh dan badannya juga. Roh itu sekalipun telah
berpisah dengan tubuhnya akan tetapi dapat merasakan kenikmatan atau siksaan
itu. Roh itu ada kalanya dapat berhubungan kembali dengan tubuhnya dan dengan
demikian, maka tubuh bersama-sama dengan roh tadi akan sama-sama dapat
merasakan kenikmatan atau siksaan tersebut.
Bagaimana tubuh yang sudah hancur luluh
bahkan sudah bersatu dengan tanah bias merasakan kenikmatan dan siksaan ?.
bukankah kalau seseorang duduk memperhatikan jasad Fir’aun yang tidak dikuburkan
itu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan sekalipun tidak pernah menyaksikan ada
tanda-tanda siksaan pada tubuhnya ?. Bagaimana kita bisa memahami bahwa
kenikmatan dan siksaan kubur itu dirasakan bersama antara roh dan jasad seperti
yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim di atas ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti itu Jumhur Ulama memberikan jawaban sebagai berikut : “Padahal tidak
dapat disaksikan atau tidak membekas sama sekali dalam tubuh mayat itu, tidak
dapat digunakan sebagai hujjah bahwa hal itu tidak benar-benar sebagaimana yang dilihat. Sebabnya
ialah karena hal seperti itu tidaklah tertolak dalam kekuasaan Allah Ta’ala.
Malahan kita dapat memberikan contohnya dalam keadaan sehari-hari, yakni
seperti orang tidur. Bukankah orang tidur itu dapat merasakan kelezatan dan
juga dapat merasakan kesakitan. Orang yang duduk di dekat orang tidur itu
tentulah tidak dapat menyaksikan atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang yang sedang tidur tadi”.
Kesalahan mendasar orang-orang yang
mempertanyakan logis tidaknya kenikmatan dan siksaan kubur adalah membandingkan
keadaan di alam ghaib dengan keadaan di alam nyata di dunia ini, padahal
keduanya jelas merupakan dua alam yang sangat berbeda.
Nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah yang
dijadikan dalil adanya pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir serta adanya
kenikmatan dan siksaan di alam kubur adalah anatara lain sebagai berikut :
a.
Surah Ibrahim ayat 27 :
Artinya : “Allah meneguhkan orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..”
(Ibrahim 14:27)
Menurut Rasulullah SAW, al-qaulu
as-tsabit dalam ayat di atas adalah kesaksian bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Rasulullah, yang diberikan oleh seseorang muslim di alam kubur
tatkala ditanya oleh Malaikat (HR.Bukhari dan Muslim).
b.
Surah Al-Mukmin ayat 45-46 :
Artinya : “…Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung
oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan
petang, dan hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada Malaikat) : “Masukkanlah Fir’aun
dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (Al-Mukmin 40: 45-46)
Dalam ayat di atas ada dua azab yang
ditimpakan oleh Allah kepada Fir’aun dan kaumnya : pertama, dinampakkan neraka pada pagi dan petang ; kedua, dimasukkan ke dalam azab yang pertama, antara ma’thuf dan
ma’thuf alaih haruslah berbeda. Jika azab yang
kedua dinyatakan setelah terjadinya kiamat, tentu azab yang pertama terjadi
antara kematian dan kebangkitan yaitu azab kubur.
2.
Kiamat
Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak seorang
pun yang tahu termasuk para Nabi dan Rasul kapan akan terjadi. Dalama hal ini
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Mereka menanyakan kepadamu
tentang kiamat, kapankah terjadinya. Katakanlah : “Sesungguhnya pengetahuan
tentang kiamat itu hanya disisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat
menjelaskan waktu datangnya selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi mahluk yang
ada) di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak dating kepadamu melainkan dengan
tiba-tiba..” (Al-A’raf :187)
Namun demikian, Rasulullah SAW
memberitahukan kepada kita beberapa tanda-tanda kiamat, ada yang disebut dengan
tanda-tanda kecil (‘alamat sughra) dan ada yang disebut dengan tanda-tanda besar (‘alamat kubra). ‘Alamat kubra menunjukkan kiamat sudah sangat dekat sekali.
