sistem imun,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai
antigen.Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau
protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman,
zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat anti terhadap racun kuman
disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak
akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman
ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak
anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum
mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3
dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi.
Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya
dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal
(imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda
terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dari penyakit menular yang telah ditemukan, sampai
saat ini di Indonesia baru tujuh macam yang diupayakan pencegahannya melalui
program imunisasi yang selanjutnya kita sebut “Penyakit Yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I)”
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang dapat di uraikan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Imunisasi
2. Tujuan
Imunisasi
3. Apa Jenis-jenis
Imunisasi, macam-macam imunisasi serta perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
4. Apa penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di
imunisasi?
5. Pemberian
Imunisasi Menurut WHO
a.
Sifat fisik
b.
Kontra indikasi
c.
Dosis
d.
Tempat pemberian
e.
Komplikasi
6. Apa
saja efek samping dari imunisasi?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian Imunisasi
2.
Mengetahui Tujuan Imunisasi
3.
Mengetahui Jenis-jenis Imunisasi,
macam-macam imunisasi dan Perbedaan imunisasi
aktif dan pasif
4.
Mengetahui
penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di imunisasi
5.
Mengetahui Pemberian Imunisasi
Menurut WHO
a.
Sifat fisik
b.
Kontra indikasi
c.
Dosis
d.
Tempat pemberian
e.
Komplikasi
6.
Mengetahui saja efek
samping dari imunisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit
itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada
anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup
hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Pemberian imunisasi dimaksudkan
untuk membentuk kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya :
- Tingginya kadar anti body pada saat
dilakukan imunisasi
- Potensi antigen yang disuntikkan
- Waktu antara pemberian imunisasi
Mengingat efektif dan tidaknya
imunisasi tersebut akan bergantung dari factor yang mempengaruhinya sehingga
kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
B. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari pemberian imunisasi
adalah :
1.
Untuk mencegah terjadinya penyakit
infeksi tertentu.
2.
Untuk mengurangi angka penderita
suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan cacat
atau kematian pada penderitanya.
C. Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi dapat di bagi atas dua
yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Ø IMUNISASI
AKTIF
Merupakan pemberiaan zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami
reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral
serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Imunisasi aktif ada dua yaitu :
a.
Imunisasi aktif alamiah adalah
kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit.
b.
Imunisasi aktif buatan adalah
kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untuk mendapatkan
perlindungan dari suatu penyakit.
Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinya antara lain:
1)
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan
dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri
dimatikan.
2)
Pelarut dapat berupa air steril atau
juga berupa cairan kultur jaringan.
3)
Preservatif, stabilizer, dan
antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk
srabilisasi antigen.
4)
Adjuvan yang terdiri dari garam
aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
Ø IMUNISASI
PASIF
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu
zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah
masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi pasif ada dua , yaitu :
a.
Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di
turunkan oleh Ibu yang merupakan orang tua kandung , langsung ketika berada
dalam kandungan.
b.
Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan
serum untuk mencegah penyakit tertentu.
D. Perbedaan yang penting
antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
a.
Untuk memperoleh
kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat; pada
imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu
dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b.
Kekebalan yang terdapat
pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun), sedangkan pada imunisasi
pasif hanya berlangsung untuk 1 – 2 bulan.
·
Imunisasi aktif: tubuh
anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun.
·
Imunisasi pasif: tubuh
anak tidak membuat sendiri zat anti. Si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan
cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
·
Kekebalan yang
diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus. Kekebalan pasif yang diperoleh dengan penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan.
Secara alamiah
imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya tubuh si
anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada
penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat.
Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat. Tanpa
disadari seorang anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara alamiah.
Mungkin ia telah mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang sangat
sedikit, misalnya dari makanan yang kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan
tetapi kekebalan yang diperoleh secara alamiah ini sukar diramalkan, karena
seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak, maka
penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi terhadap tertundanya
anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian mungkin saja
anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat imunisasi difteria.
Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda yang telah mendapat
imunisasi akan berlangsung sangat ringan dan tidak membahayakan jiwanya. Namun
demikian tetap dianjurkan: “Meskipun bayi/anak anda telah mendapat imunisasi,
hindarkanlah ia dari hubungan dengan anak lain yang sedang sakit”.
E. Macam-Macam Imunisasi
Dalam pemberian imunisasi pada bayi
dan anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan :
1. Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer
atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG,
pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC yang selaput otak,
TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi
pemberiaan imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG
pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudiaan cara pemberiaan
imunisasi BCG melalui intra derma. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus
pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas.
b.
