sistem imun,



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dari penyakit menular yang telah ditemukan, sampai saat ini di Indonesia baru tujuh macam yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi yang selanjutnya kita sebut “Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)”
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat di uraikan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian Imunisasi
2.      Tujuan Imunisasi
3.      Apa Jenis-jenis Imunisasi, macam-macam imunisasi serta perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
4.      Apa penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di imunisasi?
5.      Pemberian Imunisasi Menurut WHO
a.       Sifat fisik
b.      Kontra indikasi
c.       Dosis
d.      Tempat pemberian
e.       Komplikasi
6.      Apa saja efek samping dari imunisasi?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian Imunisasi
2.      Mengetahui Tujuan Imunisasi
3.      Mengetahui Jenis-jenis Imunisasi, macam-macam imunisasi dan Perbedaan imunisasi aktif dan pasif
4.      Mengetahui penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di imunisasi
5.      Mengetahui Pemberian Imunisasi Menurut WHO
a.       Sifat fisik
b.      Kontra indikasi
c.       Dosis
d.      Tempat pemberian
e.       Komplikasi
6.      Mengetahui saja efek samping dari imunisasi




BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Pemberian imunisasi dimaksudkan untuk membentuk kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
       - Tingginya kadar anti body pada saat dilakukan imunisasi
       - Potensi antigen yang disuntikkan
      - Waktu antara pemberian imunisasi
Mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan bergantung dari factor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
B.   Tujuan Imunisasi
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah :
1.        Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.
2.        Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan cacat atau kematian pada penderitanya.
C.   Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi dapat di bagi atas dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
    Ø  IMUNISASI AKTIF
Merupakan pemberiaan zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga  apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi aktif ada dua yaitu :
a.       Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit.
b.      Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam  kandungan dalam setiap vaksinya antara lain:
1)      Antigen merupakan bagian dari  vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan  dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2)      Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
3)      Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk srabilisasi antigen.
4)      Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
    Ø  IMUNISASI PASIF
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi pasif ada dua , yaitu :
a.    Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh Ibu yang merupakan orang tua kandung , langsung ketika berada dalam kandungan.
b.    Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu.
D.   Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
a.    Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b.    Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun), sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
·        Imunisasi aktif: tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun.
·        Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
·        Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan.
Secara alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya tubuh si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat. Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat. Tanpa disadari seorang anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara alamiah. Mungkin ia telah mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya dari makanan yang kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan tetapi kekebalan yang diperoleh secara alamiah ini sukar diramalkan, karena seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak, maka penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi terhadap tertundanya anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian mungkin saja anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat imunisasi difteria. Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda yang telah mendapat imunisasi akan berlangsung sangat ringan dan tidak membahayakan jiwanya. Namun demikian tetap dianjurkan: “Meskipun bayi/anak anda telah mendapat imunisasi, hindarkanlah ia dari hubungan dengan anak lain yang sedang sakit”.
E.   Macam-Macam Imunisasi
Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan :
1.      Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC yang selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya  diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudiaan cara pemberiaan imunisasi BCG melalui intra derma. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas.
b.      Kontra Indikasi
·        Adanya penyakit kulit yang berat atau menahun seperti eksim, furunkolis, dan sebagainya.
·        Mereka yang sedang menderita TBC.
c.       Efek Samping
Imunisasi BCG meninggalkan indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan akan sembuh secara spontan dan akan meninggalkan tanda parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau di leher, terasa padat tetapi tidak sakit, tidak perlu di obati akan sembuh dengan sendirinya
2.      Imunisasi PPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberiaan imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberiaan pertama zat anti terbentuk  masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zay anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antar umur 2-11 bulan dengan interval empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi DPT melalui intra muscular.
b.      Efek Samping
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.
c.       Kontra Indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihilangkan pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
3.      Imunisasi Polio
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberiaan imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberiaan empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi polio melalui oral.
b.      Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping . efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang ( < 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 :1998)
c.       Kontra Indikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
4.      Imunisasi Campak
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberiaan imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberiaan imunisasi campak melalui subkutan.
b.      Efek Samping
Efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksin.
c.       Kontra Indikasi
Individu yang menderita penyakit immune deficiency atau individu yang di duga menderita gangguan respon imun seperti leukemia, lymphoma.
5.      Imunisasi Hepatitis B
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg  dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberiaan imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberiaanya adalah intramuscular.
b.      Efek Samping
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari.
c.       Kontra Indikasi
Hipersensitif pada komponen vaksin. Seperti vaksin-vaksin yang lain, vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
6.      Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan  dalam memberikan atau mencegah terjadinya penyakit campak (measles), gondong , parotis epidemika (mumps) dan rubela (campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strainedmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada, khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.
b.      Efek Samping
Efek samping vaksin porotitis biasanya berupa pembengkakan kelenjar liur yang timbul 10-14 hari setelah vaksin. Sedangkan untuk vaksin rubella, efek sampingnya terinfeksi rubella ringan seperti demam ringan, nyeri tenggorokan, pusing ruam, dan pembengkakan kelenjar.
7.      Imunisasi Tiphus Abdominalis
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya  penyakit tifus abdominalis, dalam persediaannya khususnya Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotf, berna) dan antigen capsular Vi polysacchgaride (typhim Vi, Pasteur meriux) pada vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak dua kali dengan interval empat minggu kemudian penguat setelah satu tahun kemudian.
Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul ateric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen capsular diberikan pada usia diatas dua tahun dan dapat diulang tiap tiga tahun.
8.      Imunisasi Varicella
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntukan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun  dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
9.      Imunisasi Hepatitis A
a.       Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. pemberiaan imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas dua tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin havrix (isinya virus hepatitis A strain HM175 yang inactivated) dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan boster pada enam bulan kemudiaan dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0, 6 dan 12 bulan.
               J. Imunisasi HIB (Haemophilus Influenza Tipe B).
b.      Kontra Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP; purified capsular polysacharide) kuman H. Influenzae tipe b , antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP- OMPC). Pada pemberiaan imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan tiga suntikan dengan interval dua bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan suntikan dengan interval dua bulan kemudian bosternya dapat dilakukan pada usia 18 bulan.
c.       Efek Samping
Efektivitas vaksi HIB sekitar 95 % dan relative aman meskipun menimbulkan reaksi local berupa rasa nyeri dan kemerahan pada sekitar 5-15 % bayi.
F.    Penyakit yang di Timbulkan Pada Anak yang Tidak di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak.Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut?Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti :


1.      Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju
faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
2.      Hepatitis B yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa."Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan.Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.
3.      Penyakit Polio
Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi.Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.
Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak.Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol gerak fisik.Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.   -Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintah bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dan tenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapat menular melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke mulut).Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas.Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor.Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
4.      Penyakit Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.

5.      Difteri, pertusis dan tetanus
Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini.Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan.Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat di tanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya.Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan (www.unicef.org).Angka kematian yang diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah.Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.
KEKUATAN (STRENGTHS)
·            Indonesia memiliki semangat mengimplementasikan komitmen global seperti tercantum dalam MDGs dan PRSP.
·            Imunisasi adalah bagian dari komitmen nasional dan merupakan program prioritas, telah menjadi program prioritas, telah menjadi program rutin serta merupakan bagian dari rencana strategis nasional.
·            Tersedia kebijakandan petunjuk untuk program Imunisasi ( tools EVSM, DQS, DQA, SMS,PWS dan dukungan supervisi)
·            Semua vaksin adalah produksi dalam negeri.
·            Adanya dasar dari MYP terdahulu tentang injeksi yang aman, pengurangan limbah buangan, teknologi baru:uni-ject, vaksin baru dan incinerator.
·            Pelayanan imunisasi di daerah terintegrasi dengan pelayanan KIA ( oleh bidan desa).
·            Telah memiliki standar internasiona ldalam pegelolaanrantai dingindan manajemen.
·            Telah terbentuk Komite PP KIPI ditingkat nasional dan daerah.
·             Adanya kebijakan manajemenlogistik dalam bentuk bundling system.

