Tafsir QS. Al-Insiqa Ayat 3, Al-Anbiya, Al-Dzariyat Ayat 47,
Tafsir Q.S al-insyiqaq ayat 3
Dalam ayat-ayat Yang baru lalu, Allah SWT.
menjelaskan tingkah laku dan sikap yang diperlihatkan oleh kaum musyrikin
ketika mendengar ayat-ayat Alquran dibacakan kepada mereka, maka dalam ayat ini
Allah menerangkan apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka, yaitu
pembicaraan di antara mereka yang mereka sembunyikan terhadap orang lain,
mengenai Rasulullah, di mana mereka mengatakan kepada sesamanya, bahwa Muhammad
adalah manusia juga seperti mereka dan bahwa apa yang disampaikannya kepada
mereka hanyalah sihir belaka. Ini merupakan salah satu dari usaha-usaha mereka
untuk menghasut orang banyak, agar tidak memperhatikan ayat-ayat Alquran yang
disampaikan Rasulullah kepada mereka. Karena menurut anggapan mereka, Muhammad saw.
adalah manusia biasa, seperti manusia yang lain ia juga makan, minum serta
hidup berkeluarga, bekerja dan berusaha untuk mencari rezeki, sedang ayat-ayat
yang disampaikannya adalah sihir belaka, oleh sebab itu tidak patut untuk
didengar dan ditaati.
Akan tetapi pada ucapan mereka bahwa ayat-ayat itu adalah sihir, sebenarnya mencerminkan suatu pengakuan dari mereka, bahwa ayat-ayat tersebut adalah suatu yang menakjubkan mereka dan mereka merasa tidak mampu untuk menandinginya. Hanya saja, karena mereka ingin menghalangi orang lain untuk mendengarkan ayat-ayat tersebut serta mengambil pelajaran daripadanya, maka mereka menamakannya sihir, supaya orang lain menjauhinya.
Dapat disimpulkan, bahwa kaum musyrikin itu menyerang kenabian Muhammad saw. dengan dua cara. Pertama dengan mengatakan bahwa Rasul haruslah dari kalangan malaikat, bukan dari kalangan manusia; padahal Muhammad adalah manusia juga, karena mempunyai sifat dan tingkah laku yang sama dengan manusia lainnya. Kedua, dengan mengatakan bahwa ayat-ayat yang disampaikannya adalah semacam sihir, bukan wahyu dari Allah.
Kedua macam tuduhan itu mereka rahasiakan di antara sesama mereka sendiri, sebagai suatu usaha diskusi di antara mereka untuk mencari jalan yang paling tepat untuk meruntuhkan agama Islam. Dan sudah menjadi kecenderungan bagi manusia, bahwa mereka tidak akan mengajak, musuh-musuh mereka berunding dalam mencari upaya untuk merusak dan membinasakan musuh-musuh itu.
Akan tetapi pada ucapan mereka bahwa ayat-ayat itu adalah sihir, sebenarnya mencerminkan suatu pengakuan dari mereka, bahwa ayat-ayat tersebut adalah suatu yang menakjubkan mereka dan mereka merasa tidak mampu untuk menandinginya. Hanya saja, karena mereka ingin menghalangi orang lain untuk mendengarkan ayat-ayat tersebut serta mengambil pelajaran daripadanya, maka mereka menamakannya sihir, supaya orang lain menjauhinya.
Dapat disimpulkan, bahwa kaum musyrikin itu menyerang kenabian Muhammad saw. dengan dua cara. Pertama dengan mengatakan bahwa Rasul haruslah dari kalangan malaikat, bukan dari kalangan manusia; padahal Muhammad adalah manusia juga, karena mempunyai sifat dan tingkah laku yang sama dengan manusia lainnya. Kedua, dengan mengatakan bahwa ayat-ayat yang disampaikannya adalah semacam sihir, bukan wahyu dari Allah.
Kedua macam tuduhan itu mereka rahasiakan di antara sesama mereka sendiri, sebagai suatu usaha diskusi di antara mereka untuk mencari jalan yang paling tepat untuk meruntuhkan agama Islam. Dan sudah menjadi kecenderungan bagi manusia, bahwa mereka tidak akan mengajak, musuh-musuh mereka berunding dalam mencari upaya untuk merusak dan membinasakan musuh-musuh itu.
Tafsir Q.S al-anbiya
] Syaikh As Sa’diy berkata, “Hal ini adalah umum mencakup semua
tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada di langit, dengan ketinggiannya,
keluasannya dan kebesarannya, warnanya yang indah, susunannya yang rapi, dan
hal lainnya yang dapat disaksikan, seperti bintang-bintang yang kokoh,
planet-planet, matahari dan bulan yang bercahaya, di mana dari keduanya muncul
malam dan siang, dan keadaannya yang selalu beredar pada orbitnya, demikian
pula bintang-bintang sehingga dengan sebab itu manusia memperoleh banyak
manfaat, seperti panas, dingin, pergantian musim, dan mereka dapat mengenal
perhitungan waktu ibadah dan mu’amalah mereka, mereka dapat beristirahat di
malam harinya dan dapat merasakan ketenangan, demikian pula dapat bertebaran di
siang harinya serta berusaha untuk hal yang menghidupi mereka. Semua ini, jika
dipikirkan oleh orang yang pandai dan diselidiki secara mendalam, akan
membuahkan kepastian yang tidak ada keraguan lagi, bahwa Allah membatasinya
sampai waktu yang ditentukan, sampai waktu yang pasti, di mana pada waktu-waktu
itu manusia dapat memenuhi kebutuhannya, manfaat untuk mereka pun tegak, dan
agar mereka dapat bersenang-senang dan mengambil manfaat. Setelah itu, ia akan
sirna dan hilang dan akan ditiadakan oleh Yang menciptakannya, diberhentikan
oleh yang menggerakannya, dan manusia yang mendapat beban (ibadah) akan
berpindah ke tempat selain tempat ini, di mana pada tempat itu mereka
mendapatkan balasan terhadap amal mereka secara penuh dan sempurna, dan akan
dietahui bahwa maksud dari tempat ini (dunia) adalah sebagai ladang untuk
kampung yang kekal, dan bahwa dunia adalah tempat untuk melanjutkan perjalanan,
bukan tempat menetap.”Oleh karena musuh-musuh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menunggu-nunggu waktu kematian Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa tidak ada seorang pun yang
hidup kekal di dunia dan bahwa mereka pun sama akan mati.
Tafsir
Q.S ayat al-dzariyat ayat 47
Ayat ini
menerangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan langit dengan bentuk yang indah
yang menyatakan keagungan kekuasaan-Nya; diangkatnya langit di atas dengan
kekuatannya, dijadikan laksana atap yang tinggi dan kokoh. Dan Allah SWT kuasa
atas semua itu, Ia tidak pernah telah atau lesu dan tidak pernah pula merasa
letih. Secara tidak langsung ayat ini, menyanggah ucapan orang-orang Yahudi
yang mengatakan bahwa Allah SWT menjadikan langit dan bumi selama 6 (enam)
hari, namun pada hari ketujuh Allah beristirahat dan berbaring di 'Arasy-Nya
karena letih.
Comments
Post a Comment