Contoh Laporan, Stoikiometri,

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“STOIKIOMETRI”

OLEH:
NAMA            : JUMRAN
            NIM                 : 20600113036
                                    GOLONGAN  : D
                                    KELOMPOK   : 2
                                    ASISTEN
        : TAZKIYATUN NAFSI


LABORATORIUM KIMIA DASAR
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita selalu menjumpai hal-hal yang berkaitan dengan stoikiometri, baik yang terdapat di alam,laboratorium,industry atau pabrik, maupun dilingkungan sekitar kita. Salah satu contoh stoikiometri yang ada di lingkungan kita misalnya, makanan yang kita konsumsi setiap hari setelah dicerna dan diubah menjadi tenaga bagi tubuh. Contoh lain misalnya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobby menanam bunga anggrek dan tanaman hias lainnya, dia ingin menyemprot tanaman kesayangannya dengan pupuk langsung kedaunnya, hal ini membuat dia harus membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.
Adapun yang dapat kita temukan dialam misalnya, nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar yang dihasilkan oleh minyak bumi, ada pula beberapa bahan baku yang diperlukan jika kita ingin memperoleh jumlah atau hasil tertentu, contoh pada industry atau pabrik pertambangan yang dapat menjelaskan kualitas bijih, karena persen komposisi massa dari unsure-unsur dalam senyawa dapat dihitung dengan cepat. Ini juga termasuk dalam hukum ilmu kimia tentang hukum perbandingan massa. Selain itu contoh  lain tentang stoikiometri misalnya hubungan perbandingan antara pria dan wanita dalam perlombaan dansa disebuah  klub, jika ada empat belas orang pria dan hanya Sembilan orang wanita maka hanya Sembilan pasangan yang akan terjadi antara pria dengan wanita yang dapat bertanding dan lima orang pria akan tersisa tanpa pasangan, jadi jumlah wanita membatasi jumlah pria serta ada beberapa pria yang berlebihan jumlahnya.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka dengan melakukan praktikum dengan judul percobaan stoikiometri mempunyai tujuan agar praktikan mampu mengetahui dan menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4.




B.        Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah Bagaimana cara menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 ?

C.       Tujuan
Tujuan diadakan percobaan ini adalah Untuk mengetahui cara menentukan titik stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4.

D.      Waktu dan Tempat
Pada praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal    : Sabtu / 28 Desember 2013
Waktu             : 11.30 s.d 01.00 WITA
Tempat            : Laboratorium  Kimia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

   Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan percobaan. Setelah mempelajari beberapa teori, seseorang dapat menuliskan rumus atau senyawa, misalnya BaSO4 untuk barium sulfat. Demikian pula anda dengan mudah menuliskan suatu senyawa.
        Dalam percobaan ini akan dipelajari salah satu cara yang mudah untuk menentukan stoikhiometri suatu reaksi. Dasar dari percobaan ini adalah metoda variasi kontinu yang dilakukan dengan cara deretan pengamatan kuantitas total yang sama tetapi masing-masing kuantitas pereksinya bereaksi. Sifat sistem yang dapat diamati antara lain : massa, volume, temperature, dan daya serap. Oleh karena kuantitas pereaksi berlainan, perubahan harga dari sifat sistem dapat digunakan untuk meramalkan stoikhiometri sistem. Bila sifat sistem dialurkan terhadap kuantitas pereaksinya, akan diperoleh suatu stoikhiometri sistem yakni menyatakan perbandingan komposisi pereksi-pereaksi dalam senyawa. Sebagai contoh pengamatan massa endapan yang terbentuk dari hasil antara AgNO3 diperoleh kurva yang terbentuk seperti kurva dibawah ini. [1]










A.    Pengertian Stoikhiometri
Kata stoikhiometri berasal dari bahasa yunani yaitu stoicheion, yang artinya unsur dan metron yang artinya mengukur. Dari literatur, stoikhiometri artinya mengukur unsur-unsur. Istilah ini umumnya digunakan lebih luas yaitu meliputi bermacam pengukuran yang lebih luas dan meliputi perhitungan zat dan pencampuran kimia.
  Stoikhiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikhiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi menjadi satuan lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikhiometri terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil sebenarnya) mungkin lebih kecil dari jumlah maksimum yang mungkin diperoleh.