Kontra Indikasi
·
Adanya penyakit kulit yang berat
atau menahun seperti eksim, furunkolis, dan sebagainya.
·
Mereka yang sedang menderita TBC.
c.
Efek Samping
Imunisasi BCG meninggalkan indurasi dan kemerahan di
tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan akan sembuh secara spontan dan akan meninggalkan tanda
parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
ketiak dan atau di leher, terasa padat tetapi tidak sakit, tidak perlu di obati
akan sembuh dengan sendirinya
2.
Imunisasi PPT (Diphteri, Pertusis,
dan Tetanus)
a. Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih
dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberiaan imunisasi
DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberiaan pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan)
terhadap vaksin dan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga
terbentuk zay anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antar umur 2-11
bulan dengan interval empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi DPT melalui intra
muscular.
b.
Efek Samping
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek
berat, efek ringan seperti pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan,
demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat
jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.
c.
Kontra Indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru
lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi
pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen
pertusis harus dihilangkan pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya
dapat diberikan DT.
3. Imunisasi
Polio
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiaan
imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberiaan imunisasi polio pada umur
0-11 bulan dengan interval pemberiaan empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi
polio melalui oral.
b.
Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping . efek
samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang ( < 0,17
: 1.000.000; Bull WHO 66 :1998)
c.
Kontra Indikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan,
misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.
4. Imunisasi
Campak
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberiaan
imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberiaan imunisasi campak pada umur
9-11 bulan. Cara pemberiaan imunisasi campak melalui subkutan.
b.
Efek Samping
Efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat
suntikan dan panas selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksin.
c.
Kontra Indikasi
Individu yang menderita penyakit immune deficiency atau individu yang di duga menderita gangguan
respon imun seperti leukemia, lymphoma.
5. Imunisasi
Hepatitis B
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberiaan imunisasi hepatitis B pada umur
0-11 bulan. Cara pemberiaanya adalah intramuscular.
b.
Efek Samping
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah dua hari.
c.
Kontra Indikasi
Hipersensitif pada komponen vaksin. Seperti
vaksin-vaksin yang lain, vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita
infeksi berat yang disertai kejang.
6. Imunisasi
MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjadinya
penyakit campak (measles), gondong , parotis epidemika (mumps) dan rubela
(campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus
campak strainedmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus
gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena
dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih ada,
khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen
dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada
usia 15-18 bulan.
b.
Efek Samping
Efek samping vaksin porotitis biasanya berupa
pembengkakan kelenjar liur yang timbul 10-14 hari setelah vaksin. Sedangkan
untuk vaksin rubella, efek sampingnya terinfeksi rubella ringan seperti demam
ringan, nyeri tenggorokan, pusing ruam, dan pembengkakan kelenjar.
7. Imunisasi
Tiphus Abdominalis
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit tifus abdominalis,
dalam persediaannya khususnya Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus
abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotf,
berna) dan antigen capsular Vi polysacchgaride (typhim Vi, Pasteur meriux) pada
vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1
ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml, pada imunisasi awal dapat
diberikan sebanyak dua kali dengan interval empat minggu kemudian penguat
setelah satu tahun kemudian.
Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan
dalam bentuk capsul ateric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak
diatas usia 6 tahun dan pada antigen capsular diberikan pada usia diatas dua
tahun dan dapat diulang tiap tiga tahun.
8. Imunisasi
Varicella
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus
hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan pemberian vaksin varicella
dapat diberikan suntukan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas
usia 13 tahun dapat diberikan dua kali
suntikan dengan interval 4-8 minggu.
9. Imunisasi
Hepatitis A
a.
Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis A. pemberiaan imunisasi ini dapat diberikan pada
usia diatas dua tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin havrix
(isinya virus hepatitis A strain HM175 yang inactivated) dengan 2 suntikan
dengan interval 4 minggu dan boster pada enam bulan kemudiaan dan apabila
menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0, 6 dan 12
bulan.
J. Imunisasi
HIB (Haemophilus Influenza Tipe B).
b.
Kontra Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit influenza tipe b.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP; purified
capsular polysacharide) kuman H. Influenzae tipe b , antigen dalam vaksin
tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus
(PRP- OMPC). Pada pemberiaan imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan tiga
suntikan dengan interval dua bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan
suntikan dengan interval dua bulan kemudian bosternya dapat dilakukan pada usia
18 bulan.
c.
Efek Samping
Efektivitas vaksi HIB sekitar 95 % dan relative aman
meskipun menimbulkan reaksi local berupa rasa nyeri dan kemerahan pada sekitar
5-15 % bayi.
