Contoh Makalah, Perkembangan Istilah Psikologi Dalam Pendidikan,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang individu dalam hidupnya
selalu berinteraksi dengan lingkungan, dengan berinteraksi tersebut, seseorang
akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu
dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori
pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring dengan pengalamannya
mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk
memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai
contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya
dengan burung, bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak
kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta.
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan maka berbagai disiplin ilmu akan
sangat dibutuhkan dalam menyokong terjaganya kualitas pendidikan yang tentunya
tidak hanya menekankan di bidang ilmu pengetahuan sains saja melainkan juga
harus diimbangi dengan kualitas pendidikan yang berbasiskan iman dan taqwa
sehingga para peserta didik dapat dididik untuk bahagia di dunia dan di akhirat
kelak.
Untuk memantapkan pengajaran atau
dalam hal ini transfer ilmu dalam dunia pendidikan maka seorang guru/pendidik
yang baik tentunya sangat ditekankan untuk dapat memahami berbagai pola tingkah
laku peserta didiknya, karena sejatinya orang tua (guru sebagai orang tua kedua
di sekolah) yang baik pasti akan mengerti kondisi kejiwaan anak didiknya yang
dapat dilihat dari tingkah lakunya tersebut, dengan melihat kecenderungan
setiap manusia untuk mencerminkan apa yang di dalam hatinya ke dalam berbagai
bentuk perbuatan seperti ekspresi wajah atau yang lainnya.
Sehingga berdasarkan pemaparan
singkat di atas maka jelaslah betapa pentingnya ilmu yang dijadikan alat untuk
memahami tingkah laku peserta didik atau lebih dikenal dengan istilah Psikologi
Pendidikan dalam membangun pendidikan yang berbudi pekerti mulia, yang dalam
makalah ini diharapkan mahasiswa akan mampu mengenali perkembangan Istilah
Psikologi dalam Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang
telah dipaparkan di atas, penulis mencoba mengemukakan beberapa permasalahan
pokok berkaitan dengan materi makalah
ini, yaitu;
1. Apakah yang
dimaksud dengan Psikologi dan Pendidikan?
2. Apakah yang
dimaksud dengan Psikologi pendidikan?
3. Bagaimana
sejarah perkembangan Psikologi Pendidikan?
4. Siapa saja
tokoh-tokoh dibalik perkembangan Psikologi Pendidikan?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas tujuan
penulis makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari psikologi dan Pendidikan.
2. Untuk
mengetahui pengertian dari Psikologi Pendidikan.
3. Untuk
mengetahui sejarah perkembangan Psikologi Pendidikan.
4. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh dibalik perkembangan psikologi Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi dan Pendidikan
Psikologi
berasal dari istilah bahasa Inggris “Psychology”
. Kata Psychology merupakan
rangkaian dua suku kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu: “Psyche” yang berarti “jiwa” dan “Logos” yang berarti “ilmu”. Dengan
demikian, Psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Istilah
psikologi dan ilmu jiwa, pada mulanya sering digunakan secara bergantian,
karena dianggap memiliki kesamaan arti. Namun, akhir-akhir ini setelah
psikologi berkembang luas dan berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu, maka
istilah “Psikologi” dibatasi pada hal-hal yang bersifat ilmiah saja, objek yang
dapat diamati, dicatat dan diukur. Sedangkan istilah “ilmu jiwa” pengertiannya
lebih luas, yakni mencakup persoalan jiwa yang tidak selalu bisa diilmiahkan,
seperti ilmu ramalan nasib, perdukunan dan lain sebagainya. Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan pendidikan.
Psikologi berasal dari bahasa yunani, yaitu
Psyche yang berarti jiwa dan logos yang berati ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi mengandung makna yang berarti ilmu jiwa yang
berarti pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya,
aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia (Dalyono, 2001: 1).
Adapun
mengenai pendidikan, berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “me”,
sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memeberi latihan diperlukan adanya ajaran dan tuntunan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Selanjutnya pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian
yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan psikologi pendidikan ialah mempelajari tingkah laku manusia dan
perubahan tingkah laku itu sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan
berusaha bagaimana seharusnya tingkah laku itu diubah, dibimbing melalui
pendidikan. Dengan kata lain Psikolgi Pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisa, menerangkan, dan
memimpin proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang efisien (Mustaqim dan
Abdul Wahid, 2003:
1).