B.     Hukum-Hukum dasar ilmu kimia
Menurut MKU-IAD UNHAS. 2008.  Kimia dasar, yaitu :
1.      Hukum kekekalan massa
Penelaahan reaksi kimia secara kuantitatif dapat memberi informasi tentang perubahan kimia yang mungkin terjadi. Pada kondisi normal, suhu 25oC, tekanan 1 atm perubahan kimia juga disertai dengan perubahan massa yang berubah menjadi energi tetapi karena perubahan massa ini kecil sekali, perubahan dapat diabaikan. Peristiwa ini sesuai dengan hukum kekekalan massa, yaitu massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama.[2]


Contoh :
       Larutan A terdiri dari 3,40 gram perak nitrat dan 25 gram air ditambahkan kedalam larutan B yang terdiri dari 3,92 kalium kromat dan 25 gram air. Pada pencampuran ini terjadi reaksi dan menghasilkan endapan coklat. Setelah reaksi selesai dan ditimbang ternyata berat campuran larutan A dan B itu tetap, yaitu 57,32 gram.

Gambaran diatas dapat diringkaskan seperti reaksi berikut :

           2AgNO3    +   K2CrO4                Ag2CrO4   +   2 KNO3
      Berdasarkan hukum kekekalan massa nampak disini bahwa jumlah atom tiap unsur (bersenyawa atau bebas) yang ada disebelah kiri tanda panah persis sama dengan jumlah atom tiap unsur yang ada disebelah kanan tanda panah.

2.      Hukum perbandingan tetap
       Setelah diketahui adanya hubungan antara massa zat sebelum dan sesedah reaksi kimia, dengan munculnya hukum kekekalan massa, maka pada tahun 1799 jossep lowwis proust melakukan penelitian hubungan massa unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa. Hasil penelitiannnya menunjukan bahwa senyawa yang sama selalu mengandung unsur-unsur penyusunan dalam perbandingan yang sama.
      Sususnan unsur-unsur dalam suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara analisis kimia, berdasarkan hasil analisis itu dapat ditentukan rumus kimia dari yang bersangkutan. Sebagai contoh senyawa besi solpida, dimana perbandingan massa besi dan belerang




     tetap yaitu 7 : 4. Contoh lain misalnya air yang perbandingan massa hidrogen dan oksigen juga tetap yaitu 1 : 8. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, proust mengusulkan suatu hukum yang kemudian dikenal dengan istilah hukum proust (hukum perbandingan tetap).

3.      Hukum perbandingan ganda
        Pecobaan-percobaaan yang dikembangkan setelah adanya hukum kekekalan massa dan perbandingan tetap ini menunjukan bahwa ada beberapa pasangan unsur-unsur yang membentuk suatu senyawa dengan lebih dari satu macam perbandingan massa yang tetap.       

       John dalton adalah orang yang pertama kali meneliti kasus tersebut dalam tahun 1804. Sebagai gambaran atas temuan john dalton itu, misalnya senyawa CO dan CO2. Pada senyawa Co dan CO2 perbandingan massa karbon dan oksigen adalah 3 : 4, sedangkan pada senyawa CO2 perbandingan massa antara karbon dan oksigen adalah 3 : 8. Data ini menunjukan bahwa perbandingan massa oksigen dalam senyawa CO dan CO2 dengan massa karbon yang sama adalah 4 : 8 atau 1 : 2 .

4.      Hukum perbandingan volume
Hubungan antara volume-volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh joseph louis gay-lussac dalam tahun 1905. Konsep hubungan antara volume gas-gas yang bereaksi dengan volume gas-gas yang dihasilkandari reaksi tersebut sangat berguna untuk menjelskan tentang proses reaksi kimia yang terjadi.





  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa volume-volume gas yang bereaksi dan gas hasil reaksi, bila diukur pada suhu tekanan yang sama akan berbanding sebagai bilangan yang bulat dan sederhana.