F.
Penyakit yang di Timbulkan Pada Anak yang Tidak di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal
timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak.Lalu mengapa kadangkala
orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut?Bukankah lebih baik
mencegah daripada mengobati?
Sesuai dengan yang
diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia),
Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan kepada
anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab
fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti
:
1. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru,
merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di
negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju
faktor resiko infeksi dan faktor resiko
progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko
terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang memiliki kontak dengan
orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena,
kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
2. Hepatitis B yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi
kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada
orang dewasa."Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya
tak diketahui secara jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia
tak segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B, bahkan sudah
menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala
kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit
lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke
dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah
satu virus yang paling mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali
lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi
10 kali lebih banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan merusak organ
tubuh secara tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan.Pada serangan tahap
awal masih bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit
berkembang lebih berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis
(pengerasan hati), sampai kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.
3. Penyakit Polio
Penyakit ini
disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi.Anak
yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau
Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke
tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.Virus ini dapat memasuki aliran
darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa
Poliovirus adalah
virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus
akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.
Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak
berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga
strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon).
Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering
kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di
Sukabumi.
Sedangkan Strain 2
adalah yang paling jinak.Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio
non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis
menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot
pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis
Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh
dan otot tungkai.
Meskipun strain ini
dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200
penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi
pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh
kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang
saraf tulang belakang dan neuron motor -- yang mengontrol gerak fisik.Pada
periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak
memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan
bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki
menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid
paralysis (AFP).Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut
quadriplegia. -Polio Bulbar Polio jenis
ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan
saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan
bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi,
kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur
pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai
fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan
leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.
Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal
ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi
setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintah
bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ''tenggelam''
dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam
paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah
menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang
lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau
tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara
dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma
dan kematian.
Penyakit Polio dapat
ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dan tenggorokan) atau
dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapat menular
melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yang
kemudian virus ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudian
menyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke
seluruh tubuh.
Penularan terutama
sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja
ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke
mulut).Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan,
bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.
Penularan terutama
terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah
terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas.Virus Polio sangat
tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan
klor.Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku
dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
4. Penyakit Campak
Penyakit Campak
(Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput
ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.Penyakit ini disebabkan karena infeksi
virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi
terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4
hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak,
rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau
infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak
munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak).
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan
penderita campak (air borne disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum
gejala muncul.
Kekebalan terhadap
campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada
seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1
tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang
belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala mulai timbul
dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri
tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri
otot - mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil
di mulut bagian dalam (bintik Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa
agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.Ruam ini bisa
berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan
yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah
telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke
batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit,
penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40°
Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan
ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian,
pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan
ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4
hari hingga 7 hari.
5.
Difteri, pertusis dan
tetanus
Difteri disebabkan bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang
sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit ini mudah menular dan menyerang
terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi
melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat.
Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk
polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala utama dari penyakit
difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari
kuman ini.Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu
abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai
tenggorokan.Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan
sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot
jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan
usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun
2000, di seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya
meninggal karena penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani
yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.Penyakit ini adalah penyakit
infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus
(lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme
glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri
Clostridium tetani yang terdapat di tanah, kotoran hewan, debu, dan
sebagainya.Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang tercemar
kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin
(racun) yang menyerang saraf.
UNICEF (United Nations Children’s
Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat
berisiko terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di
rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika alat-alat
yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan
tradisional atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan
(www.unicef.org).Angka kematian yang diakibatkan oleh tetanus berkisar antara
15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara
(larinks), trakea dan bronkial.Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran
pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah.Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran
pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur
kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi
berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannya
menjadi lebih parah.Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan
297.000 kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.
KEKUATAN (STRENGTHS)
·
Indonesia memiliki
semangat mengimplementasikan komitmen global seperti tercantum dalam MDGs dan
PRSP.
·
Imunisasi adalah
bagian dari komitmen nasional dan merupakan program prioritas, telah menjadi
program prioritas, telah menjadi program rutin serta merupakan bagian dari
rencana strategis nasional.
·
Tersedia kebijakandan
petunjuk untuk program Imunisasi ( tools EVSM, DQS, DQA, SMS,PWS dan dukungan
supervisi)
·
Semua vaksin adalah
produksi dalam negeri.
·
Adanya dasar dari MYP
terdahulu tentang injeksi yang aman, pengurangan limbah buangan, teknologi
baru:uni-ject, vaksin baru dan incinerator.