Namun, sebelum Psikologi menjadi
disiplin ilmu yang mandiri, Psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu
kedokteran dan filsafat, yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam
ilmu Kedokteran, Psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan
terasa oleh organ-organ biologis (jasmani). Sedangkan dalam ilmu filsafat, yang
hakikatnya sebagai “ibu kandung” Psikologi,
berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan
akal, kehendak dan pengetahuan. Akibat adanya kontak dengan berbagai disiplin
ilmu, maka berkembang berbagai macam definisi psikologi yang berbeda,
diantaranya :
1.
Psikologi adalah ilmu mengenai
kehidupan mental (The Science of Mental
Life)
2.
Psikologi adalah ilmu mengenai
pikiran (The Science of Mind)
3.
Psikologi adalah ilmu mengenai
tingkah laku (The Science of Behavior)
Menurut Gleitman (Dalyono: 2001) bahwa psikologi
dalam kaitannya dengan manusia, didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan, cara bagaimana mereka berpikir
dan atau motivasi mereka melakukan suatu
perbuatan dan juga bagaimana mereka berpikir dan berperasaan.
B. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan, menurut
sebagian ahli adalah subdisiplin Psikologi dan bukan Psikologi itu sendiri. Psikologi
Pendidikan secara sederhana menurut Barlow (1985), adalah sebuah pengetahuan
berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber untuk
melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya, dalam buku Educational Psychology, Witherington mendefinisikan
psikologi pendidikan sebagai “A
systematic study of the procces and factors involved in the education of human
being is called Educational Psychology”. Definisi ini menekankan bahwa Psikologi Pendidikan adalah studi sistematis
tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia. Dari beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, kami mengambil
kesimpulan bahwa Pengertian
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan
keefisien di dalam pendidikan (Dalyono: 2001).
Berdasarkan dari berbagai definisi
tersebut, maka psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian, yaitu
:
1. Siswa,
yaitu individu yang sedang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor yang
mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai, dan
2.
Guru, yaitu
individu yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model strategi
dan lain-lain yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran.
Psikologi
Pendidikan menurut H.C. Whiterington adalah
suatu studi yang sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubugan dengan pendidikan manusia.
Menurut
Lester. D. Crow, Ph. D. dan alice Crow, Ph. D. “Psikologi Pendidikan dapat
dipandang sebagai Ilmu Pengetahuan yang praktis, berguna untuk menerangkan
belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan
fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia (Mustaqim dan Abdul Wahid, 2008: 1).
Sedangkan menurut
WS. Wingkel SJ, M.SC. “Psikologi
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari pra syarat-pra syarat (faktor-faktor)
bagi pelajar di sekolah berbagai jenis belajar
dan fase-fase dalam semua proses belajar (Mustaqim dan Abdul Wahid, 2008: 2).
Secara lebih
sederahana dan praktis, Barlow mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai
sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian
sumber-sumber untuk membantu pendidik dan untuk melaksanakan tugas-tugas
sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif (Dalyono,
2001: 7).
Psikologi
pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi pada umumnya. Psikologi,
sebagai suatu ilmu merupakan pengetahuan ilmiah, suatu Science yang diperoleh dengan
pendekatan ilmiah, kajian-kajian ilmiah yang dijalankan secara terencana,
sistematis, terkontrol berdasarkan data empiris. Psikologi sebagai ilmu
mengenai aktivitas individual digunakan secara luas, tidak hanya mencakup
aktivitas motorik, tetapi juga mencakup aktivitas kognitif, dan emosional.
Psikologi merupakan The Science of Human Behavior. Perilaku atau
aktivitas-aktivitas manusia mencakup perilaku yang nampak (Over Behavior), maupun
perilaku yang tidak menampak (Inner
Behavior) yang mencakup aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional (Syamsul Bachri Thalib, 2008: 1).
C.
Sejarah Perkembangan
Psikologi Pendidikan
Kami selaku
pemakalah menemukan dua pandangan mengenai sejarah perkembangan psikologi
pendidikan yaitu sebagai berikut:
1.
Pandangan Pertama
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
psikologi sangat kental dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan alam. Psikologi
pada saat dipengaruhi oleh Filsafat, seperti Rane Descartes memandang manusia sebagai
mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu “Jiwa dan Raga”. Hubungan
antara jiwa dan raga saling mempengaruhi sebab adanya kelenjar Pinealis yang terdapat dalam otak. Namun,
pada saat psikologi berada di bawah pengaruhi ilmu pengetahuan alam, psikologi
diterangkan secara kausal, dan psikologi dihubungkan dengan fisiologi.
