Makalah Akidah Akhlak Tentang, Al-Kitab



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam agama islam dikenal empat buah kitab yang wajib kita percayai serta kita imani. Jumlah kitab Suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an juga hadist. Selain dari kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul melalui malaikat Jibril, kita juga bisa berpedoman pada hadist Nabi Muhammad SAW dan Sahifah-sahifah/suhuf/lembaran  firman Allah SWT yang diturunkan pada Nabi Adam, Ibrahim, dan Musa AS.
Percaya kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib ‘ain tau wajib bagi seluruh warga muslim di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti defenisi, kitab Allah SWT adalah kitab Suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Rasulnya untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang yang mengingkari serta tidak percaya kepada l-Qur’an disebut orang-orang murtad.
Daftar kitab-kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyu:
1.      Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS.
2.      Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS.
3.      Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS.
4.      Kitab Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kitab Suci Injil yang saat ini dijadikan kitab suci oleh kaum Nasrani/Kristen katolik dan Protestan sangt berbeda dengan Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa AS semasa hidupnya untuk kaumnya. Oleh karena itu, datang Al-Qur’an untuk menjadikan penyempurna seluruh kitab suci yang ada.
Karena sebagaimana kita ketahui semua bahwa, kitab-kitab yang diturunkn oleh Allah SWT wajib kita imani. Karena apa yang sudah diutarakan dalam kitab Al-Qur’an, kitab adalah suatu pedoman bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat kelak.


B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian Iman kepada Kitab-Kitab Allah SWT!
2.      Jelaskan Kitab-kitab Allah SWT sebagai Wahyu
3.      Mengapa Al-Qur’an dijadikan sebagai Kitab yang terakhir?
4.      Apa  perbedaan Iman kepada Al-Qur’an dengan Iman kepada Kitab-kitab suci lainnya?
5.      Apa pengaruh/hikmah Iman kepada Kitab-kitab Allah sebagai kehidupan manusia?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT.
2.      Untuk mengetahui kitab-kitab Allah SWT sebagai wahyu.
3.       Untuk mengetahui Al-Qur’an sebagai kitab yang terakhir.
4.      Untuk mengetahui perbedaan Iman kepada Al-Qur’an dengan Iman kepada Kitab-Kitab suci yang lainnya.
5.      Untuk mengetahui pengaruh/hikmah Iman kepada Kitab-Kitab Allah SWT sebagai kehidupan manusia.













BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kitab-Kitab Allah
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis. Setelah jadi mashdar berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub. Dalam bahasa Indonesia, kitab berarti buku.
Secara terminologis yang dimaksud dengan kitab (Al-Kitab, Kitab Allah, Al-Kutub, Kitab-Kitab Allah) adalah Kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Kata Al-Kitab di dalam Al-Qur’an dipakai untuk beberapa pengertian:
1.    Menunjukkan semua Kitab Suci yang pernah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul:
 
            Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi...” (Al-Baqarah 2: 177).
2.    Menunjukkan semua Kitab Suci yang diturunkan sebelum Al-Qur’an:
            Artinya:
Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul." Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al-Kitab.” (Ar-Ra’d 13: 43).
3.    Menunjukkan Kitab Suci tertentu sebelum Al-Qur’an; misalnya Taurat:
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa...” (Al-Baqarah 2: 87)
4.    Menunjukkan Kitab Suci al-Qur’an secara khusus:
Artinya:
Kitab  (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Al-Baqarah 2: 2).
Di samping Al-Kitab, untuk menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya Al-Qur’an memakaikan juga istilah lain yaitu:
1.    Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci sebelum Al-Qur’an, khususnya yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘Alaihima As-salam, sebagaimana yang dinyatakan dalam Surat Al-A’la ayat 18-19
 