KELEMAHAN (WEAKNESS)
·          Alat-alat dan instrument yang ada belum berfungsi secara optimal.
·          Banyak dan cepat terjadi mutasi/perputaran pegawai yang kurang sesuai penempatannya, beban yang berlebih (tanggung jawab beberapa program),pengetahuan dan keterampilan yang kurang pada semua tingkatan, dan tidak ada perencanaan yang sistematis.
·          Beban kerja petugasyang berlebih ditingkat kabupaten/kota (adanya perampingan struktur organisasi).
·          Dana operasional yang terbatas, sehingga pelayanan imunisasi, suplai logistic, supervise dan monitoring terganggu.
·          Kurangnya pelatihan yang sistematis.
·          Sistem surveilance kurang terintegrasi.
·          Jumlah rantai dingin terbatasdan banyak peralatan rantai dingin yang sudah tua/tidak layak pakai.
·          Kurangnya advokasi kepada pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan tentang pentingnya imunisasi.
·          Kurangnya KIE dan kegiatan mobilisasi social/masyarakat.
·          Ketersediaan vaksin dilapangan masih mengalami hambatan baik  dalam jumlah maupun waktu yang disebabkan proses administrasi pengadaan.
·          Pembinaan dan pengawasan pelayanan imunisasi oleh institusi swasta belum optimal.
·          Tidak konsistennya penggunaan angka/nilai denominator dan data target ditingkat lokal dalam kaitannya dengan kebijakan dari tingkat pusat.
PELUANG (OPPORTUNITIES)
·          Kebijakan desentralisasi memberi kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah, sehingga kewenangan intervensi yang dilaksanakan lebih spesifi, mudah diterapkan dan efektif.
·          Perhatian dan komitmen internasional cukup tinggi, sehingga dukungan dari donor cukup banyak.
·          Imunisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan khususnya pada masyarakat perkotaan, sehingga mereka banyak mendatangi unit pelayanan imunisasi statis baik pemerintah maupun swasta.
·          Banyak kegiatan berbasis masyarakat yang terkait dengan program kesehatan.
·          Banyak pilihan jenis perlengkapan rantai dingin dan jarum suntik yang telah terdaftar PIS-WHO yang dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

ANCAMAN (THREATHS)
·          Komitmen dari pemerintah daerah belum sepenuhnya memprioritaskan penyelenggaraan imunisasi seperti yang diharapkan, sehingga peraturan daerah dan penganggaran kurang optimal.
·          Banyaknya kejadian seperti bencana, pilkada, pemekaran wilayah, konflik sosial, suplai listrik yang tidak stabil dan lain-lain,mempengaruhi penyelenggaraan imunisasi rutin sehingga menyebabkan penurunan cakupan.
·          Belum sepenuhnya terjamin penganggaran untuk kesinambungan pendanaan sesudah berakhirnya bantuan donor baik di tingkat pusat maupun daerah.
·          Banyaknya daerah secara geografis sulit dijangkau pelayanan imunisasi sehingga masih banyak kantong cakupan rendah.
·          Kapasitas infrastruktur meliputi sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan imunisasi meliputi sarana transportasi, suplai listrik, tempat penyimpanan vaksin, dan lain-lain sebagian daerah belum memenuhi standar.
·          Masih ada budaya di beberapa daerah yang menghambat penyelenggaraan imunisasi.