Psikologi mulai menampakkan perkembangan dan kemajuan
yang agak pesat ketika awal abad XIX. Pada waktu itu, banyak ahli yang aktif
melakukan penelitian dibidang Fisika, Fisiologi, dan Kimia yang dihubungkan
dengan reaksi-reaksi manusia pada kondisi tertentu. Perkembangan psikologi yang
modern ketika itu sangat erat kaitannya dengan eksperimen-eksperimen yang
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman indrawi (sensasi).
Psikologi mulai mandiri dan berdiri sebagai disiplin
ilmu tersendiri pada tahun 1879, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt yang
merupakan seorang yang berkebangsaan jerman yang juga seorang Dokter, Filsuf,
dan seorang ahli Fisika. Wilhelm Wundt mendirikan sebuah Laboratorium Psilokogi
pertama di Leipzing, Jerman. Beliau banyak melakukan eksperimen tentang
proses-proses kesadaran,meliputi penginderaan dan perasaan. Oleh karena itu,
beliau mendefenisikan Psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari tentang
pengalaman sadar” (the science of conscious experience).
Menurut Nana Sudjana (1991) Wundt dalam eksperimennya
menyelidiki tiga masalah utama yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu :
a)
Proses kesadaran serta unsur-unsur
yang membentuknya,
b)
Cara unsur-unsur itu saling berhubungan,
dan
c)
Menentukan hukum atau aturan dari
hubungan unsur-unsur tersebut.
Teori Wundt, didasarkan pada teori atom dalam ilmu
kimia, Wundt beranggapan bahwa mempelajari Psikologi menyangkut telaah
unsur-unsur dasar atau atom-atom terhadap dasar pengalaman mental manusia,
dalam eksperimennya Wundt menggunakan metode intropeksi dalam menentukan dan
menganalisis unsur-unsur pengalaman manusia. Beliau sangat memusatkan
perhatiannya pada proses persepsi, sensasi dan pengalaman mental manusia terhadap
rangsangan-rangsangan yang diterimanya, hal ini dilakukannya mengetahui cara
atau proses berpikir manusia.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh
para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu
sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam
wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui bahan-bahan yang sesuai
dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan yang diajarkan dan
sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak
didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pula pada pola
tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” Psikologi Pendidikan;
dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya perkembangan anak
yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel Menyatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui perkembangan sendiri,
aktivitas dan kerja sama sosial dengan semboyan “belajar sambil bekerja”.
Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran,
berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi dan aplikasi.
Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan sesuai
dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman itu belum berdiri
sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abad 19 penelitian-penelitian dalam lapangan
psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari
aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan
penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan,
bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama
semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad 20 pemerintah Perancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para pelajar, yang
dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawab, “Apakah prestasi belajar itu semata-mata hanya
tergantung pada soal rajin dan
malasnya si pelajar, ataukah ada faktor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan?” Maka untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli Psikologi yang bernama Alfred Binet, Dengan bantuan Theodore Simon, mereka
menyusun sejumlah tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui
inteligensi para pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes
inteligensi Binet-Simon ini sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di
Amerika Serikat, yang di negeri itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya
dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil
bagian dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebagainya.
Perlu juga diketahui, bahwa laboratorium
ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya melakukan aktivitas penelitian yang bersifat “Psikologi Umum”, melainkan juga memegang peranan dalam Psikologi
Pendidikan. Banyak orang Amerika yang belajar di Leipzig kepada Wundt.
Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk
psikologi pendidikan. Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya
Charles H. Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan sebagainya. Orang-orang ini
sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan di Amerika Serikat. Terutama E.L. Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak Psikologi
Pendidikan di Amerika Serikat. Menurut seorang pakar Psikiatri dan Psikologi Amerika
Serikat yang bernama Perry London, yang telah meneliti tentang penggunaan jasa
psikologi di Amerika Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi
lapangan-lapangan tertentu adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli
psikologi klinis dan konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri,
sedang yang 34% tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
Bagaimana dengan Indonesia. Di
Indonesia, baik psikologi maupun psikologi pendidikan berkembang relatif cepat.
