Makalah Tentang, Ayat Dan Hadits IPTEK,

TUGAS PENGGANTI FINAL
TENTANG
AYAT DAN HADIST IPTEK



OLEH:
JUMRAN
20600113036

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014


Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan IPTEK (Sains dan Teknologi)
1.      Kesetimbangan benda langit
Artinya: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”(Q.S Faathir: 41)
Tafsir ayat :
Kata yamsiku pada mulanya memegang sesuatu dengan tangan sehingga yang di pegang itu tidak lepas atau berpencar, ayat diatas mengilustrasikan berjalannya sistem alam raya dibawah kendali Allah swt. Kata tazula dan zalata terambil dari kata zala yang berarti lenyap dan binasa, atau dapat juga berarti berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, mana dari ayat ini bahwa Allah swt memelihara alam raya melaui sistem yang ditetapkan-Nya sehingga tidak terjadi tabrakan antara planet-planet yang mengakibatkan kebinasaannya. Uraian tentang kuasa Allah memelihara langit dan bumi tidak lenyap dan hancur berantakan, setelah uraian tentang kemusyrikan, mengisyaratkan pula bahwa sebenarnya keyakinan syirik sangat tidak pada pada tempatnya dan bertentangan dengan sistem hidup yang berlaku. Syirik dapat mengakibatkan hancurnya alam raya, kalau saja bukan Allah yang memeliharanya.
Pendapat mengenai ayat di atas :
Menurut pendapat saya, ayat diatas menyatakan bahwa adanya gaya penahan yang membawa kesetimbangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Realitanya bahwa kesetimbangan sangat nyata dan sudah  diakui kebenarannya oleh umat manusia. Para ahli fisika cukup lama mengenal gaya gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam ini. Setelah Isaac Newton, dia uga merumuskan hukum gravitasi, orang dapat lebih mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam jagad raya ini. Demikian pula dengan Hukkum Kepler yang sudah ada sebelumnya, ternyata juga dapat dipahami dan dimengerti hanya sebagai akibat saja dari hukum gravitasi Newton.