5.      Hukum Avogadro
        Pada tahun 1911, amadeo dan avogadro membuat hipotesis untuk menjelaskan bagaimana gas-gas itu bereaksi seperti apa yang diungkapkan oleh gay lussac. Hipotesisi yang diajukan oleh avogadro adalah pada suhu dan tekanan tetap, semua gas yang volumenya sama akan mengandung molekul yang sama jumlahnya. Dengan demikian perbandingan volum sama dengan perbandingan molekul.

-Bobot Atom (Atomic Weights)
         Atom begitu kecil sehingga sukar untuk membandingkan dengan benda apa saja yang kita kenal. Dengan tiga angka bermakna, bobot sebuah atom hidrogen 1,67x10-24 g, bobot ato karbon 1,99x10-23 g, dan bobot atom oksigen 2,66x10-23 g. Penggunaan bilangan yang begitu kecil untuk menyatakan bobot atom-atom ini sangatlah merepotkan. Daftar lengkap bobot atom unsur terdapat dalam halaman sampul belakang dalam dari buku ini. Bobot atom relatif ini berbanding lurus dengan bobot sebenarnya atom-atom itu.

-Bobot Molekul
         Bobot molekul suatu zat ialah jumlah bobot (dari) atom-atom yang ditunjukkan dalam rumusnya. Contoh menggambarkan perhitungan bobot molekul. Bobot molekul beberapa zat, adalah sebagai berikut: [3]



a.                 Semua harga dibulatkan ke tiga angka di belakang koma desimal, setelah menggunakan bobot atom yang tercantum dalam halaman sampul belakang dalam.

Hitung bobot molekul hidrogen sulfar, H2SO4, dari bobot atom berikut: H, 1, 0075 sma; 0,15,999 sma ; dan S, 32,06 sma.

Larutan dalam satu molekul H2SO4,
                        Bobot H = 2 X 1,0079 sma = 2,0158 sma
                        Bobot O = 4 X 15,199 sma = 63,996 sma
                        Bobot S = 1 X 32,06    sma = 32,06   sma
                   Bobot satu molekul H2SO4 = 98,0718 = 98,07 sma
Suatu reaksi berimbang merupakan dasar untuk menghitung hubungan bobot pereaksi dan hasil-reaksi. Sesuai hukum pelestarian massa, bobot total pereaksi sama dengan bobot total hasil-reaksi dalam suatu persamaan berimbang. Perhatikan persamaan dalam contoh 2.1, misalnya:

                        2AI      +          3Br2                            2AlBr3
2 satuan              3 satuan                        2 satuan
2(26,98) sma + 3(26,98) sma           2(26,98 + 3(79,904)} sma
   53,96 sma     +             479,42 sma          =             533,38 sma
                                            533,38 sma          =             533,38 sma

Dengan ditafsirkan demikian, persamaan itu menunjukkan hubungan bobot bila dua atom aluminium bereaksi dengan tiga molekul brom.
           

Atom-atom begitu kecil sehingga tidak mungkin dalam karya laboratorium biasa mempelajari reaksi antara hanya dua atom, atau bahkan antara 2000 atom. Kuantitas sesedikit itu tak dapat ditimbang pada neraca yang peka sekalipun.magar dapat menggunakan persamaan untuk memberikan banyaknya zat dengan mana orang dapat benar-benar bekerja di laboratorium, ahli kimia menemukan suatu satuan yang disebut mol.

Bobot atom karbon dengan empat angka bermakna ialah 12,01 sma. Berapa banyak atom karbon dalam 12,01 g karbon? Metode eksperimen modern membuktikan bahwa banyak atom itu adalah 6,022 X 10  . bilangan raksasa ini disebut bilangan Avogadro, untuk memperingati jasa Amadeo Avogadro, rekan se zaman Dalton yang cerdas. Bobot 6,022 X 10  atom oksigen ialah 16,00 g; bobot 16,022 X 10  molekul karbon  monoksida, C, ialah 28,01 g; dan bobot molekul karbon dioksida CO2, ialah 44,01 g. Mol dari suatu zat ialah banyaknya zat itu yang mengandung 6,22 X 10  satuan.