Dari aneka referensi terungkap bahwa di Indonesia perkembangan Psikologi dimulai pada tahun 1953. Profesor Slamet Iman Santoso adalah
pelopornya. Dia mendirikan lembaga Psikologi Pendidikan pertama yang mandiri
dan pada tahun 1960. Lembaga Psikologi ini sejajar dengan fakultas-fakultas
lain di Universitas Indonesia. Lembaga sejenis juga dikembangkan di Universitas
Padjajaran (Unpad) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), serta di banyak perguruan
tinggi lainnya yang menyusul kemudian.
Pada era jajahan, Psikologi dan Psikologi Pendidikan telah
menjadi mata pelajaran pada semua jenis sekolah keguruan. Hal ini terus
berlangsung ketika Indonesia merdeka. Calon guru yang belajar pada Sekolah Guru
B, Kursus Pendidikan Guru (KPG), Sekolah Guru Atas (SGA), Sekolah Pendidikan
Guru (SPG), Sekolah Guru Olahraga (SGO), dan sebagainya menerima pelajaran
psikologi pendidikan, termasuk juga bimbingan penyuluhan atau bimbing
konseling. Pada jenjang perguruan tinggi yang menjadi penyedia tenaga
kependidikan, mata kuliah Psikologi Pendidikan atau
yang sejenisnya pun diajarkan untuk semua jurusan atau program studi. Sementara
itu, pada Fakultas Psikologi di beberapa Universitas, serta di lingkungan
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP),
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP), atau Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), Psikologi pada umumnya atau Psikologi pendidikan khususnya, tidak hanya dipelajari sebagai mata kuliah,
melainkan juga diteliti sebagai Ilmu Pengetahuan. Beberapa perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan, termasuk pada universitas-universitas
tang “berbasis” IKIP mengasuh program khusus Bimbingan
Penyuluhan, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, atau nama lain yang sejenis
(Sudarman Danim, 2011: 20).
2.
Pandangan Kedua
Menurut
pandangan kedua ini sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas
tentang Psikologi Pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal
ini terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” Psikologi
Pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat Psikologi
yang ada sekarang pada umumnya tentang pelbagai Psikologi yang dicampur aduk
menjadi satu, sehinggga menyulitkan identifikasi terhadap jenis Psikologi
tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan
yang khusus berkaitan dengan Psikologi Pendidikan konon pernah dilakukan secara
alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring & Murphy pada tahun
1929 dan Burt 1957, tetapi terbatas untuk Psikologi Pendidikan yang berkembang
di wilayah Inggris. Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka tulis
itu tak dapat kita jadikan acuan bukan hanya karena keterbatasan wilayah
pengembangannya saja, melainkan juga karena telah daluarsanya karya-karya tulis
tersebut.
Kenyataan
yang tak dapat dimungkiri bahwa penggunaan Psikologi dalam dunia Pendidikan
sudah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah Psikologi Pendidikan sendiri
pada masa awal pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan
perkembangan Sains dan Teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi
sebuah cabang khusus Psikologi yang disebut Psikologi Pendidikan itu. Menurut
David dalam buku yang ditulis oleh Muhibbin Syah menyebutkan bahwa pada umumnya
para ahli memandang Johann Friederich
Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian
ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi (Muhibbin
Syah, 2010: 22)
Herbart
adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman,
pada tanggal 4 mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di
Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika dia diangkat
menjadi ketua Jurusan Filsafat di Konosberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di
Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Hebart
kemudian di abadiakan sebagai nama sebuah aliran Psikologi yang disebut
Herbartianisme pada tahun 1821-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah Appercertive
Mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah
dimiliki individu. Dalam pandangan Hebart, proses belajar atau memahami sesuatu
bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. konsep ini sampai sekarang masih
digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita kenal dengan
istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam kegiatan mengajar-belajar.
Aliran
pemikiran Herbartianisme, menurut Heber adalah pendahulu pemikiran Psikoanalisis
Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt.
Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang
pengaruhnya masih terasa hingga sekarang (Muhibbin
Syah, 2010: 23).
Psikologi
mamang sangat penting, terutama dalam bidang pendidikan dan pengajaran, orang
tua dan pendidik, pada umumnya menghadapi anak-anak yang memiliki sifat-sifat psikis
yang berbeda-beda, baik dalam pikiran, kemauan , perasaan, latar belakang
keluarga, struktur jasmani, psikostruktur dan sebagainya. Oleh karena itu
pemikiran pendidikan perlu dan penting adanya psikologi pendidikan.