2. Teori gas nebula
Artinya : Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati." (Q.S Fushshilat 41:11)
Tafsir Ayat: Kata ( ) istawa digunakan dalam arti menguasai. Ia juga dipahami dalam arti menuju kesuatu tempat tanpa dihalangi oleh sesuatu apapun. Pada  ayat diatas ia merupakan ilustrasi tentang kehendak dan kuasa Allah menciptakan langit. Ini sama sekali bukan berarti Allah menuju kesatu tempat dan berpindah kesana, karena Allah Maha Suci dari tempat dan waktu. Kata ( ) tsumma/kemudian yang ditempatkan sebelum kata istawa dipahami oleh sementara ulama bukan dalam arti jarak waktu, karena Allah tidak membutuhkan waktu untuk menciptakan sesuatu, tetapi ia berfungsi mengisyaratkan bahwa kehebatan ciptaan langit jauh melebihi kehebatan ciptaan bumi. Memang , planet bumi kita hanya setetes kecil dari samudra ciptaan Allah di angkasa raya. Pendapat ini- walau dari segi kehebatan langit tidak disangsikan -namun memahaminya bukan dalam arti jarak waktu-ditolak oleh sementara ulama. Memang Allah tidak membutuhkan waktu untuk mencipta, tetapi ciptaan-Nya membutuhkan waktu dan tempat, karena itu ada ciptaan-Nya  yangwujud pada waktu yang berbeda dengan ciptaaan yang lain. Thahir Ibnu Asyur  yang memahami kata tsumma dalam arti jarak kehebatan penciptaan langit melebihi penciptaan bumi, namun menggaris bawahi bahwa itu bukan menjadikan ayat ini berarti bahwa kehendak-Nya untuk menciptakan langit baru terjadi setelah rampungnya penciptaan bumi, tidak juga dalam arti bahwa penciptaan langit terjadi setelah penciptaaan bumi. Kata( ) dukhan biasa diterjemahkan asap. Para ilmuwan memahami dukhan dalam arti satu benda yang terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna gelap atau hitam dan mengandung panas. Demikian definisinya menurut ilmuwan sebagaimana diutarakan oleh Prof. Zaghlul. Sementara ulama tafsir memahami kata ini dalam arti langit yang kita lihat ini, berasal dari suatu bahan yang serupa dengan dukhan/asap. Sayyid Quthub menulis bahwa terdapat kepercayaan yang menyatakan sebelum terbentuknya bintang-bintang ada sesuatu yang angkasa raya dipenuhi  oleh gas dan asap, dari bahan inilah terbentuk bintang-bintang.Hingga kini sebgian dari gas dan asap itu masih tersisa dan tersebar diangkasa raya. Pendapat ini menurut Sayyid Quthub boleh jadi benar karena ia mendekati apa yang diuraikan oleh Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran melukiskan adanya enam hari/periode bagi penciptaan alam raya. Periode dukhan ini menurut sementara ilmuwan adalah periode ketiga yang didahului oeh periode kedua yaitu masa terjadinya dentuman dahsyat “big bang” dan inilah yang  mengakibatkan terjadinya kabut asap itu. Pada periode dukhan inilah tercipta  unsur-unsur  pembentukan langit yang terjadi melalui gas hydrogen dan helium.Pada periode pertama, langit dan bumi merupakan gumpalan yang menyatu yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan nama ar-ratq. Periode pertama dan kedua itu diisyaratkan oleh QS Al-Anbiya’ [21]:30. Perintah Allah dengan menggabungkan langit dan bumi dalam satu redaksi perintah datanglah kamu berdua mengisyaratkan adanya keterkaitan yang erat antara langit dan bumi. Memang segala sesuatu di alam raya ini saling berkait-kait. Selanjutnya jawaban keduanya bahwa:      ( ) atayna tha’i’in/ kami telah datang dengan suka hati, dapat dipahami dalam arti cepatnya terjadi kehendak Allah mewujudkan, tanpa sedikit hambatan pun. Bukankah seperti dikemukakan diatas, bahwa firman-Nya : Datanglah kamu berdua suka tau terpaksa, dipahami sebgai perintah perwujudan sesuatu, serupa dengan ungkapan kun fa yakun . Sedemikian cepat hal tersebut, sampai-sampai mereka tidak berkata : Kami akan datang atau segera datang, tetapi menyatakan  kami telah datang dengan suka hati. Disisi lain mereka tidak berkata ataini tha’i’in/kami berdua datng dengan suka hati. Yakni mereka  tidak menggunakan bentuk dual, walaupun perintah Allah tertuju kepada keduanya daam bentuk dual. Mereka menggunakan bentuk  jamak  tha’i’in.Agaknya hal  tersebut mengisyaratkan bahwa sebenarnya bukan hanya mereka berdua  yang datang dengan suka hati, tetapi banyak bahkan semua makhluk-Nya (kecuali sebagian jin dan manusia). Sekaligus ini juga mengisyaratkan kebersamaan serta keterikatan makhluk-makhluk Allah satu dengan yang lainnya. Thabathaba’I berpendapat lain.Menurutnya penggunaan bentuk jamak itu  boleh jadi untuk menggambarkan rasa rendah hati mereka yang enggan berbeda dengan makhluk lain sehingga memasukkan diri mereka dalam semua makhluk Allah yang taat.
Pendapat mengenai hadist di atas : Awalnya saya merasa bingung saat dihadapkan dengan mata pelajaran  saat SMA dulu, dimanakah letak kebingungan saya? Salah satunya adalah saat dihadapkan dengan materi awal mula terjadinya bumi . Dikepala saya penuh dengan pertanyaan dari mana asal teori-teori mengenai asal mula bumi ini.Adakah bukti yang memperkuat adanya teori itu. Salah satunya  mengenai teori gas nebula, yang menyatakan bahwa bumi ini berasal dari gas, mengenai Tata surya dan bintang-bintang dulunya adalah gas nebula yang terpilin dan berotasi dan akhirnya terjadilah alam yang sekarang ini. James Hanz berkata Sebenarnya materi alam semesta berasal dari gas. Adanya teori ini terbukti dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an 41:11 Kemudian, bagaimana malam dan siang itu bisa terjadi?? SubhanAllah, ternyata Allah menjelaskan hal itu dalam Al-Qur’an.