G.  Pemberian Imunisasi Menurut WHO
1.      Sifat Fisik
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang.
Vaksin dibagi menurut:
·        Sensitivitas terhadap suhu
a.       Vaksin yang Sensitive terhadap beku (freeze sensitive = FS), yaitu : DPT, DT, TT, Hepatitis B dan DPT-HB
b.      Vaksin yang sensitive terhadap panas (heat sensitive = HS), yaitu : vaksin campak, polio, dan BCG
·        Substrat pembuatannya
a.       Vaksin kuman yang hidup dilemahkan seperti :
o   Virus campak dalam vaksin campak     
o   Virus polio dalam sabin pada vaksin polio
o   Kuman TBC dalam vaksin BCG
b.      Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti :
o   Bakteri pertusis dalam DPT
o   Virus polio jenis salk dalam vaksin polio
c.       Vaksin dari racun/toksin kuman yang dilemahkan seperti :
o   Racun kuman seperti toxoid (TT), diphtheria, toxoid dalam DPT
d.      Vaksin yang terbuat dari protein khusus kuman seperti Hepatitis B
2.      Kontra Indikasi
Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak:
a.       Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b.      Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c.       Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan immunoglobulin
d.      Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis
3.      Dosis
Jenis vaksin                                                                 Dosis
     F BCG                                                                        20/Ampul
     F DPT                                                                         10/Vial
     F Polio                                                                        10/Vial
     F Campak                                                                   10/Vial
     F Hepatitis B uniject                                                    1/Kemasan
     F DT                                                                           10/Vial
     F TT                                                                           10/vial
     F DPT-HB                                                                  5/Vial
4.    Tempat Pemberian
Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000)
Vaksin
Dosid
Cara dan tempat pemberiaan
BCG
0,05 cc
Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan
DPT
0,5 cc
Intramuskular
Polio
2 tetes
Diteteskan ke mulut
Campak
0,5 cc
Subkutan, biasanya lengan kiri atas
Hepatitis B
0,5 cc
Intramuscular pada paha bagian luar
TT
0,5 cc
Intramuskular dalam biasa  di muskulus deltoideus
5.      Komplikasi
Adapun biasanya terjadi komplikasi pada penyakit campak seperti otitis media, konjungtivitis berat, enterititis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan status gizi buruk.
PANDANGAN 5 AGAMA TENTANG IMUNISASI PADA BAYI
Agama Hindu , Agama Islam , Agama Budha , Agama Kristen Protestan dan Agama Kristen Katolik :
Umumnya setiap agama mengharapkan Imunisasi ini dapat memberikan hal yang positif pada bayi maupun Ibu. Oleh karena itu Imunisasi pada bayi harus dilaksanakan dengan pengawasan yang efektif sehingga tidak ada kesalahan dalam pemberian obat tersebut , Bagi setiap Ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu agar menghindari dan mencegah timbulnya / gejala suatu penyakit pada Bayi.



H.    Efek Samping dan Penataklasanaan
1.       BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu diinsisiataupun kompres).
2.       DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan kejang positif, berikan anti convulsan.
3.       Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).
4.       Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.
5.       Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1. Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya lakukan observasi.(Dick. George, 1992 : 37).









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di uraikan pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang dan dari pembahasan di atas adalah mampu mengetahui imunisasi, jenis-jenis imunisasi, penyakit yang dapat di vaksinasi , cara pemberiannya dan komplikasi dari pemberian imunisasi.
2.      Jenis-jenis yaitu ada dua imunisasi aktif dan pasif dan macam-macam imunisasi yaitu Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin), Imunisasi PPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus), Imunisasi Polio, Imunisasi Campak, Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela), Imunisasi Tiphus Abdominalis, Imunisasi Varicella, dan Imunisasi Hepatitis A.
3.      Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
4.      Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak.
5.      Pemberian vaksin menurut WHO yaitu Sifat fisik, Kontra indikasi, Dosis, Tempat pemberian,  dan Komplikasi.
6.      Efek dari imunisasi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi.

B.     Saran
Saran yang dapat kami uraikan pada makalah yaitu dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih ada kekurangannya. Jadi kami menyarankan agar pembaca makalah ini membaca referensi dari buku-buku lain untuk melengkapi atau menambah pengetahuannya dalam bidang ilmu filsafat pendidikan. Ada kurang lebihnya kami mohon maaf, terima kasih.
 

DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, Alimul A. Aziz. 2009. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC

Comments

Popular Posts