Adanya
kemajuan dalam masyarakat, berarti juga bertambahnya kebutuhan baru. Dalam
mana, bahwa setiap kebutuhan baru yang timbul, senantiasa diiringi dengan
munculnya pengetahuan baru. Juga, setiap lapangan hidup, dimana didiami oleh
manusia tertentu, senantiasa memperlihatkan gejala-gejala jiwa yang berbeda.
Jadi tegasnya, bahwa dalam situasi tertentu, baik dalam lapangan keagamaan,
kebudayaan, maupun dalam lapangan industri, semuanya pasti memerlukan
pengetahuan Psikologi tertentu. Memang Psikologi yang dalam berbagai macam
teorinya telah memberikan cara-cara tentang bagaimana yang lebih tepat dalam
pemecahan permasalahan kemanusiaan yang timbul dalam kehidupan. Disinilah
terasa, betapa pentingnya psikologi terapan, sehingga timbul Psikologi Pendidikan disamping Psikologi Teoritis
(Mahfudh Shalahudin, 1990: 19).
Selanjutnya,
Psikologi Pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah
kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari negara adidaya tersebut Psikologi
Pendidikan menyebar ke seluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun
perkembangan Psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa,
kenyataannya Psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan Psikologi
Pengajaran. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya Psikologi
tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih tetap diterbitkannya
sebuah jurnal internasional yang bernama British Journal Of Educational
Psychology.
Sekarang,
semakin dewasa usia Psikologi Pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan
pendidikan yang berminat mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin
banyaknya Fakultas Psikologi dan Fakultas Pendidikan di universitas-universitas
terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian Psikologi
Pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di Negara
kita jurusan Psikologi Pandidikan yang biasanya digabung dengan bimbingan dan
penyuluhan (BP) itu sudah amat jarang diselenggarakan pada Fakultas Keguruan baik
negeri maupun swasta.
Kenyataan
lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan Psikologi Pendidikan adalah
semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologis yang
turut berkiprah dalam riset-riset psikologis pendidikan. Cabang dan aliran Psikologi
yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap Psikologi Pendidikan,
diantaranya yang paling menonjol adalah:
a) Aliran Humanisme, dengan
tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham Maslaw, C Rogers;
b)
Aliran Behaviorisme, dengan
tokoh utama J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner;
c)
Aliran
Psikologi Kognitif, dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan Ausbel.
5.
Tokoh-Tokoh Penting Di Balik
Perkembangan Psikologi Pendidikan
1.
Menurut John W. Santrock (2008: 4-6) ada beberapa tokoh penting yang berjasa di balik berkembangnya Psikologi
Pendidikan yaitu:
a)
William James
Dia adalah
seorang ahli Filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai salah seorang pendiri
Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai ahli Filsuf, James juga terkenal sebagai seorang Psikolog. Ia dilahirkan di New
York pada tahun 1842. Setelah belajar Ilmu Kedokteran di Universitas Harvard, ia belajar Psikologi di
Jerman dan Perancis. Kemudian ia mengajar di Universitas Havard untuk bidang Anatomi, Fisiologi, Psikologi, dan Filsafat, hingga tahun 1907.
Tak lama setelah meluncurkan buku ajar Psikologinya
yang pertama, Principles of Psychology, William James memberikan
serangkaian kuliah yang bertajuk “Talks to Teacher”. Dalam kuliah ini dia
mendiskusikan aplikasi Psikologi untuk mendidik anak.
James mengatakan bahwa eksperimen Psikologi di
laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara
mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses
belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat
pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan memperluas cakrawala pemikiran
anak.
b)
John Dewey
Dia adalah
seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain
sebagai seorang ahli Filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam
bidang pendidikan. Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859.
Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang
filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa Universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari
700-an artikel. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di
tingkat praktis. Banyak ide penting lahir dari pemikiran John Dewey. Pertama,
kita mendapatkan pandangan tentang anak-anak sebagai pembelajar aktif.
Pemikiran yang kedua dari Dewey adalah bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan
pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, ia percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya
mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus di ajari cara untuk berpikir
dan dan beradaptasi di luar sekolah sehingga anak-anak mampu memecahkan masalah
secara reflektif.