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (Al-A’laa 87: 18-19).
2.    Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku. Dipakai untuk menunjukkan Kitab-Kitab Suci yang diturunkan Allah sebelum Al-Qur’an, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Ali ‘Imran ayat 184:
Artinya:
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.” (Ali ‘Imran 3: 184).
3.    Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, dipakaikan khusus untuk menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud ‘Alaihi As-Salam, sebagaimana yang dinyatakan dalam An-Nisa’ ayat 163:
Artinya:
“Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An-Nisa’ 4: 163)
B.     Kitab-Kitab Allah Sebagai Wahyu
Karena Kitab Suci yang diturunkan aoleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya itu adalah kumpulan dari wahyu-wahyu-Nya, maka ada baiknya kita juga membahas terlebih dahulu apa pengertian wahyu dan bagaimana Allah menurunkannya.
Kata wahyu secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata auha. Dalam bentuk mashdar tersebut dia mempunyai dua arti, pertama Al-Khafa’ (tersembunyi, rahasia) dan kedua As-Sur’ah (cepat). Dinamai demikian karena wahyu itu adalah semacam informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-pihak yang dituju saja.
Secara terminologis, wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya (Mahabits fi’ulum Al-Qur’an Manna Al-Qat than, 1976, HAL. 32-33).
Di samping itu, Al-Qur’an menggunakan kata wahyu untuk beberapa pengertian lain, di antaranya:
1.    Ilham Fitri yang diberikan kepada manusia, seperti ilham yang diberikan Allah SWT kepada Ibu Musa menyusukan Bayinya:
Artinya:
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,..” (Al-Qashash 28:7).
2.    Instink yang diberikan kepada hewan-hewan, seperti instink yang diberikan Allah SWT kepada Lebah:
Artinya:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". (Al-Nahl 16:68)
3.    Isyarat yang cepat dengan cara memberi tanda dan kode-kode tertentu, seperti isyarat yang diberikan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih:
Artinya:
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Maryam 19: 11).
4.    Bisikan syaitan kepada manusia untuk menggoda dan menipunya:

