Boombee,



Windy, nama yang tidak lazim lagi bagiku. Nama yang sangat indah dilantungkan ditelingaku menemani malam-malam ku yang penuh kesepian dan kesendirian. Umurnya yang satu tahun di bawah umuruku, Dia mempunyai keistimewaan tersendiri di antara wanita-wanita yang pernah kukenal. Matanya yang indah bagaikan sinar rembulan di malam hari, alis yang tergaris sempurna diatas matanya serta mimik wajah yang sayu memanja membuat diriku jatuh dalam dunia cinta, senyumannya yang menawan membuat hati ini menjadi tenang dan damai. Walaupun kondisi pisiknya yang tidak mendukung karena penyakitnya, Sifat manja yang menjadi ciri khasnya adalah suatu hal yang menarik bagiku dan hal yang sangat ku senangi dari dirinya. Dia memiliki karakteristik yang berbeda dari yang lain menjadi motivasi saya untuk megenalnya lebih dekat lagi.
Hari ketika dia pertama kali menginjakkan kakinya di tempatku menuntut ilmu, pertama kali ku kenal dirinya di acara tahunan sekolahku ketika menyambut siswa baru yang biasa kami kenal dengan nama MOSBA (Masa Orientasi Siswa Baru) walaupun dia belum mengenal diriku. Ku mulai melirik dirinya di kejauhan sana yang tampak indah menghiasi sekolahku dengan melangkahkan kaki dengan terbata-bata merasa takut dengan teman seperjuanganku. Tibalah masa di mana pramuka organisasi yang ku tekuni sejak dulu ini mulai merekrut anggota baru. Kabar gembira pun menghampiri dan membisik di telinga ku mengatakan bahwa dia mendaftarkan dirinya untuk menjadi anggota dan bergabung di basecamp kami.
Langkah pertama yang kulakukan sebagai calon penghuni hatinya  yaitu menanyakan nomor handponenya kepada teman dekatnya. SMS-nya pun menjadi senjata andalanku saat itu ketika ku ingin mengenal dirinya lebih dekat, dekat dan lebih dekat lagi sampai titik dimana hatinya dapat kumasuki dan ku menari-nari di dalam pikirannya setiap malam. Hahahaa…… mungkin sangat lucu di dengar tetapi inilah senjata yang kupilih saat itu! Maklum lah ku masih baru mengenal dunia “cinta”. Cinta, cinta, cinta… windy…windy…windy itulah yang selalu tergiang-ngiang di dalam benakku saat itu. Saat itu jurus pertama yang ku keluarkan yaitu mengerjain dirinya                                                                                            hari demi hari berlalu dengan kiriman sms andalanku sampai akhirnya dia mengetahui bahwa ternyata aku yang selalu mengerjainnya dan memanggilku dengan keta “BOOMBE’ kata inilah yang selalu menjadi pembuka saat aku dan dia saling mengirim pesan demi pesan sampai tanngan ini tidak terasa tombol handpone pun membekas di jari-jemari manis ini.
Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu seperti seorang fanatic bola yang sedang menunggu saat-saat pertandingan dimulai, begitupun yang kurasakan ketika ingin mengutarakan isi hati ini dengannya menjadi seorang anak baru di dunia “cinta” sangat tidak mengasyikkan karena hal ini membuat  diriku merinding, keringat dingin saat di malam hari, dan gejala-gejala grogi melanda tubuh ini. Malam yang sepi ditengah sinar bintang-bintang di atas sana yang dihiasi sinar rembulan yang begitu cerah, lengkap lah sudah saat itu yang kubutuhkan untuk mulai memopong senjata dan menarik pelatuknya untuk melepaskan kedalam lubuk hatinya. Kata “tidak mauki jadi pacarku adek” menjadi peluru terkahirku malam itu. Detak jantung seorang pasien yang terukur di chatoda ray osiloskop nama alat yang kami ketahui di jurusanku saat ini seakan garis detak jantung ku ingin mendatar dan menhilang di dunia ini menunggu jawaban darinya tentunya berharap agar tembakanku melesat masuk di relung hatinya. Kata “iye kak mau jeka jadi pacarta” menjadi kata penutup dimalam itu dan menjadi hiasan pelengkap bagaikan pesta tahun baru di dalam hati ini meledak kembang api gembira yang bertuliskan LOVE, LOVE, LOVE.
Hari-hariku menjadi sangat bermakna lagi ketika melihat senyumnya di dekatku yang pada waktu pertama kali ku hanya dapat melihatnya di kejauhan saja. Akhirnya senyum itu lebih dekat, dekat dan dekat lagi sampai sekarang tak pernah terlupakan dan tersimpan indah di relung hati ini dan dibingkai sempurna seperti pajangan saat seorang pelukis membuka pameran lukisannya.
Akan tetapi saat-saat itu sangat cepat dan singkat bagiku untuk mulai belajar membuat dirinya bahagia. Ku sadar bahwa memang sifat egois, cuek dan hal yang tidak di harapkan olehnya sering kumunculkan dan membuat dirinya menjadi tidak nyaman lagi denganku. Akhirnya hati yang dulunya menyatu membentuk sebuah lambang LOVE mulai retak dan berpisah tanpa alasan yang tidak rasional menurutku.
Begitu banyak kenangan yang menurutku indah dan sangat di sayangkan untuk dilupakan begitu saja. Sifat manjanya itu yang sangat sulit untuk ku lupakan dan menjadi alasan bagiku untuk menjadikannya adik manisku sampai saat ini. Tak begitu banyak hal-hal yang bisa kulakukan untuknya dengan waktu singkat yang dia berikan kepadaku. Jadi sampai sekarang ini kuberusaha membahagiakannya walaupun sudah bukan terikat dalam suatu ikatan yang sering kami sebut “Pacaran” kata anak alay…hahahahha
Dalam akhir ceritaku ini ku ingin mengatakan bahwa terima kasih yang tak terhingga atas semua kebahagiaan, sedih, haru, dan sakit hati ini. Hal inilah menjadikan diriku memiliki pengalaman yang tak dan takkan pernah kulupakan sampai tubuh ini terbaring di lubang liang.

” terima kasih untukmu Boombeku yang terindah”

Comments

Popular Posts