3.      Makhluk luar angkasa.

Artinya: “Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang dia sebarkan pada keduanya. dan dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya”.(Q.S Asy-Syuura :29)

Tafsir ayat :
Ayat diatas berbicara tentang, Allah menjelaskan secara umum kekuasaan-Nya atas makhluk, baik langit maupun bumi dan penghuni-penghuninya. Kata dabbah dari segi bahasa berarti semua binatang yang memiliki nyawa yang berakal atu tidak berakal, leleki/jantan atau perempuan/betina. Al-quran tidak menamai malaikata, jin, atau arwah sebagai dabbah. Memang manusia boleh ditunjuk denagn kata tersebut dalam kedudukannya sebagai “binatang cerdas/berakal”. Kata as-samawat/langit beratrti segala sesuatu yang mnampak sebagai kubah biru, ia dapat juga berarti planet-planet dan galaksi-galaksi yang bertebaran di alam raya. Betatapun ayat di atas tidak dijadikan dalil yang kuat untuk menyatakan adanya makhluk hidup berupa dabbah di palnet-planet lain. Di celah ayat-ayat diatas yakni tanda-tanda yang yang terhampar dilangit maupun di bumi terdapat tanda-tanda kekuasannya, hal ini di tegaskan oleh firman-Nya: wa ma batstsa fihima min dabbah. Kehidupan di bumi saja tidak usahlah kehidupan yang di langit sudah merupakan rahasia yang belum terungkap oleh seorang pun, apalagi untuk menciptanya. Penggunaan kata idza yang di terjemahkan apabila untuk menunjuk satu peristiwa yang pasti akan terjadi, sedang in digunakan untuk sesuatu jarang atau diragukan terjadi, dan lau digunakan untuk mengandaikan sesuatu yang mustahil akan terjadi.

Pendapat mengenai ayat diatas:
Menurut saya ayat diatas menunjukkan bahwa Allah swt yang Maha Berkuasa dan pencipta alam semesta yang begitu luar biasa. Dapat dismpulkan bahwa, diangkasa luar, entah di p            lanet yang mana, yang menyertai atau mengedari suatu bintang  suatu binytang tertentu, terdapat pula makhluk hidup yang memiliki tubuh(jasad). Seperti halnya binatang-binatang di bumi, dan mungkin diantaranya ada pual yang berakal seperti manusia. Bahkan, bisa jadi antara daabbah itu ada yang sudah mencapai kemajuan teknik serta mmpunyai kebudayaan dan peradaban yang lebih tinggi dari manusia. Sehingga mampu mengirimkan “astrounot-astrounot”nya untuk meneylidiki atau meninjau bumi manusa ini. Terlepas dari maksud-maksud daami atau menjalankan tugas-tugas perintah dari Allah.









Hadist Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

1.      Hadist tentang teknologi transportasi

ثُمَّ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ يُقَالُ لَهُ الْبُرَاقُ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَقَعُ خَطْوُهُ عِنْدَ أَقْصَى طَرْفِهِ فَحُمِلْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ انْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
Artinya : kemudian aku didatangi binatang yang disebut Buroq, yang lebih tinggi dari keledai namun lebih pendek dari Baghol, yang setiap langkah kakinya adalah sejauh batas pandangan mata. Aku diba wa di atasnya, kemudian kami pergi hingga kami mendatangi la- ngit dunia.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori,Muslim dan lain-lain).
Pendapat mengenai hadist diatas: Hadits ini mengisyaratkan akan adanya teknologi transportasi de-ngan kecepatan super, baik kendaraan darat maupun udara, seperti pesawat supersonic, pesawat challenger dan lain-lainnya. Sehingga saat ini banyak bermunculan kendaraan dan alat transportasi yang canggih seiring dengan majunya globalisasi yang ada di dunia ini.
2.      Hadist tentang penciptaan Nabi Adam
 خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا … فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدُ حَتَّىالآنَ
Artinya : Allah  telah menciptakan Adam berdasarkan bentuk-Nya, tinggi-nya 60 hasta … maka makhluk akan selalu berkurang ( menyusut ukurannya ) sampai hari ini.” ( HR. Ahmad,Bukhori dan Muslim).