Artinya:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)...” (Al-an’nam 6:112).
5.    Perintah Allah SWT kepada Malaikat-Nya:
Artinya:
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman..." (Al-Anfal 8: 12).
Wahyu dalam pengertian Kalam Allah itu diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya melalui 3 cara:
1.    Melalui mimpi yang benar (Ar-ru’ya As-Shadiqah fil manam). Misalnya wahyu yang diterima oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihi As-Salam dalam mimpi untuk mengorbankan putranya Ismail AS.
2.    Kalam ilahi dari balik tabir (Min wara’ Al-hijab), seperti perintah shalat fardhu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW waktu peristiwa Isra’ Mi’raj, atau wahyu yang diterima oleh Nabi Musa AS di bukit Tursina.
3.    Melalui Malaikat Jibril ‘Alaihi As-Salam, seperti wahyu yang diterima oleh Rasulullah SAW.
Penurunan wahyu melalui Malaikat Jibril ini berlangsung dalam dua cara, pertama: Jibril datang membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng (Shalshalah al-Jaras) yang amat keras, atau kedua: Jibril datang membawa wahyu dengan memperlihatkan dirinya sebagai seorang lelaki.
Demikian pengertian wahyu dan cara turunnya kepada Nabi dan Rasul.
C.     Kitab-Kitab Allah Sebelum Al-Qur’an
Sebelum Kitab Suci Al-Qur’an Allah SWT telah menurunkan beberapa Kitab Suci kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Hanya di dalam Al-Qur’an (dan Hadist Nabi yang Sahih) tidak disebut secara konkrit semua nama kitab Allah dan jumlahnya/bilngannya, yang telah diturunkan kepada para Rasul-Nya, yang disebut namanya secara konkrit dalam al-Qur’an ada 4 buah, yaitu:
1.      Kitab Taurot
Kitab Taurot merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Musa AS untuk membimbing kaumnya Bani Israil yang ditulis dengan menggunakan bahasa Ibrani.
Firman Allah swt Q.S Al-Ma’idah ayat 44
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-Ma’idah: 44)
Diantara isi kitab Taurot yang terkenal adalah 10 perintah Allah SWT (Ten of Comandement), yaitu:
a)      Mengaku ke-Esaan Allah SWT
b)      Larangan menyembah berhala
c)      Jangan menyebut nama Allah dengan sia-sia
d)      Supaya mensucikan hari Sabtu
e)      Larangan membunuh sesama manusia
f)        Menghormati ayah dan ibu
g)      Jangan berzina
h)      Larangan mencuri
i)        Tidak boleh bersaksi palsu
j)        Tidak boleh mengambil istri orang
Kalau kita cermati 10 perintah tersebut semua terdapat dalam Al-Quran, sehingga sebagai seorang muslim kita harus yakin bahwa semua kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi terdahulu itu semua terangkum dalam Al-Quran dan tidak ada satupun yang bertentangan dengan Al-Quran karena berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.
2.      Kitab Zabur
Kitab Zabur merupakan kitab yag diturunkan oleh Allah kepada Nabi Daud AS yang berisi 5 jenis nyanyian (mazmur) yang mengungkapkan semua pengalaman yang dialami Nabi Daud semasa hidupnya seperti dosa, pengampunan dosa, suka cita tentang kemenangan atas musuh Allah SWT, dan kemulian Allah SWT. Di ajarkan pada kaumnya yaitu yahudi menggunakan bahasa Qibti.
Firman Allah swt. Q. S. al-Isra’ ayat 55 :
Artinya: “Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55)
3.      Kitab Injil
Kitab Injil merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Isa AS yang intinya berisi tentang ajakan Nabi Isa AS untuk hidup zuhud (memikirkan akhirat), yaitu menjauhi kerakusan dan ketamakan duniawi. Hal ini dimaksudkan untuk meluruskan pandangan orang-orang Yahudi yang hidupnya besifat materialistis. Diajarkan pada kaumnya yaitu nasrani dengan menggunakan bahasa suryani.
Firman Allah swt. al-Maidah 46 :
وَأَتَيْنَهُ اْلإِنْجِيْلَ فِيْهِ هُدَى وَّنُوْرٌ…
Artinya:
“Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)” …(al-Maidah 46)
4.      Kitab Al-Qur’an
Kitab Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allas SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia ditulis dengan bahasa arab sebagai pedoman hidup agar manusia selamat di dunia dan akherat. Al-Qur’an telah menyempurnakan kitb-kitab terdahulu (Taurot, Zabur, dan Injil). Dengan diturunkannya Al-Qur’an, maka kitab-kitab terdahulu itu tidak berlaku lagi.
Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
Pokok-pokok kandungan Alquran
a)    Ajaran yang berkenaan dengan tauhid (keimanan) kepada Tuhan yang maha Esa.
b)   Ajaran yang berkenaan dengan ibadah yang mengatur pengabdian manusia kepada Allah SWT.
c)    Ajaran yang berkenaan dengan akhlak manusia dengan Allah SWT.
d)   Ajaran yang berkenaan dengan hukum yang mengatur kepentingan umat.
e)    Ajaran yang berkenaan dengan masyarakat (muamalah dan mukahat).
f)     Ajaran yang berkenaan dengan janji dan ancaman.
g)    Hal-hal yang berhubungan dengan sejarah umat masa lampau sebagai teladan.
h)    Hal-hal yang berhubungan dengan IPTEK.
Keutamaan Al quran
Alqur’an mempunyai beberapa keutamaan antara lain:
a)      Alquran memiliki susunan (uslub) dan ketinggian gaya bahasa yang mengagumkan.
b)       Isi alquran ditujukan kepada seluruh umat.
c)      Alquran selalu memuliakan akal pikiran yang menjadikannya sebagian dasar untuk memahami alquran.
d)      Alquran memandang manusia sama dan meniadakan sistem kasta.
e)      Alquran memberi petunjuk yang lengkap untuk manusia.
D.    Al-Qur’an Sebagai Kitab Allah Yang Terakhir
Kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT adalah Al-Qur’an Al-Karim yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dalam rentang waktu lebih kurang 23 tahun meliputi periode Mekkah dan Madinah.
            Secara etimologis Qur’an artinya bacaan atau ydang dibaca. Berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca. Secara terminologis Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di samping Al-Qur’an, kitab suci terakhir ini juga dinamai dengan nama-nama lain seperti Al-Kitab (Al-baqarah 2: 2), Al-furqan (Al-Furqan 25 :1), Az-Zikru ( Al-hijr 15; 9), Al-Mau’izhah (Yunus 10: 57), Al-Huda (Al-jin 72: 13), As-Syifa’ (Yunus 10: 57) dan lain-lain.
1.      Keutuhan dan Keaslian Al-Qur’an
Berbeda dengan Kitab-Kitab suci sebelumnya, Al-Qur’an terjamin keutuhan dan keasliannya. Hal itu bisa terjadi pertama dan utama sekali karena adanya jaminan dari Allah SWT:
Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr 15: 9)
Kemudian yang kedua karena adanya usaha-usaha yang manusiawi dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW oleh para sahabat dibawah bimbingan Rasulullah SAW dan oleh generasi berikutnya dan oleh setiap generasi kemudian. Usaha-usaha itu dapat kita lihat antara lain dalam nuktah-nuktah berikut ini:
a.       Rasulullah SAW- sebagai seorang yang ummi- berusaha menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang xditurunkan Allah SWt lewat malaikat Jibril AS. Bahkan bfelum lagi wahyu selesai disampaikan Jibril beliau segera menggerakkan kedua bibirnya untuk menghafal. Hal ini ditegur oleh Allah SWT seraya memberikan jaminan bahwa tanpa usaha, Allah Akan membuat Nabi muhammad SAW bisa membaca, hafal dan mengerti maksudnya.
Rasulullah SAW selalu mempergunakan sebagian besar malamnya untuk taqarrub, mendekatkan diri ke hadirat Allah. Melakukan Shalat dan membaca Al-qur’an dengan tartil. Kemudian seperti yang diceritakan oleh Siti’ Aisyah RA bahwa Jibril Asselalu mengunjungi Rasul pada setiap tahun untuk menyaksikan Rasul dalam bertadarus dan menghafal Al-Qur’an. Berkat perhatian dan upaya yang sungguh-sungguh, dan atas bimbingan Jibril AS serta terutama jaminan Allah SWT, sehingga Rasulullah benar-benar menguasai Al-Qur’an dengan sempurna. Tiada seorang pun yang mengungguli Rasul dalam penguasaan Al-Qur’an, yang menjadi titik tumpuan umat islam dalam masalah yang mereka perlukan (Miftah Fatidh, 1989, hal. 137-138)