C)
E.L Thorndike
Edward Lee
Ted Thorndike (31 Agustus 1874 – 9 Agustus 1949) adalah seorang Psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Dia adalah anggota dewan Corporation Psikologis, dan
menjabat sebagai presiden American
Psychological Association pada tahun 1912. Thorndike memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar
belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan
di sekolah adalah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran
anak. Ia mengajukan gagasan bahwa Psikologi Pendidikan harus punya basis ilmiah
dan harus berfokus pada pengukuran.
2.
Adapun tokoh-tokoh Psikologi
Pendidikan berdasarkan pada garis sejarah, pada garis besarnya seperti halnya
yang terdapat dalam bukunya Mahfudh Shalahuddin (1990: 19) dapat
diklasifikasikan ke dalam masa-masa
sebagai berikut;
a)
Masa permulaan Psikologi Pendidikan
(1880-1900)
Masa ini
ditetapkan sebagai masa permulaan Psikologi Pendidikan. Pada masa ini
mengemukakan penemuan eksperimen yang pertama tentang aliran Asosiasi. Beberapa
tokoh pada masa ini adalah;
1)
Sir Francis Galton
Pada tahun
1869 ia telah mengemukakan hasil penelitiannya tentang “Genius turun temurun”
yang menunjukkan bahwa manusia istimewa di Inggris cenderung menunjukkan
kepada; “sebagai keluarga yang tersendiri”. Galton juga menekankan, tentang
pentingnya perbedaan yang turun-temurun sehingga menimbulkan perbedaan
individual.
2)
G. Stanley Hall
Meskipun pengaruh Hall, secara langsung sangat
dirasakan dalam ilmu jiwa anak, tetapi sudah sepatutnua jika ia disebut-sebut
dalam membahas tentang sejarah psikologi pendidikan. Sebab, konsepsinya
mendasarkan pada teori evolusi biologis dan rekapitulasi, artinya bahwa akal
manusia terlihat tumbuh melalui serangkaian tingkatan. Adapun kegiatan Hall
yang tampak menonjol adalah antara tahun 1890-1915.
3)
William James
Boring, menyebut William James sebagai “Self start”. Sebab ia berusaha sendiri,
berkembang sendiri, dengan tanpa banyak bimbingan. Bukunya yang berjudul “Principles
of Psycology” terbit pada tahun 1890, adalah sebuah buku yang sangat besar
pengaruhnya terhadap psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan
sumbangan James terhadap Psikologi Pendidikan, adalah melalui kecakapan sebagai
pembicaraan di depan umum dan populariser (orang yang menjadi terkenal diantara
rakyat). Maka, bukunya yang berjudul “Talks to Teacher” yang
terbit pada tahun 1899, adalh sebuah buku yang sangat cemerlang.
4)
James Mc. Keen Cattell
Pekerjaan yang mula-mula diselesaikan oleh James Mc.
Keen Cattel adalah; adanya perbedaan individu sewaktu reaksi dilaboratorium
Wundt. Masalh ini, adalah sangat berguna dalam psikologi pendidikan.
5)
lfred Binet
Adalah juga orang yang banyak sekali jasa-jasanya
dalam bidang psikologi pendidikan. Ia telah mengembangkan penggunaan tes
intelegensi secara individual. Juga pada tahun 1899, Binet dan laboratoriumnya
menggabungkan diri dengan sarbone, sampai ia meninggal duania (1911). Adapun
hasil kerjanya yang utama adalah tentang problem-problem psikologi abnormal.
Akhirnya, berkat kerjasama dan bantuan Theophile Simon, maka dikembangkan skala
Binet yang pertama, dan akhirnya mereka menyusun tes untuk anak normal dan
abnormal.
6)
John Dewey
Walaupun telah didahului oleh William James, John
Dewey juga membantu dalam menemukan fungsionalisme sebagai sekolah psikologi,
pada akhir tahun 1890, bersama-sama dengan taman-temannya, seperti; Tufts,
Mead, Moore dan Angel, ia mengembangkan psikologi fungsionalis di Sekolah
Chicago. Sedang dalam psikologi pendidikan, ia dikenal sebagai bapak Pendidikan
Progresif, yang menekankan pada interes personal (pribadi), faktor-faktor
sosial dan kegiatan-kegiatan yang bersifat praktis.
