catatan

Tidak semua hal di dunia ini yg patut kita tanggapi, kita mesti selektif mana yg layak masuk dan mana yg sama sekali tak layak masuk untuk mendapatkan sebuah tanggapan ilmiah dalam alam pikiran kita sebagaimana unit terkecil kita "sel" yang memiliki bagian yg disebut membran plasma yg berkemampuan selektif permeabel.  Kemudian, aku heran sendiri dengan diriku yg mungkin harusnya memiliki kapasitas ini, tetapi terkadang lalai. Berikut akan aku coba jelaskan stetmen di atas. Yah sebuah titik "lalai" mengingatkanku pada kenyataan "manusia itu tempatnya lalai dan dosa" tetapi aku pun bosan dg ungkapan semacam ini. Aku butuh dan menginginkan "manusia itu tidak selamanya menjadi sarang lalai dan dosa" jika hanya pesimis dg itu maka kapan gelar "kuntum khoiro ummah" itu betul-betul disematkan pada manusia yg mengaku umatnya Nabi Muhammad Saw. tetapi okelah, sekali-kali kita berbuat salah, sepanjang kita telah berikhtiar dan berdo'a agar apa yg kita lakukan lancar berberkah. Tetapi permasalahan yg kemudian menimbulakan kegelisahan adalah, "mengapa umat ini begitu lemah? mudah sekali puas atas kebaikannya? hingga akhirnya menunda waktu yg sebenarnya momen2 emas dalam hidupnya, dan kemudian beralih pada kemaksiatan dan ironisnya sering jatuh ke lubang kemaksiatan yg sama. Padahal menurut riwayat bahwa "seorang mukmin itu tidak akan jatuh pada lubang kesalahan yg sama", lantas di mana posisi umat ini? yg kenyataannya 1. Tidak sholat, tidak sholat lagi. 2. Lalai, lalai lagi 3. Putus asa, putus asa misseng 4. Galau, galau milagi 5. Riya, riya lagi  contoh umum ini yg saya maksud hanya berotasi pada "manusia itu sarangnya lalai dan dosa" terus kapan? kita bisa membalikkan biduk roket melawan gravitasi agar tidak hanya mampu berotasi di tatanan tata surya kemaksiatan? Aku telah mencoba mencari solusi, and I get it ,adlah bahwa:1. Untuk mencapai gelar kuntum khoiroh ummah, maka perlu ketaatan 2. Ketaatan tingkat tinggi tidak dapat dicapai jika tanpa ketaatan tingkat kecil, mungkin sebab inilah dikatakan "Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya." (exa-taat tidak bisa dicapai tanpa menenmpuh atto-taat) 3. Kemaksiatan besar seperti meninggalkan sholat, dilakukan akibat sering menunda waktu sholat tanpa udzur yg benar, hingga akhirnya meninggalkan sholat yg biasanya diawali dr kebanyakan tertawa

Comments

Popular Posts