b.      Setiap Rasulullah SAW selesai menerima ayat-ayat yang diwahyukan, beliau membacakannys kepada para sahabat dan memerintahkan kepada mereka untuk menghafal dan kepada sahabat-sahabat tertentu diperintahkan oleh Rasul SAW untuk menuliskannya di sarana-sarana yang memunngkinkan waktu itu seperti dipelepah-pelepah korma, ditulang-tulang binatang, di batu-batu dan kulit binatang serta sarana lainnya. Begitulah dengan sungguh-sungguh dan penuh kecintaan para sahabat yang menghafal dan mencatat Al-Qur’an. Tidak terhitung jumlahnya para sahabat yang hafal dan benar-benar menguasai Al-Qur’an. Untuk menyebut beberapa orang saja misalnya: khalifah yang empat, ibnu mas’ud, abu musa Al-As’ari, zaid bin tsabit, ibnu umar, ibnu Abbas, Amru bin ‘Ash, Mu’awiyah dan lain-lain.
c.       Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq, atas anjuran Umar bin Khatab, Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu Mushaf oleh panitia tunggal yaitu Zaid bin Tsabit dengan berpedoman kepada hafalan dan tulisan para sahabat. Ayat demi ayat disusun sesuai dengan petunbjuk Rasulullah SAW sebelumnya, tapi surat demi surat belim lagi diurutkan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW.
d.      Pada masa-masa Utsman bin affan pembukuan Al-Qur’an disempurnakan dengan menyusun surat demi surat sesuai dengan ketentuan Rasulullah SAW dan menuliskannya dalam satu sistem penulisan yang bisa menampung xsemua qira’at yang benar. Sistem penulisan itu dikenal dengan mushaf usman itu disalin beberapa naskah dan cdikirimkan kepusat-pusat pemerintahan umat islam waktu itu untuk dijadikan pedoman dan standar penulisan. Tugas pembukuan yang disempurnakan ini dilaksanakan oleh satu tim yang diketahui oleh Zaid bin Tsabit, dengan anggota Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘ash dan abdur Rahman bin Haris bin Hisyam.
e.       Pada masa-masa berikutnya para ulama selalu berusaha untuk menyempurnakan penulisan dan pemeliharaan Al-Qur’an sehingga lahirlah beberapa ilmu pengetahuan yang mendukung pemeliharaan keaslian dan keutuhan Al-Qur’an, seperti ilmu tajwid untuk qaidah-qaidah qira’ah, ilmu nahwu sharaf dari segi tata bahasa, ilmu khath dari segi penulisan, ulumul Qur’an dan ilmu Tafsir dari segi metodologi pemahaman, dan ilmu-ilmu lainnya.
Al-Qur’an dijamin oleh allah SWT keutuhan dan keasliannya sampai akhir zaman karena memang Al-Qur’an bersifat universal (‘am lijami’il basyar fi kulli makan wa zaman- berlaku untuk seluruh manusia dimana dan kapan saja berada) – berbeda dengan kitab-kitab Allah sebelumnya yang bersifat lokaluntuk umat tertentu(Al-Furqan 25: 1, Al-Anbiya’ 21: 107, Saba 34:28.
2.      Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah Sebelumnya
Dalam hubungannya dengan Kitab-Kitab Suci yang diturunkan Allah sebelumnya, Maka Al-Qur’an berfungsi Sebagai:
a.       Nasikh, baik lafazh maupun hukum, terhadap Kitab-Kitab sebelumnya. Artinya semua kitab suci terdahulu dinyatakan tidak lagi berlak. Satu-satunya yang wajib diikuti dan dilaksanakan petunjuknya hanyalah kitab suci Al-Qur’an. Hal itu disebabkan dua hal: pertama, karena kitab-kitab suci terdahulu itu tidak ada lagi yang utuh dan asli seperti waktu diturunkan; kedua, karena kitab-kitab suci tersebut berlaku khusus untuk umat dan masa tertentu saja. Dalil yang paling kuat menunnjukkan bahwa Al-Qur’an adalah Nasikh terhadap Kitab-Kitab suci sebelumnya adalah perintah Allah SWT terhadap Nabi Muhammad SAW untuk memberlakukan Al-Qur’an terhadap seluruh umat manusia termasuk para ahlul Kitab.
b.      Muhaimin atau batu ujian terhadap kebenaran Kitab-Kitab yang sebelumnya. Artinya Al-Qur’an  lah yang jadi korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada Kitab-Kitab sebelumnya. Dengan demikian Al-Qur’an lah satu-satunya yang dijadikan pegangan. Apa yang dibenarkan dan ditetapkan oleh Al-Qur’an itulah yang benar dan harus diikuti. Dan jika terdapat perbedaan /pertentangan antara Al-Qur’an dengan isi Kitab-Kitab sebelumnya maka Al-Qur’an lah yang benar dan diikuti, karena seperti dijelaskan oleh Allah sendiri Kitab-Kitab suci sebelumnya tidak bebas dari pemalsuan dan penambahan atau pengurangan dalam perjalanan sejarahnya (Lihat ayat 48 surat Al-Maidah diatas) 
3.      Keistimewaan Al-Qur’an
Sebagai kitab Allah yang terakhir Al-Qur’an mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain sebagai berikut:
a.       Berlaku umum untuk seluruh umat manusia di mana dan kapan pun mereka berada sampai akhir zaman nanti. Hal itu sesuai dengan Risalah Nabi Muhammad SAW yang ditujukan unbtuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Allah berfirman:
Artinya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al-Furqan 25: 1).
b.       Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan (As-Syumul), seperti aspek ekonomi, politik, hukum budaya, seni, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Serta xmencakup seluruh cruang lingkup kehidupan, seperti kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara dan dunia internasinal.
c.       Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah  SWT dari segala bentuk penambahan, pengurangan, dan pemalsuan, sebagai mana firman-nya:
                        Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr 15: 9)
d.      Allah SWT menjadikan Al-Qur’an untuk dipahami, dihafal, dan diamalkan. Firman-nya:
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”. (Al-Qamar 54: 17).
e.       Al-Qur’an berfungsi sebagai nasikh, muhaimin, dan mushaddiq terhadap Kitab-Kitab suci sebelumnya (lihat bagian Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah sebelumnya).
f.        Al-Qur’an berfungsi sebagai Mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW. Mukjisat berarti melemahkan. Maksudnya membuktikan kebenaran nubuwah dan risalah Nabi Muhammad SAW dengan menjadikan orang-orang yang menantangnya tidak berkutik menghadapi tantangan Al-Qur’an. Manna’ Al-Qaththan dalam bukunya mabahhits fi ‘ulum Al-Qur’an menjelaskan bahwa tantangan Al-Qur’an terhadap para penentangnya itu terdiri dari tiga tahap:
·        Tahap pertama, tantangan yang bersifat umum mencakup manusia dan jin untuk membuat seperti Al-Qur’an. Allah berfirman:
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." (Al-Isra’ 17: 88)
·        Tahap kedua, tantangan untuk membuat sepuluh surat saja seperti surat-surat Al-Qur’an. Allah berfirman:
Artinya:
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar." (Huud 11: 13).
·        Tahap ketiga, tantangan ungtuk membbuat satu surat saja seperti surat-surat yang ada pada Al-Qur’an. Allah Berfirman:
Artinya:
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al-baqarah 2: 23).
Mukjizat Al-Qur’an itu dapat dilihat dari beberapa anasir berikut ini:
a.       Gaya bahasa Al-Qur’an yang mengagumkan, yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun.
b.      Kandungan Al-Qur’an mengenai sejarah dan ramalan hidup manusia yang menakjubkan.
c.       Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan.
d.      Al-Qur’an sebagai pedoman seluruh kehidupan manusia.
e.       Al-Qur’an, kitab suci yang bebas dari kesalahan-kesalahan.
f.        Penerima wahyu Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW, seorang Nabi yang ummi.
g.       Isi Al_Qur’an yang terpelihara dari usaha pemalsuan.
(uraian lengkap tentang ini baca miftah faridh dan agus syihabuddin, Al-Qur’an sumber hukum islam yang Pertama, 189, hal. 30-99)
E.     Perbedaan Iman kepada Al-Qur’an Dengan Kitab-Kitab Suci Lainnya
Seorang muslim wajib mengimani semua kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya, baik yang disebutkan nama dan kepada siapa yang diturunkan maupun yang tidak disebutkan. Allah berfirman:

            Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” ( An-Nisaa 4: 136).
Akan tetapi tentu ada perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al-Qur’an dan iman kepada Kitab Suci sebelumnya. Kalau terhadap kitab Suci sebelumnya seorang muslin hanyalah mempunyai kewajiban mengimani keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya karena Kitab-kitab Suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah berakhir dengan kedatangan Kitab Suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Jika ada hal-hal yang sama yang masih berlaku dan diamalkan, itu hanya semata-mata karena diperintahkan oleh Al-Qur’an bukan karena ada pada Kitab Suci sebelumnya. Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam.
Untuk lebih jelasnya kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.      Mengimani bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Allah yang terakhir yang berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq bagi Kitab-Kitab Suci sebelumnya; Mukjizat bagi bagi kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW; Hudan bagi kehidupan umat manusia sampai akhir zaman; dan fungsi-fungsi lainnya (Al-Maidah 5:48; Al-Baqarah 2:23; Al-Baqarah 2: 185).
2.      Mempelajari Al-Qur’an baik cara membacanya (ilmu tajwid dan qira’ah), makna dan tafsirnya (iarjamah dan tafsir Al-Qur’an) maupun ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan Al-Qur’an seperti ulumul Qur’an, hadist, ushulul fiqhi, fiqh, dan lain-lain. (Muhammad 47: 24, At-Taubah 9: 122).
3.      Membaca Al-Qur’an sebanyak dan sebaik mungkin (Al-Muzammil 73: 4, 20).
4.      Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam seluruh kehidupannya, baik kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun kehidupan internasional. Baik aspek ekonomi, politik, hukum, budaya, pendidikan, maupun aspek hidup lainnya (Al-A’raf 7: 7-8, An-Nur 24: 51, Al-Baqarah 2: 208).
5.      Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain sehingga mereka dapat membaca, memahami dan mengamalkannya (Ali ‘Imran 3: 110, Ali ‘Imran 3: 104, An-Nahl 16: 125, Ali ‘Imran 3: 79, HR Bukhari: sebaik-baik orang di antara kamu ialah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”).