c)
Masa Pertumbuhan Psikologi
Pendidikan (1900-sekarang)
Apabila permulaan munculnya ilmu jiwa mengambil waktu
tahun 1900, maka sesudah tahun 1900, adalah merupakan periode pertumbuhan. Tokoh-tokoh
Psikologi Pendidikan pada masa ini adalah;
1)
Edward L. Thorndike
Adalah orang pertama yang dapat disebut sebagai ahli
dalam psikologi pendidikan, dalam arti modern. Hampir seluruh hidupnya
dicurahkan sebagai guru di Teacher College, Universitas Columbia, kurang lebih
40 tahun. Ia senantiasa berkecimpung pada problem-problem yang dihadapi
psikologi pendidikan. Ia berpendapat, bahwa prosedur pendidikan dalam semua
jenis, hendaknya berdasar pada hasil riset, dan bukan pada pendapat umum. Ini
berarti, bahwa perhatian mengenai belajar, adalah besar sekali. Akhirnya
Thorndike dan Woodworth mengemukakan kertas kerjanya yang sangat populer, yakni
“Transfer of Training”.
2)
Charles H. Judd
Adalah seorang pionir psikologi pendidikan, yang telah
memperoleh latihan dari Wundt di Leipziq dan dapat meraih gelarnya pada tahun
1896. Bukuny yang berjudul “Genetic Psycology for Teacher” adalh
membahas tentang, psikologi membaca, psikologi menulis, psikologi berhitung dan
memperkuat doktrin tentang perkembangan biologis dan psikologis.
3)
H. Goddard, F. Kuhlmann dan L.M.
Terman
Pada tahun 1908, Goddard menterjemahkan skala Binet ke
dalam bahasa Inggris dan kemudian dikenakan pada anak-anak. Juga pada tahun
1912 Kuhlmann mengataka revisi atas tes Binet di Amerika Serikat, dan pada
tahun 1916 Terman memperluas dan mengubah skala Binet, menerima yang baik dan
menghilangkan beberapa kelemahannya, sehingga tes itu, sesuai untuk digunakan
di Amerika Serikat. Maka, pada saat masa inkubasiini dikembangkan apa yang
disebut “Tes Achievement”, yakni tes prestasi, dalam suatu rangkaian tes
standar, dan biasanya bersifat pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat kami utarakan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu (manusia) dalam interaksi
dengan lingkungannya sedangkan Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui usaha pengajaran dan pelatihan .
2.
Psikologi pendidikan
adalah sebuah disiplin psikologi (subdisiplin psikologi) yang menyelidiki
masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
3.
Psikologi Pendidikan lahir
dari psikologi umum yang kemudian dalam perkembangannya Psikologi pendidikan
berkembang sangat pesat dari tahun 1880 sampai sekarang.
4. Tokoh-tokoh
yang berperan penting dalam perkembangan Psikologi Pendidikan:
a) Menurut John W. Santrock yaitu: William James, John Dewey dan E.L Thorndike
b) Menurut Mahfudh
Shalahuddin yaitu dibagi menjadi:
1) Masa
permulaan Psikologi Pendidikan (1880-1900) yaitu: Sir Francis Galton, G.
Stanley Hall, William James, James Mc. Keen Cattell, lfred Binet, dan John
Dewey.
2)
Masa Pertumbuhan Psikologi
Pendidikan (1900-sekarang) yaitu:, Charles H. Judd, Edward L. Thorndike, H.
Goddard, F. Kuhlmann dan L.M. Terman
B. Saran
Saran yang dapat kami utarakan
mengenai isi makalah ini adalah:
1.
Sebaiknya dalam pembuatan makalah kita memiliki banyak
referensi agar isi makalah dapat dipertanggung jawabkan .
2.
Sebaiknya sumber makalah haruslah dari sumber yang
terpercaya , misalnya buku yang secara langsung disebut ‘baik’ oleh dosen.
KATA
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman agar sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi pembuatan makalah yang lebih baik di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis,
DAFTAR
PUSTAKA
Dalyono. 2001. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Asdi Mahastya.
Mustaqim. Abdul Wahid. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Mustaqim. 2008. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi II. Jakarta: Kencana.
Sudjana,
Nana. 1991. Media Pembelajaran
(Penggunaan dan Pembuatannya). Bandung: Sinar Baru Bandung.
Bachri,
Thalib Syamsul. 2008. Psikologi
Pendidikan. Makassar: UNM Press.
Danim,
Sudarwan, dkk. 2011. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Mahfudh
, Shalahuddin. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
Syah,
Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rsdakarya.
Comments
Post a Comment