Bobot satu molekul suatu zat bobot Molar.bobot molar dalam gram suatu zat secara numeris sma dengan bobot molekul dalam satuan massa atom. Bobot molekul asam sulfat. H2SO4, yang dihitung dalam contoh 2,4, ialah 98,07 sma. Untuk menyatakan bobot molar H2SO4, yang harus dilakukan ialah mengubah satuan dari satuan massa atom menjadi satuan gram. Jadi bobot molarnya ialah 98,07 g. [4]






BAB III
METODOLOGI EXPERIMEN

A.      Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a)    Batang pengaduk                                                                           1 buah
b)   Gelas kimia 25 mL                                                                          2 buah
c)    Gelas Kimia 50 mL                                                                         1 buah
d)   Gelas kimia  10 mL                                                                         1 buah
e)    Pipet Volum 50 mL                                                                          1 buah
f)    Pipet Volum 20 mL                                                                         1 buah
g)   Termometer                                                                                      1 buah

2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.   H2SO4    0,5 M                                                                               50 mL
2.   NaOH    1 M                                                                                  50 mL


B.       Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tahap 1
1.      Memasukkan 20 mL NaOH  1M kedalam gelas kimia dan mencatat temperaturnya (suhu awal).
2.      Menyiapkan 5 mL H2SO4  0,5 M (yang sudah diketahui suhunya).
3.      Menuangkan secara perlahan (sambil mengaduk) larutan H2SO4  kedalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH.
4.      Mencatat suhu optimum (suhu akhir) dari pencampuran tersebut.



5.      Mengerjakan langkah 1 sampai 4 diatas sebanyak 3 kali dan menghitung suhu rata-rata tahap 1,2,3 dan 4.
6.      Memasukkan 15 mL NaOH  1M kedalam gelas kimia dan mencatat temperaturnya (suhu awal).
7.      Menyiapkan 10 mL H2SO4  0,5 M (yang sudah diketahui suhunya).
8.      Menuangkan secara perlahan (sambil mengaduk) larutan H2SO4  kedalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH.
9.      Mencatat suhu optimum (suhu akhir) dari pencampuran tersebut.
10.  Memasukkan 10 mL NaOH  1M kedalam gelas kimia dan mencatat temperaturnya (suhu awal).
11.  Menyiapkan 15 mL H2SO4  0,5 M (yang sudah diketahui suhunya).
12.  Menuangkan secara perlahan (sambil mengaduk) larutan H2SO4  kedalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH.
13.  Mencatat suhu optimum (suhu akhir) dari pencampuran tersebut.
14.  Memasukkan 5 mL NaOH  1M kedalam gelas kimia dan mencatat temperaturnya (suhu awal).
15.  Menyiapkan 20 mL H2SO4  0,5 M (yang sudah diketahui suhunya).
16.  Menuangkan secara perlahan (sambil mengaduk) larutan H2SO4  kedalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH.
17.  Mencatat suhu optimum (suhu akhir) dari pencampuran tersebut.
18.  Buat kurva antara suhu rata-rata vs volume H2SO4 atau volume NaOH.
19.  Tentukan titik stoikhiometri.
20.  Tuliskan reaksi yang terjadi.
21.  Tentukan konsentrasi hasil reaksi.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.   Hasil Pengamatan

Volume (mL)

Suhu Awal (˚C)
Suhu akhir (˚C)
Suhu (˚C)
TO-1
TO-2
TO rata-rata
TA-1
TA-TO
NaOH
H2SO4





20
5
30
31
30,5
32
1,5
15
10
30
30
30
32
2
10
15
31
31
31
33
2
5
20
30
30
30
33
3
Tabel 4.1 ( Pengamatan suhu larutan NaOH dan H2SO4 )

2.   Grafik
Grafik antara suhu rata-rata vs volume H2SO4 atau volume NaOH adalah:








      Grafik 4.1 (Hubungan volume H2SO4)