·
Pelayanan imunisasi di
daerah terintegrasi dengan pelayanan KIA ( oleh bidan desa).
·
Telah memiliki standar
internasiona ldalam pegelolaanrantai dingindan manajemen.
·
Telah terbentuk Komite
PP KIPI ditingkat nasional dan daerah.
·
Adanya kebijakan manajemenlogistik dalam bentuk bundling system.
KELEMAHAN (WEAKNESS)
·
Alat-alat dan
instrument yang ada belum berfungsi secara optimal.
·
Banyak dan cepat
terjadi mutasi/perputaran pegawai yang kurang sesuai penempatannya, beban yang
berlebih (tanggung jawab beberapa program),pengetahuan dan keterampilan yang
kurang pada semua tingkatan, dan tidak ada perencanaan yang sistematis.
·
Beban kerja
petugasyang berlebih ditingkat kabupaten/kota (adanya perampingan struktur
organisasi).
·
Dana operasional yang
terbatas, sehingga pelayanan imunisasi, suplai logistic, supervise dan
monitoring terganggu.
·
Kurangnya pelatihan
yang sistematis.
·
Sistem surveilance
kurang terintegrasi.
·
Jumlah rantai dingin terbatasdan
banyak peralatan rantai dingin yang sudah tua/tidak layak pakai.
·
Kurangnya advokasi
kepada pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan tentang pentingnya
imunisasi.
·
Kurangnya KIE dan
kegiatan mobilisasi social/masyarakat.
·
Ketersediaan vaksin dilapangan
masih mengalami hambatan baik dalam
jumlah maupun waktu yang disebabkan proses administrasi pengadaan.
·
Pembinaan dan
pengawasan pelayanan imunisasi oleh institusi swasta belum optimal.
·
Tidak konsistennya
penggunaan angka/nilai denominator dan data target ditingkat lokal dalam
kaitannya dengan kebijakan dari tingkat pusat.
PELUANG
(OPPORTUNITIES)
·
Kebijakan
desentralisasi memberi kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah,
sehingga kewenangan intervensi yang dilaksanakan lebih spesifi, mudah
diterapkan dan efektif.
·
Perhatian dan komitmen
internasional cukup tinggi, sehingga dukungan dari donor cukup banyak.
·
Imunisasi saat ini
sudah menjadi kebutuhan khususnya pada masyarakat perkotaan, sehingga mereka
banyak mendatangi unit pelayanan imunisasi statis baik pemerintah maupun
swasta.
·
Banyak kegiatan
berbasis masyarakat yang terkait dengan program kesehatan.
·
Banyak pilihan jenis
perlengkapan rantai dingin dan jarum suntik yang telah terdaftar PIS-WHO yang
dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
ANCAMAN (THREATHS)
·
Komitmen dari
pemerintah daerah belum sepenuhnya memprioritaskan penyelenggaraan imunisasi
seperti yang diharapkan, sehingga peraturan daerah dan penganggaran kurang
optimal.
·
Banyaknya kejadian
seperti bencana, pilkada, pemekaran wilayah, konflik sosial, suplai listrik
yang tidak stabil dan lain-lain,mempengaruhi penyelenggaraan imunisasi rutin
sehingga menyebabkan penurunan cakupan.
·
Belum sepenuhnya
terjamin penganggaran untuk kesinambungan pendanaan sesudah berakhirnya bantuan
donor baik di tingkat pusat maupun daerah.
·
Banyaknya daerah
secara geografis sulit dijangkau pelayanan imunisasi sehingga masih banyak
kantong cakupan rendah.
·
Kapasitas
infrastruktur meliputi sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan
imunisasi meliputi sarana transportasi, suplai listrik, tempat penyimpanan
vaksin, dan lain-lain sebagian daerah belum memenuhi standar.
·
Masih ada budaya di
beberapa daerah yang menghambat penyelenggaraan imunisasi.
G. Pemberian Imunisasi Menurut WHO
1. Sifat Fisik
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari
kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan
berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang.
Vaksin dibagi menurut:
·
Sensitivitas terhadap suhu
a.
Vaksin yang Sensitive terhadap beku
(freeze sensitive = FS), yaitu : DPT,
DT, TT, Hepatitis B dan DPT-HB
b.
Vaksin yang sensitive terhadap panas
(heat sensitive = HS), yaitu : vaksin
campak, polio, dan BCG
·
Substrat pembuatannya
a.
Vaksin kuman yang hidup dilemahkan
seperti :
o
Virus campak dalam vaksin campak
o
Virus polio dalam sabin pada vaksin
polio
o
Kuman TBC dalam vaksin BCG
b.