Pendapat mengenai hadist di atas : Hadits ini memberitakan bahwa manusia pada zaman Nabi Adam ‘alaihis salam tingginya hingga 60 hasta. Sehingga wajar bila ka-dal-kadalnya yang dikenal sebagai dinosaurus bisa mencapai pan- jang belasan meter. Namun semua makhluk terus menyusut dalam ukurannya hingga berakhir penyusutan ukuran itu pada zaman ini, yaitu zaman Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Hadits ini juga membantah teori evolusi Darwin yang sama sekali tidak ilmiah.

3.      Hadist tentang astronomi

Artinya : “ Belajarlah dari nasabmu apa yang dapat kamu sambung dengannya tali persaudaraanmu kemudian sempurnakanlah dan belajarlah bahasa arab apa yang kamu ucapkannya kitab Allah kemudian sempurnakanlah, kemudian belajarlah dari bintang-bintang apa yang kamu dapatkan petunjuk dengannya didalam kegelapan daratan dan lautan kemudian sempurnakanlah.” (Imam al-baihaqi)
Keterangan: Yang dimaksud ا لنجو م  disini adalah benda-benda bercahaya selain matahari dan bulan, karena itulah yang tampak dari siyaqul kalam, dan itulah yang biasa dijadikan petunjuk.Pada masa primitive, orang-orang Arab menentukan waktu dengan terbitnya bintang-bintang itu. Mereka memelihara waktu tahun dengan anwa’, yaitu bintang-bintang, manzilah-manzilah bulan, pada waktu terbit dan terbenamnya.
Bagi mereka, pengambilan petunjuk dengan bintang-bintang ada dua macam :
a.       Mengetahui waktu dari malam atau dari tahun
b.      Mengetahui jalan-jalan dan arah-arah
Yang dimaksud dengan kegelapan adalah kegelapan malam, kegelapan bumi atau air, serta dalam arti kesalahan dan kesesatan. Allah-lah yang menjadikan untuk kalian bintang-bintang, sebagai petunjuk di daratan dan di lautan apabila kalian tersesat jalan atau bingung, sehingga diwaktu malam kalian tidak mendapat petunjuk. Dengan bintang-bintang itu kalian mengetahui jalan lalu kalian menempuhnya dan selamat dari kesalahan dan kesesatan di daratan dan di lautan.
Pendapat mengenai hadist diatas: Secara historis, perkembangan astronomi di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan sejarah negeri ini. Banyak fenomena astronomi yang menarik dan dapat di manfaatkan untuk keperluan praktis maupun memperluas pengetahuan manusia. Dengan mempelajari astronomi, kita dapat mengetahui beberapa hal antara lain:
a.       Penentuan arah kiblat
b.      Penentuan waktu ibadah sholat
c.       Penanggalan
d.      Penentuan awal bulan hijriyah
e.       Penentuan gerhana
Allah ta’ala mengingatkan kita akan sebagian karunia-Nya dalam menundukkan benda-benda bercahaya yang kita lihat kecil. Setelah mengingatkan kita akan sebagian karunia-Nya di dalam matahari dan bulan yang keduanya terlihat besar oleh mata manusia. Pendapat saya mengenai hadist diatas yaitu . Hadist tersebut membuktikan mengenai pengetahuan astronomi, yang dari dulu hingga sekarang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Ini membuktikan besarnya kuasa Allah swt, selain dalam Al-quran ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat  juga dijelaskan dalam hadist. Dimana hadist  ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi. Menurut saya umat muslim sebagai umat yang besar , harus cerdas  dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan. Seperti dalam Al-quran Allah memerintahkan kepada umat untuk menuntut ilmu dan memanfaatkan apa yang ada dilangit dan dibumi. Umat manusia tidak boleh takabur atas semua yang ada dibumi, melainkan harus selalu ingat bahwa semua yang ada dilangit dan dibumi adalah milik Allah Swt, termasuk ia dan akalnya yang digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Kita sebagai hamba Allah yang baik diharuskan untuk mengamati alam raya, karena dengan mengamati dan mempelajarinya kita dapat memperoleh beberapa manfaat, antara lain :
1.      Lebih mangenal fungsi-fungsi benda langit dan manfaat bagi kehidupan kita
2.      Mamberi perspektif bagi kita untuk mengenal bagaimana kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta ini. Sehingga dengan memperhatikan dan mengamati alam semesta ini, maka akan semakin kuat ketaqwaannya kepada Allah.

Comments

Post a Comment

Popular Posts