F.      Pengaruh/hikmah Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Bagi Kehidupan Seseorang
Umat Islam tidak hanya dituntut untuk beriman kepada Al-Qur’an saja, melainkan dituntut pula untuk beriman kepada Kitb-Kitab suci yang pernah diturunkan sebelum Al-Qur’an, seperti Taurat, Zabur, Injil, sekalipun Kitab-Kitab Allah selain Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi. Sebab iman kita kepada seluruh kitab-kitab Allah itu mempunyai pengaruh/hikmah yang besar bagi kita, antara lain yaitu:
1.      Mendidik umat Islam untuk bersikap toleransi terhadap pemeluk agama lain untuk menciptakan kerukunan hidup antar umat manusia yang berlainan agama. Dan hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 256:
                        Artinya:
                        Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam
Kedua ayat ini dengan jelaskan menunjukkan bahwa Islam menjunjung tinggi “kebebasan beragama”, yang merupakan hak asasi manusia yang paling asasi. Berbeda dengan umat Yahudi yang hanya mengakui Kitab Sucinya sendiri (Taurat dan Zabur), dn menolak Injil dan Al-Qur’an sebagai Kitab Allah. Demikian pula umat Nasrani hanya menerima Taurat, Zabur, dan Injil, tetapi menolak Al-Qur’an.
2.      Memberikan keyakinan umat Islam, bahwa Al-Qur’an adalah merupakan kitab penerus dan pelengkap terhadap semua kitab Allah yang pernah diturunkan sebelumnya dan merupakan pula kitab Allah yang terakhir dan paling lengkap untuk dijadikan pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana tersebut dalam surat An-Nahl ayat 89:


                        Artinya:
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
 

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.    Iman kepada kitab-kitab Allah adalah iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.
2.    Wahyu adalah semacam informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui oleh pihak-pihak yang dituju saja atau wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah, Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s, Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW.
3.    Ada 4 kitab-kitab Allah yang di Imani, yaitu sebagai berikut:
a)    Taurat: yang diturunkan kepada Nabi Musa A.S.
b)   Zabur: yang diturunkan kepada Nabi Daud A.S.
c)    Injil: yang diturunkan kepada Nabi Isa A.S.
d)   Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4.      Al-Qur’an sebagai Kitab yang terakhir karena dilihat dari Keutuhan dan Keasliannya, Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab-Kitab Allah Sebelumnya, dan Keistimewaan Al-Qur’an
5.      Perbedaan Al-Qur’an dengan Kitab-kitab suci lainnya yaitu Kalau terhadap kitab Suci sebelumnya seorang muslin hanyalah mempunyai kewajiban mengimani keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya, Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam.
6.      Pengaruh/hikmah beriman kepada Kitab-Kitab Allah yaitu Mendidik umat Islam untuk bersikap toleransi terhadap pemeluk agama lain untuk menciptakan kerukunan hidup antar umat manusia yang berlainan agama, dan Memberikan keyakinan umat Islam.


B.     Saran
Saran yang dapat kami utarakan mengenai isi makalah ini adalah:
1.    Sebaiknya dalam pembuatan makalah kita memiliki banyak referensi agar isi makalah dapat dipertanggungjawabkan
2.    Sebaiknya sumber makalah haruslah dari sumber yang terpercaya, misalnya buku secara langsung disebut”baik” oleh Dosen.


DAFTAR PUSTAKA


Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta. Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)
Zuhni, Masjfuk. 1993. Studi Islam. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
http://avrieldiezda(akidah islam).blogspot.com/2013/05/1_1.html ( 22 03 2014) 15.40


Comments

Popular Posts