Vaksin dari kuman yang dimatikan
seperti :
o
Bakteri pertusis dalam DPT
o
Virus polio jenis salk dalam vaksin
polio
c.
Vaksin dari racun/toksin kuman yang
dilemahkan seperti :
o
Racun kuman seperti toxoid (TT),
diphtheria, toxoid dalam DPT
d.
Vaksin yang terbuat dari protein
khusus kuman seperti Hepatitis B
2.
Kontra Indikasi
Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa
kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak:
a.
Flu berat atau panas tinggi dengan
penyebab yang serius
b.
Perubahan pada system imun yang
tidak dapat menerima vaksin virus hidup
c.
Sedang dalam pemberian obat-obat
yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan
immunoglobulin
d.
Riwayat alergi terhadap pemberian
vaksin sebelumnya seperti pertusis
3.
Dosis
Jenis vaksin Dosis
F BCG 20/Ampul
F DPT 10/Vial
F Polio 10/Vial
F Campak 10/Vial
F Hepatitis B
uniject 1/Kemasan
F DT 10/Vial
F TT 10/vial
F DPT-HB 5/Vial
4. Tempat
Pemberian
Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan
Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000)
Vaksin
|
Dosid
|
Cara dan tempat pemberiaan
|
BCG
|
0,05 cc
|
Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus
kanan
|
DPT
|
0,5 cc
|
Intramuskular
|
Polio
|
2 tetes
|
Diteteskan ke mulut
|
Campak
|
0,5 cc
|
Subkutan, biasanya lengan kiri atas
|
Hepatitis B
|
0,5 cc
|
Intramuscular pada paha bagian luar
|
TT
|
0,5 cc
|
Intramuskular dalam biasa di muskulus deltoideus
|
5.
Komplikasi
Adapun biasanya terjadi komplikasi pada penyakit
campak seperti otitis media, konjungtivitis berat, enterititis, dan pneumonia,
terlebih pada anak dengan status gizi buruk.
PANDANGAN 5
AGAMA TENTANG IMUNISASI PADA BAYI
Agama Hindu , Agama Islam , Agama Budha , Agama
Kristen Protestan dan Agama Kristen Katolik :
Umumnya setiap agama mengharapkan Imunisasi ini dapat
memberikan hal yang positif pada bayi maupun Ibu. Oleh karena itu Imunisasi
pada bayi harus dilaksanakan dengan pengawasan yang efektif sehingga tidak ada
kesalahan dalam pemberian obat tersebut , Bagi setiap Ibu agar selalu
memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu agar
menghindari dan mencegah timbulnya / gejala suatu penyakit pada Bayi.
H.
Efek Samping dan Penataklasanaan
1. BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu diinsisiataupun kompres).
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu diinsisiataupun kompres).
2. DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan kejang positif, berikan anti convulsan.
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan kejang positif, berikan anti convulsan.
3. Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan).
4. Hepatitis
B
Tidak ada efek
sampingnya.
5. Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1. Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya lakukan observasi.(Dick. George, 1992 : 37).
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1. Demam ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya lakukan observasi.(Dick. George, 1992 : 37).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di uraikan pada
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang dan dari pembahasan di atas adalah mampu
mengetahui imunisasi, jenis-jenis imunisasi, penyakit yang dapat di vaksinasi ,
cara pemberiannya dan komplikasi dari pemberian imunisasi.
2. Jenis-jenis
yaitu ada dua imunisasi aktif dan pasif dan macam-macam imunisasi yaitu Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin), Imunisasi PPT (Diphteri, Pertusis, dan
Tetanus), Imunisasi Polio, Imunisasi Campak, Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi
MMR (Measles, Mumps, dan Rubela), Imunisasi Tiphus Abdominalis, Imunisasi
Varicella, dan Imunisasi Hepatitis A.
3. Vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
4. Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk
mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak.
5. Pemberian vaksin menurut WHO yaitu Sifat fisik, Kontra indikasi, Dosis,
Tempat pemberian, dan Komplikasi.
6.
Efek dari imunisasi pada
dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap
antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak
sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi.
B.
Saran
Saran yang dapat kami uraikan pada
makalah yaitu dalam
menyusun makalah ini, kami menyadari masih ada kekurangannya. Jadi kami
menyarankan agar pembaca makalah ini membaca referensi dari buku-buku lain
untuk melengkapi atau menambah pengetahuannya dalam bidang ilmu
filsafat pendidikan.
Ada kurang lebihnya kami mohon maaf, terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul A. Aziz. 2009. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC
Comments
Post a Comment