3.   Analisis Data
Analisis data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Volume NaOH yang diperoleh pada titik stoikiometri adalah 10 mL, maka molnya.
Mol NaOH      =  M  × V
                       =1M×10 mL
                       =10 mmol
                       =10.10-3 mol
Karena 1 mol H2SO4 ekuivalen dengan 2 mol Na2SO4 maka
Mol H2SO4     =1/2 ×10 mol
                       =5 m mol
                       =5.10-3 mol
3. Reaksi
2NaOH  +  H2SO4  →  Na2SO4  +  2H2O

B.       Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh titik stoikiometri dengan membuat kurva dan titik tertinggi stoikiometri yang diperoleh adalah

1.      Tahap 1
Pada tahap ini volume NaOH 20 mL dengan suhu awal 30˚C dan volume H2SO4 5 mL dengan suhu awal 31˚C diperoleh TO rata-rata 30,5˚C setelah dicampur dan diukur suhu akhirnya yaitu 32˚ TA-TO = 1,5˚C.

2.      Tahap 2
Pada tahap ini volume NaOH 15 mL dengan suhu awal 30˚C dan volume H2SO4 10 mL dengan suhu awal 30˚C diperoleh TO rata-rata 30˚C setelah dicampur dan diukur suhu akhirnya yaitu 32˚ TA-TO = 2˚C.


Pada tahap ini volume NaOH 10 mL dengan suhu awal 31˚C dan volume H2SO4 15 mL dengan suhu awal 31˚C diperoleh TO rata-rata 31˚C setelah dicampur dan diukur suhu akhirnya yaitu 33˚ TA-TO = 2˚C.
Pada tahap ini volume NaOH 5 mL dengan suhu awal 30˚C dan volume H2SO4 20 mL dengan suhu awal 30˚C diperoleh TO rata-rata 30˚C setelah dicampur dan diukur suhu akhirnya yaitu 33˚ TA-TO = 3˚C.
Pada percobaan ini ada beberapa hal yang mempengaruhi mengapa perubahan suhu pada setiap tahap percobaan berbeda-beda dan bahkan penunjukan skala thermometer terkadang tidak bergerak atau tetap pada keadaan semula, hal ini terjadi karena adanya pengaruh suhu ruangan pada saat melakukan praktikum dan pada saat mencuci gelas kimia yang masih belum kering atau masih terdapat air, selain itu pada saat proses pengisapan larutan melalui pipet isap terkadang melampaui batas skala ukuran yang telah ditentukan karena pada saat dihisap kita tidak bisa dengan tepat sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Sehingga hal ini mempengaruhi larutan karena kadang terlalu banyak sehingga penunjukan suhunya juga kadang tidak stabil, selain itu dalam membaca skala juga terkadang praktikan mempunyai kesalahan dalam membaca skalanya karena pandangan mata tidak tepat tegak lurus dengan objek yang akan diamati. Titik stoikiometri.













BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah bahwa titik stoikhiometri larutan H2SO4 berada pada titik (20,3).

B.       Saran
Saran yang dapat saya asumsikan setelah percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus menguasai materi yang berhubungan dengan praktikum.
2.      Praktikan harus teliti dalam menggunakan alat dan bahan.
3.      Diharapkan agar praktikan menjaga kebersihan laboratorium sebelum dan sesudah praktikum.











DAFTAR PUSTAKA
Charles w, Keenan. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: ANDI.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Dosen Kimia Dasar UNHAS,. 2008. Kimia UNHAS. Makassar: UNHAS.
Tim Dosen UIN. 2013. Praktikum Kimia Dasar. Makassar: Press UIN Alauddin Makassar.






[1] Tim Dosen UIN, Praktikum Kimia Dasar, (Ed.  Revisi, Cet. X11; Makassar: Press UIN Alauddin Makassar, 2013), h. 16

[2]Raymond, Chang. Kimia Dasar (Ed.III. Jakarta : Erlangga, 2003) h.81



[3] Keenan, Charles W. Ilmu Kimia Untuk Universitas (Ed. VI. Jakarta : Andi) h. 84


[4]Keenan, Charles W. Ilmu Kimia Untuk Universitas (Ed. VI. Jakarta : Andi) h. 86








Comments

Popular Posts