Apabila ditanya kapan hari Kiamat
terjadi ? Tidak ada seseorang pun yang dapat menjawabnya. Hanya Allah-lah yang
tahu kapan terjadinya Kiamat. Allah SWT, berfirman :
Artinya : “ Mereka menanyakan kepadamu tentang
kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang
Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku ; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi
mahluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan dating kepadamu,
melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu
benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang haeri
Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Q.S. Al-A’raf 7 : 187)
Walaupun
kedatangan kiamat itu masih dirahasiakan, namun sebagai orang yang beriman,
kita harus mempercayainya dengan sepenuhnya. Dalam hal ini, Allah berfirman :
Artinya : “Dan sesungguhnya hari Kiamat itu
pastilah dating, tak ada keraguan padanya; dan bahwanya Allah membangkitkan
semua orang di dalam kubur” (Q.S. Al-Hajj 22 :7)
Berdasarkan
keterangan yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis, terjadinya hari
akhir atau hari Kiamat didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda datangnya hari
akhir antara lain :
a. Terbitnya matahari dari arah barat
b. Mnculnya binatang yang berbicara dengan
manusia
c. Munculnya Yajuj (perusak dan pengacau
dan timbulnya bencana-bencana alam dahsyat)
d. Munculnya Dajjal (pendusta, penipu
ulung)
e. Al-Qur’an tinggal tulisan (sudah tidak
terasa di hati) dan Islam tinggal nama (sudah tidak ada amalan didalamnya)
f. Jumlah orang perempuan sudah berlipat
ganda daripada laki-laki.
g. Peredaran bumi sudah tidak teratur sebab
sudah mendekati keruntuhannya.
Kiamat mulai terjadi ketika Malaikat
Israfil meniup terompet yang pertama, maka hancurlah dunia dan seisinya.
Artinya : “Dan ditiuplah sangkakala,
maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. Kemudian, ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka
berdiri menunggu (putusannya masing-masing)” (Q.S. Az-Zumar 39 ; 67)
3.
Kebangkitan
Setelah tiupan terompet Malaikat Israfil
yang kedua dibangkitkanlah seluruh manusia dari kematiannya. Nyawa di
kembalikan ke jasad masing-masing. Di samping itu dihidupkan pula jin, iblis
dan Malaikat. Menurut sebagian ulama juga dihidupkan kembali beberapa macam
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Inilah yang disebut dengan al-ba’ats atau kebangkitan.
Pada waktu kebangkitan itu terjadi
orang-orang kafir dan munafiq berkata :
Artinya : “Aduh, celakalah kami!
Siapakah yang mebangkitkan kami dari tempat tidur kami ?” (Yasin 36 :52)
Wajar kalau mereka kaget dan heran,
karena memang waktu di dunia mereka sama sekali tidak percaya dengan adanya
hari berbangkit. Mereka berkata :
Artinya : “Kehidupan ini tidak lain
hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa.” (Q.S. Al-Jatsiyah 45 : 24)
4.
Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua umat manusia
akan berkumpul di padang Mahsyar menunggu perhitungan (hisab) amal perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan manusia akan
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan amalannya di dunia. Rasulullah SAW
menggambarkan perbedaan itu dalam sabdanya yang artinya :
“ Manusia itu akan dikumpulkan pada hari
kiamat menjadi tiga golongan, segolongan berjalan, segolongan lagi berkendaraan
dan segolongan lagi berjalan dengan mukanya. “Para sahabat bertanya : “Ya
Rasulullah, bagaimanakah orang-orang itu dapat berjalan dengan mukanya ?”
Beliau bersabda : “Bahwasanya Zat Yang Maha Kuasa menjalankan mereka di atas
kakinya, tentu Maha Kuasa pula untuk menjalankan mereka dengan mukanya.
Alangkah sukarnya mereka, sebab harus berjalan dengan menjaga mukanya dari
tanah-tanah yang renjul dan banyak tanaman berduri” (HR Tirmizi)”.
Dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa
keadaan di padang mahsyar itu sangat sulit, sangat panas dan masing-masing mengurus dirinya
sendiri. Semua cepat ingin terbebas dari situasi Mahsyar, ingin cepat-cepat dihisab dan diberi keputusan, apakah akan masuk surge
atau masuk neraka. Pada saat itulah mereka dating minta syafa’at kepada para Nabi dan Rasul terdahulu,
tapi semua menolak. Akhirnya mereka sampai kepada Rasulullah SAW, barulah
beliau yang bersedia memintakan kepada Allah SWT agar segera diadakan putusan
dan penetapan antar seluruh mahluk, agar mereka cepat terbebas dari
kesengsaraan yang diderita di padang Mahsyar.
5.
Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan akan dilaksanakan sesuai
dengan isi “kitab” yang mencatat seluruh amalan seseorang di atas dunia. Cara
menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang menerima dari
kanan dan depan, dan ada yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut
mengisyaratkan perbedaan “nasib” nya di akhirat. Allah menjelaskan perbedaan
tersebut :
Artinya : “Adapun orang yang diberikan
ktabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang
mudah, dan dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan
kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang
yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak “Celakalah aku”.
Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” (Al-Insyiqaq 84 : 7-12).
Pada hari perhitungan itu mulut tidak
bias lagi memberikan jawaban yang tidak benar, karena seluruh tubuh akan
menjadi saksi.
Kemudian setelah dilakukan perhitungan,
dilakukan penimbangan. Siapa yang berat timbangan kebaikannya akan masuk surge,
sedangkan siapa yang berat timbangan kejahatannya akan mudah masuk neraka. Pada
hari tidak akan ada seorang pun yang dirugikan, penimbangan dilakukan dengan
seadil-adilnya oleh Yang Maha Adil. Setelah hisab dan wazn (mizan) semua orang akan melalui as-shirath (jembatan) yang terbentang di atas neraka jahanam. Semua manusia tanpa
terkecuali, termasuk para Nabi dan Rsul akan melalui jembatan tersebut. Siapa
yang berjalan secara lurus (istiqamah) di jalan Allah di dunia (Islam), maka dia akan berjalan pula dengan lurus (selamat) melewati jembatan
tersebut. Sulit dan mudahnya seseorang melewati jembatan itu tergantung
kualitas amalannya.
6.
Pembalasan
Setelah penimbangan dan melalui as-shirath maka setiap orang akan merasakan
pembalasan dari Allah SWT sesuai dengan hasil penimbangannya. Sebagaimana yang
sudah disebutkan sebelumnya bahwa siapa yang amal kebaikannya lebih berat dari
amalan kejahatannya maka dia akan masuk langsung ke surga tanpa harus merasakan
dulu siksaan Allah SWT di neraka. Sebaliknya siapa yang amal kejahatannya lebih
banyak dari amal kebaikannya dia akan masuk neraka. Kalau dia orang yang
beriman dan tidak mempersekutukan Allah SWT maka setelah masa hukumannya habis
di neraka dia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga. Namun bagi orang
kafir, ataupun orang-orang musyrikin mereka akan kekal selamanya di neraka.
C. HIKMAH IMAN KEPADA HARI AKHIR
Himah beriman kepada hari akhir memang
besar sekali sebab setelah manusia mengerti dan yakin adanya hari pembalasan di
akhirat atas perbuatan di dunia, setidak-tidaknya, ia pasti berhati-hati dalam
beramal. Ketikaberbuat jahat, manusia selalu ingat dan takut terhdap siksa di
akhirat. Adapun hikmah beriman kepada hari akhir yaitu sebagai berikut :
a.
Menunjukkan betapa pentingnnya iman kepada Hari Akhir itu dalam ajaran
islam. Sebab dengan adanya keimanan terhadap Hari Akhir seseorang akan disiplin
dan berusaha maksimal untuk memenuhi ajaran Allah SWT, sebab dia tahu bahwa
tidak satupun amal perbuatannya baik lahir maupun batin yang luput dari
pencatatan dan perhitungan kelak di Akhirat.
b.
Dengan adanya penggambaran yang detail tentang surge dan neraka dengan
segala kenikmatan dan siksaannya, seseorang akan terdorong untuk merasakan
kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk
merasakan siksaan. Hal tersebut tentu akan membuatnya selalu ingin melaksanakan
kebaikan dan tidak mau melaksanakan kemaksiatan.
c.
Dengan seringnya disebutkan masalah iman kepada Hari Akhir, maka hal
itu akan bisa mengingatkan orang-orang yang sering terlupa dan lalai dalam
kehidupannya karena terpengaruh dengan segala kesenangan hidup di dunia.
d.
Dengan menyebutkan masalah Hari Akhir secara detail di harapkan dapat
mematahkan argumentasi para penentangnya atau mematahkan dalil-dalil yang
sebenarnya tidak ilmiah dari orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Hari
Akhir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta.Iman kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa suatu saat alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang akan kekal selamanya tanpa ada batas waktunya.
Beriman pada hari akhi rmerupakan rukun iman yang kelima oleh karena itu sebagai umat islam kita wajib mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut. Beriman pada hari akhir mempunyai beberapa manfaat antara lain selalu bertindak hati-hati dan penuh pertimbangan,
selalu berada dalam kebenaran,
dan memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari kebaikan “Fastabiqul Khoirot”.
B.
Saran
a. Sebagai umat muslim kita wajib mempercayai akan hari akhir.
b. Harus selalu mengingat Allah dimana
pun dan kapan pun kita berada karena kita tidak tahu kapan datangnya hari
kiamat.
c. Tidak meragukan apa-apa yang telah
diberitakan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa mengurangi atau
menambahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak.
Bandung : Pustaka Setia
Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Aqidah
Islam. Yogyakarta : LPPI
Comments
Post a Comment